21.

1.1K 173 22
                                    

Ningning melipat kedua tangannya di depan dada, pupil matanya sejak tadi tak beralih dari cowok di depannya, Jay. Beberapa kali mendelik menatap Jay dengan curiga. Ada perasaan aneh di dalam diri cewek itu.

Mata Ningning itu seolah memacarkan aura yang membuat buluk kuduk siapapun langsung berdiri, termasuk Jay.

Sedangkan yang ditatap itu sesekali menyesap kopinya yang sudah datang dari beberapa menit lalu. Enggan menatap Ningning, takut sebenarnya. Tapi hati dan pikirannya sibuk mencari alasan yang tepat, kalau sewaktu-waktu Ningning kembali bertanya.

Jay mendengar helaan nafas Ningning pelan, seraya sorot mata sang pacar kembali melembut. Senyum Ningning mengembang. "Sekarang kamu udah pinter bohong Jay." Kata Ningning pelan, sangat pelan. Sampai Jay sendiri tak bisa mendengarnya.

Ningning membalikkan tubuhnya, mengarah kepada Hema yang berdiri di ujung sana. Mata indah itu memperhatikan sang pekerja paruh waktu itu dari atas sampai bawah, tiba-tiba Ningning merasa minder.

"Aku kurang cantik ya?" Tanya Ningning setelah kembali ke posisi awal.

Jay menggeleng, cewek di depannya ini cantik, sangat cantik malah. "Engga sayang, kamu cantik. Kenapa hm?" Tanya Jay seraya tangannya mengelus punggung tangan kurus milik sang pacar.

"Ga pa-pa. Kamu makan siang dulu ya sama aku, baru ke kantor." Pinta Ningning lembut.

"Iya, mau makan siang dimana?"

Ningning terlihat menimang-nimang, dimana tempat yang cocok buat mereka makan siang. Bisa saja sebetulnya di sini, tapi saat ini Ningning lagi merasa kurang nyaman sama cafe nya sendiri.

"Gimana kalo aku yang masak?, tapi kita mampir ke minimarket dulu ya." Kata Ningning mengusulkan idenya.

Jay menganggukkan kepalanya. "Ayo."

Tangan Jay langsung menggenggam tangan kanan milik Ningning. Tapi, sebelum melangkah Ningning lebih dulu menahan lengan sang pacar. "Kamu gabakal ninggalin aku kan?"

Yang di tanya mengangguk sekaligus tersenyum. "Ga akan."

Akhirnya kaki mereka melangkah keluar dan pasti Ningning pamit kepada Hema untuk menjaga cafe nya. Dan juga sebelum Jay menjalankan mobilnya, kedua mata itu memperhatikan Hema seperkian detik dahulu.

[ii] Home; Jay-NingningTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang