16.

1.3K 190 34
                                        

Jay memejamkan matanya sejenak, lelah itulah yang dirinya rasakan. Seharian berkutat dengan kertas-kertas dan terus menatap layar laptop. Sedikit hilang kala melihat wajah Ningning walau melalui layar ponsel.

Agak sedikit kesal mendengar Ningning meminta seekor puppy, bukan karena tak mau membelikan, tapi takut perhatian cewek itu terambil alih oleh puppy yang bakal dia beliin untuk Ningning.

Sedangkan Ningning sendiri bagi Jay itu kaya magnet, mau sejauh apapun dia melangkah, pasti Ningning bakal narik dia buat ga jauh-jauh. Kadang Jay juga ngerasa bosen sama hubungan yang lagi dijalanin.

Di satu sisi bosen, di satu sisi pula dia gamau Ningning pergi dari pelukannya. Tapi ibaratnya Ningning itu cuma buat dia, di ciptakan buat mendampingi Jay sampe ajalnya.

Pesona Ningning itu belum ada yang bisa ngalahin. Pesona yang bikin Jay benar-benar jatuh sedalam mungkin hanya cuma sekali liat matanya. Ningning seistimewa itu.

Beranjak dari kursi nya sembari membawa kopi yang sempat dia bikin sebelum menjatuhkannya di tempat sampah dekat pintu. Melepas jas lalu di lampirkannya di tangan kiri. Sungguh tampan.

Angin malam menyapa wajah putih Jay, kala cowok itu keluar dari gedung. Sedikit membuat dirinya mengantuk.

Mengambil langkah ketempat dimana mobilnya terparkir. Lalu menancapkan gas meninggalkan gedung yang menjulang tinggi. Ditengah jalan matanya menyipit, menajamkan penglihatan nya.

Di sana ada seorang perempuan yang mungkin seumuran dengan dirinya, duduk di halte sendirian, setahu Jay jam segini bus udah ga ada. Selama menempel sama Ningning, rasa membantu di hati Jay itu melonjak.

"Hema?" panggilnya sampai di tepi jalan dekat halte.

Cewek itu mendongak lalu memberi bungkuk. "Iya kak Jay, ada apa?"

"Mau saya antar kan pulang?" Tawar Jay tanpa niat keluar mobil. Males turun sebetulnya.

"Eh gausah, nunggu bis aja kak."

"Setahu saya, jam segini bus udah lewat Ma. saya antar kan saja, ayo masuk." Katanya sembari membuka pintu di sisi satunya, mengisyaratkan agar Hema masuk kedalam.

Hema yang awalnya ragu, akhirnya menerima tawaran dari pacar sang pemilik cafe tempatnya bekerja. Duduk di kursi depan, dimana Ningning yang biasanya menempati.

Dijalan hening di ciptakan keduanya, tak ada niatan mau mengeluarkan sepatah kata.

"Terimakasih ya kak." Tutur Hema sebelum membuka pintu mobil milik Jay.

"Iya sama-sama, besok jangan sampai telat dateng kerja ya, bisa-bisa Ningning repot sendirian." Kata Jay dengan tangan yang sedikit mengusap puncak kepala Hema.

Hema mengangguk kikuk, keluar dari mobil. Lantas Jay langsung menancapkan gas nya, meninggalkan Hema dengan semburat merah di kedua pipinya.

[ii] Home; Jay-NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang