02.

4.3K 465 14
                                    

Namanya Jay pasti ga pernah ga nempel terus sama Ningning setelah resmi pacaran, mau cewek itu cuma ngambil minum pasti di ikutin dari belakang, kaya anak kucing. Pernah saking kesalnya Ningning mau nimpuk pake spatula, tapi keburu Jay ngumpet di kolong meja makan.

Kaya sekarang Ningning harus ikut makan lagi, supaya Jay mau makan. alasannya "Kamu juga harus ikut makan Bi, kalo ga nanti anak kita mati kelaperan." ya di toyor lah tuh kelapa sama Ningning.

Jay itu rentan banget sakit, kecapean sedikit pasti sakit ga kaya dulu. Belum lama ini cowok itu sakit karena terlalu mikirin kerjaan, yang bikin Ningning harus balik ke rumah dan hampir 24jam Ningning terus di samping Jay.

cowok itu sendiri yang minta di rawat ningning alih-alih sang Bunda, Ningning ga masalah soal itu, dia juga seneng-seneng aja ngerawat Jay yang udah kaya anak bayi, super-duper manja.

"Seperti biasa, kamu tidur di kamar satu lagi." Ningning berhenti mengunyah, mengingatkan cowok di depannya.

"Baik bu bos baik." Jay berkata tanpa mengalihkan makanan yang terlalu enak itu.

Makanan di habiskan tanpa sisa, Jay sendiri sempat nambah. Padahal masakan yang di masak hanya nasi goreng dan telur ceplok, tapi menurut Jay, itu makanan yang sungguh luar biasa tiada tara, terlalu lebay memang.

Sekarang Jay duduk di sofa yang ada di kamar ningning dengan berkas yang ada di tangannya, menandatangani berkas yang belum sempat ia tanda tangani di kantor.

"Jay, kayanya aku mau buka cafe deh. Dari pada diem kaya gini."

Cowok itu melirik dengan senyum tak biasa. "Barusan ngomong apa? coba ulangi."

"Mau buka cafe."

Kepalanya menggeleng. "Bukan, bukan itu."

"Terus apaaaa??"

"Tadi kamu bilang aku."

Ningning menutup mulutnya kaget, dia sendiri ga percaya meluncurkan kata itu tanpa merasa apapun. Meneguk air yang dia bawa, menghilangkan rasa gugup. "Kalo gue ngomong gitu, jangan di bahas."

Menggeser sedikit bokongnya, menepuk-nepuk pelan bahu Ningning. "Maaf, nanti juga terbiasa."

Ningning menyenderkan kepalanya di dada bidang milik sang pacar, yang sudah menjadi tempat favorit nya beberapa bulan ini. "Jangan berani-berani selingkuh, Jay."

"Engga bakal, inget itu." Seraya tangannya mengelus rambut Ningning.

Dalam hati, Ningning tak menjamin itu semua. bisa saja suatu saat jay akan bosan. Tapi dia menggeleng menghilangkan pikiran buruknya.

"Yaudah, tidur sana Jay." Kembali menegakkan badannya, tersenyum menatap Jay.

"Kelon ya."

Menatap tajam Jay. "Gue tabok lo sini."

"Sampe tidur, terus kamu boleh balik kamar Ning." Pinta Jay menggunakan puppy eyes.

Jika sudah dengan cara seperti itu, tolong siapapun pasti ga bakal bisa menolak termasuk Ningning sendiri. "Yaudah ayo."

Beranjak berjalan menuju kamar sebelah, kamar yang sering Jay tempati jika sudah berada di sana. Menidurkan badannya yang serasa mau remuk dengan memeluk pinggang Ningning, tenang cowok itu masih bisa menahan sampai halal. doakan.

"Selamat bobo." Bisik Ningning mengecup pucuk kepala Jay dengan tangan yang terus mengelus rambut cowok itu.

[ii] Home; Jay-NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang