11.

1.4K 224 3
                                    

Jay mulai membuka pintu cafe setelah memasukan kunci yang dia pegang, sedangkan Ningning yang di samping sangat gugup, hatinya berdebar kala salah satu kakinya mulai menginjak lantai dalam cafe.

Senyumnya mengembang, interior klasik. dirinya mulai menyusuri setiap sela-sela dengan senyuman yang tidak luntur, sungguh impiannya terwujud walau masih bantuan kedua orangtuanya.

Dia benar-benar mengagumi setiap desain di sini. Sangat menyegarkan sepasang mata Ningning.

Jay menyilang kedua tangannya, berdiri di dekat meja kasir dengan mata yang tertuju pada sang pacar. Hati nya ikut menghangat kala melihat senyum gadisnya yang tidak luntur.

Bel pintu cafe berbunyi, membuat keduanya menoleh. Seorang perempuan yang sepertinya lebih muda di banding Ningning dan juga Jay, masuk kedalam memberi sedikit salam.

"Maaf, tapi cafe nya belum resmi buka." Jay berujar.

"Ah, anu kak maaf. Tapi aku datang mau melamar kerja di sini, aku udah lihat cafe ini kemarin, dan ternyata masih tutup jadi aku balik kesini sekarang dan ternyata kakaknya ada." Jelas gadis itu panjang.

Ningning yang merasa langsung tertarik dengan gadis yang masih menunduk, lalu berjalan mendekat. Berusaha menegakkan punggung gadis itu. "Hey, kamu mau melamar di sini kan? aku terima ya."

Jay menoleh, seharusnya Ningning seleksi memilih pekerja, bagaimana kalau gadis itu bukan gadis baik-baik. "Ning???"

Ningning menatap tajam Jay, dengan telunjuk yang di taruh di depan bibir. "Namamu? umurmu? bisa sebutin ke aku?"

Gadis itu mengangguk. "Namaku Hema, aku 21 tahun, tempat tinggal ku di jalan Grandiya."

"Jauh banget tempat tinggal mu."

Kembali mengangguk. "Kos an di sana yang paling murah kak, aku hidup sebatang kara. Jadi tidak bisa tinggal di tempat yang terlalu mahal."

"Oh iya, Namaku Ningning 24 tahun dan dia pacarku Jay. Eum mau tinggal bersama ku?"

Jay kembali menengok ke arah Ningning seraya melebarkan matanya bulat-bulat, apa-apaan pacarnya itu memberi tempat tinggal kepada orang yang belum sejam mereka kenal.

"Tidak usah, aku cukup nyaman tinggal di tempat yang sekarang."

"Hema, cafe ini akan buka besok kalau tidak ada halangan. Bisa kamu datang lebih pagi sekitar jam 8 an mungkin?" Tanya Ningning.

Hema, gadis itu mengangguk melebarkan senyumannya. Sungguh dia berpikir sangat beruntung memilih tempat kerja yang tidak salah, Ningning adalah orang yang berhati lembut. Dia tidak akan menyakiti perempuan di depannya itu.

[ii] Home; Jay-NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang