24.

1.2K 176 75
                                    

Kedua tangan itu saling bertautan erat, sesekali tertawa saat lelucon keluar dari mulut diantara mereka. Sore yang tenang, cuaca yang sejuk, membuat langkah mereka terlihat nyaman.

Jaja yang berada di dekapan itu sesekali menjilat pipi gembil Ningning, membuat si empu terkekeh gemas.

Anak muda yang melihat mereka selalu menatap dengan pandangan memuja, iri, takjub. Bagaimana sepasang kekasih ini terlihat saling melengkapi satu sama lain.

Keduanya berhenti tepat di depan air yang membentang cukup luas. Duduk di kursi besi menikmati sepoi-sepoi angin. Ningning menjatuhkan kepalanya di bahu lebar milik Jay, membiarkan tangan Jay mengelus bulu putih Jaja.

"Udah lama ga kaya gini Ning."

Ningning mengangguk samar. "Kamu sibuk terus, pesan aku aja kadang ga dibales."

"Maaf ya."

Ningning mengangguk lagi sembari mengeratkan pelukannya pada lengan Jay, membuat sang pacar terkekeh dengan sifat clingy nya. Ningning termasuk cewek yang jarang seperti ini.

"Aku sayang banget sama kamu Jay." Tiba-tiba Ningning berucap.

Jay jelas kaget, jarang, sangat jarang Ningning akan bicara seperti tadi. "Aku tahu. Dan aku jauh lebih sayang sama kamu." Balasan Jay membuat Ningning tersenyum puas mendengarnya.

















Selesai mengantarkan sang pacar ke apartemen, Jay kembali melajukan mobilnya kearah yang berlawanan dari arah rumahnya. Sekarang pukul delapan malam, yang berarti dia masih ada disana.

"Hey."

Panggilan itu membuat yang merasa terpanggil menoleh, menunjuk dirinya. "Aku kak?"

Jay mengangguk. "Belum mau pulang?"

"Ah baru mau kok kak, tinggal kunci pintu aja." Jawabnya dengan tangan yang sibuk mengunci pintu cafe.

"Bareng saya aja, kebetulan lewat sini juga."

Berniat sedang menghemat, Hema mengiyakan dan masuk duduk di samping kemudi, tempat yang Ningning singgah sebelumnya.

Dijalan atmosfer sunyi memenuhi lingkup mobil, tidak ada niatan sama sekali untuk membuka suara. Sampai saat mobil hitam Jay terhenti di bangunan yang Hema tinggali.

"Terimakasih ya kak."

Tangan Jay mengambil pergelangan tangan Hema, guna menahan cewek itu terlebih dulu. "Hema, cowok yang kamu maksud tadi siang itu, saya kan?"

Merotasi matanya kesana-kemari, Hema tak tahu harus menjawab apa, sampai kepalanya terangguk tanpa sadar.

"Saya tertarik sama kamu. Berkencan dengan saya sehari, setelah itu anggap kita cuma sebatas kenal."

[ii] Home; Jay-NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang