08.

1.9K 268 7
                                    

"Kamu beneran mau buka cafe kan ning?"

Sang Mama bertanya, menyakinkan anaknya. Ningning pagi tadi selesai urusannya selesai dia pergi berkunjung kerumah orangtuanya, di minta ke sana sebenarnya, katanya mau ngobrolin soal cafe.

"Ya jadi Ma. Lagian inikan mimpi aku buat punya cafe, Mama juga tau."

Mama mengangguk begitu juga Papa yang ada di sampingnya.

"Papa sama Mamamu udah beliin tempat buat kamu buka cafe. Tempatnya juga strategis, banyak yang lalu lalang di sana." Sambung papa.

Sebetulnya Ningning ga minta apapun sama orangtuanya, hanya ingin meminta izin saja. Masalah tempat ia akan menyicil bayar, tapi kalo udah orangtuanya bilang ini itu ningning harus nurut.

"Makasi Ma Pa."

Mereka mengangguk-angguk seraya mengembangkan senyumnya, tak menyangka anak semata wayangnya--yang kelak akan menjadi kakak, sudah tumbuh jadi gadis yang dewasa dan hidup mulus tanpa hambatan, harapan yang selalu mereka tinggalkan di setiap doa.

Sedikit berbincang-bincang, sebelum Ningning pamit untuk mengunjungi Jay yang sudah rewel menyuruh untuk datang ke restauran dekat kantor cowok itu. Sudah di bilang, Jay kalo udah gini level nya setara dengan bayi, bikin Ningning susah nolak.

Sampai sana, Ningning nemuin Jay yang duduk di ujung pojok, dia tau cowok itu pasti sengaja. "Ngapain mojok-mojok gini si?"

Jay mendongak, tersenyum lebar kala tau siapa yang berbicara. "Ya atuh supaya bisa pacaran."

Tangannya menari kursi sambil menatap cowok di depannya sinis. "Diem deh. Pacaran hampir tiap hari, apa ga bosen?"

Sedikit memincingkan matanya. "Engga lah, gila aja aku bosen pacaran sama kamu. Jangan-jangan kamu bosen ya pacaran sama aku ning?"

"Ya engga lah samsudin."

Tangan kanannya di angkat, menyisir rambut nya kebelakang, berlagak sok ganteng. "Ya mana mungkin si kamu bosen, orang pacarnya ganteng gini"

"Gue liat-liat tingkat kepedean lo makin meningkat tau ga." Selesai ngomong, Ningning mengangkat tangannya memanggil pelayan yang ada di meja depan. Dia gabakal biarin Jay ngomong terus ya ada ga jadi makan gara-gara banyak omong.

Memesan makanan di iringi candaan yang bikin naik darah, sampai pohon mangga depan rumah Jay pun di omongin. Ningning kadang suka heran kenapa dia mau sama cowok di depannya, rasanya mau cabik-cabik mulut cowok itu sekarang.

"Jay, gue laper ya. Diem terus nunggu makanan dateng apa lo yang gue makan?"

[ii] Home; Jay-NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang