Jake memberhentikan mobilnya tepat didepan gedung yang menjulang tinggi itu, tangannya membuka dasboard mengambil sebuah payung berwarna biru tua kepada Ningning.
"Pake, ga mungkin kan lo basah-basahan buat masuk apart."
Kepala Ningning terangguk, lantas tangannya mengambil pemberian Jake. "Makasi, nanti gue kembaliin."
"Seterah. Sampe unit, lo jangan nangisin cowok kaya dia lah."
Ningning berdecih. "Gitu-gitu dia atasan lo."
Jake menjatuhkan punggungnya pada kursi. "Ga peduli dia itu atasan gue. Kalo tau akhirnya dia main belakang, udah dari dulu gue maju buat lo lagi."
Ningning bergeming, tak tahu harus menjawab apa. Dibenaknya, kalo saja dia tahu cowok yang amat dia percaya akan seperti ini, sudah di pastikan Ningning tak akan berharap lebih.
Pikiran cewek itu berakar kemana-mana, ini alasan Jay mengharuskan pegawai perempuan yang bekerja dibanding laki-laki? supaya bisa dijadikan selingkuhan. Sekarang Jay sedang ngapain bersama dia?.
Melihat Ningning yang hanya menatap lurus keluar jendela, Jake menyempatkan memandang side profil cewek itu lamat-lamat. Kejadian ini membuat Jake bisa menatap Ningning dalam jarak dekat, haruskah dia mensyukuri kejadian yang menimpa Ningning?
"Kalo lo bengong gara-gara mikirin soal tadi, gue yang hajar dia deh. Biar puas." Kata Jake ngebuat Ningning langsung menoleh.
"Lo ga perlu ikut campur, lo bukan siapa-siapa disini. Dan gue gasuka ada kekerasan."
Ningning membuka pintu mobil lalu membuka payung biru tua itu. "Makasi tumpangan dan payungnya juga."
Setelah hilangnya punggung Ningning dari pandangan, Jake menghela nafas. Sebegitu ga maunya Ningning buat seorang Jake-- yang masih memendam rasa-- untuk ikut campur?.
"Setelah ini anggap aja kita sebatas saling kenal."
"Aku tau." Katanya lalu keluar dari mobil hitam milik Jay dan masuk ke area perkarangan kosnya.
Jay mengangguk, dan malah diam tak menancapkan mobilnya. Dihatinya sekarang sedikit mengganjal rasa bersalah terhadap Ningning, bahkan ketika makan dengan Hema, yang ada di pikirannya hanya Ningning.
Kalo saja Ningning tahu perbuatan brengseknya, apa cewek itu akan memaafkan nya?. Jay sedikit menyesal melakukan tindakan seperti ini.
Yang hanya ada dipikirannya beberapa hari lalu, hanya ingin bisa merasakan bagaimana rasanya berkencan dengan Hema.
Raut wajah Jay tak terbaca, dia harus jujur atau engga ke Ningning.
Mobil hitam itu mulai melaju meninggalkan kos sederhana itu dengan kencang. Sesekali Jay melirik ponselnya yang sengaja dia genggam sedari tadi, mengharapkan pesan dari Ningning muncul di layar gawainya.
Karena biasanya ketika hujan seperti ini, Ningning selalu meminta Jay untuk menemaninya menonton drama kesukaan cewek itu ditemani semangkuk mie rebus.

KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] Home; Jay-Ningning
Fanfiction[SELESAI] Karena Ningning adalah tempat Jay berpulang.