Sudah seminggu semenjak cafe milik Ningning resmi di buka, makin harinya makin banyak yang berdatangan. Ningning seneng bukan main bahkan tak kuasa menitihkan air mata senangnya. Awalnya dia pikir tidak akan ada yang tertarik dengan cafe miliknya.
Seminggu penuh pun Ningning tetap membantu Hema dalam mengurus cafe, dan juga makin lama keduanya semakin dekat. Bahkan Ningning meminta Somi dan Nagyung untuk invite Hema ke dalam grup chat mereka, namun kedua curut kesayangan Ningning itu belum mengizinkan.
Rasa lelahnya hilang kala Jay datang dengan membawa bakso pedas pesanannya, tak lupa dia juga memberi Hema satu bungkus. Dengan hati-hati Ningning membuka plastik yang membungkus bakso tersebut.
"Pelan amat bu bos bukanya." Celetuk Jay yang sedari tadi memperhatikan Ningning.
Sedikit melirik pacarnya itu dengan sinis. "Diem deh, biar ga tumpah kemana-mana tau."
Setelah berhasil di letakkan ke mangkuk bergambar ayam, Ningning segera menyantap bakso yang katanya sangat enak itu. Sesekali juga ia menyuapi Jay. "Boleh juga ya baksonya, ga nyesel aku ikut makan." Kata Jay merasa tersanjung dengan rasa baksonya.
Di rasa sudah habis yang hanya menyisahkan kuahnya, Ningning sedikit menggeser mangkuk itu. Dia mendekat ke sisi Jay, menatap mata cowok itu. Sedangkan Jay, meneguk liur nya, melihat Ningning dari dekat.
"N-ngapain kamu liatin aku kaya gitu?" Gugup Jay.
Ningning menggeleng sedikit sambil tersenyum tipis. "Cuma mau liatin pacar aku aja."
Jay memalingkan wajahnya. Cowok itu memang berani kalo menatap wajah cantik milik Ningning duluan tapi kalo ningning yang duluan seperti tadi, ah sudahlah jantungnya benar-benar berdegup keras.
"Eum, mau peluk boleh?"
Jay menoleh, lalu mengangguk, melebarkan tangannya. Ningning langsung menubrukkan badannya ke pelukan jay, menaruh kepalanya di dada bidang milik cowok itu. "Kenapa? cape ya?" Tanya Jay sembari tangannya mengelus punggung kecil milik Ningning.
Ningning mengangguk. "Padahal ini baru seminggu, tapi rasanya badanku kaya mau remuk. Kalah aku sama Hema, dia keliatan baik-baik aja. Tapi mungkin dia juga ga kalah cape nya kaya aku."
"Kamu ga usah bantuin dulu aja ya? aku ga mau Ning kamu sampe sakit. Kamu juga kaya lebih kurus di banding sebelumnya." Katanya memindahkan telapak tangannya menjadi mengelus rambut halus Ningning.
"Engga ah. Hema bakalan cape dua kali lipat, aku ga mau. Selagi aku bisa bantu, kenapa engga."
Ningning tetaplah Ningning yang keras kepala. "Kalo udah ga sanggup bantu lagi, jangan di paksa ya?"
Di jawab dengan anggukan, jay sedikit memundurkan kepalanya sebelum mengecup kening sang pacar. Sedangkan Ningning, cewek itu mulai memejamkan matanya untuk menghilangkan rasa lelah yang ada dalam dekapan hangat milik Jay.
Keduanya tidak menyadari bahwa sedari tadi. Semua kata yang keluar dari mulut mereka, tidak lepas dari pendengaran perempuan yang dari tadi berada di depan pintu. Dan tidak lepas dari mata yang melihat dari celah-celah pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] Home; Jay-Ningning
Fanfiction[SELESAI] Karena Ningning adalah tempat Jay berpulang.