Berminggu-minggu telah berlalu, Alya hampir saja melupakan kisahnya di balkon bersama Draco. Sekarang ia lebih sering bersama Colin dan mengerjakan tugas bersama.
"Alya, bukan aku bermaksud untuk membahas Draco, tapi-" Kata Colin terhenti di tengah tengah. "Kau tau, aku hanya memberitahumu tentang ini, ya.. maksudku-"
"Berkatalah dengan jelas, Colin." Kata Alya. "Aku tidak marah, katakan apa yang ingin kau katakan."
"Aku beberapa hari ini melihat Malfoy keluar masuk ke dalam gudang." Kata Colin. "Dari pagi hingga malam dia keluar masuk dari gudang."
"Terus?" Kata Alya sama sekali tidak melihat Colin.
"Aku merasa ada yang aneh saja, setiap kali Malfoy masuk kedalam gudang-." Colin berhenti sebentar untuk menelan ludah. "Dia membawa sesuatu, seperti hari yang lalu, dia membawa burung masuk, tetapi saat keluar dia tidak membawa apapun."
"Biarkan saja, kerjakan tugasmu atau aku tidak mengoreksi jawabanmu!" Kata alya sinis.
Tiba tiba langit menjadi gelap gulita, dan muncul tengkorak hijau menyala dengan lidah ular.
"Apa yang terjadi?" Kata Colin terkejut. "I.. ituuuu-"
Alya melihat dari jendela, dia melihat ada tengkorak hijau menyala dengan lidah ular. "It... Ituu tanda yang selalu ditinggalkan Pelahap Maut setiap kali mereka memasuki suatu bangunan atau setiap kali mereka membunuh seseorang."
"Apa yang harus kita lakukan?" Kata Colin. "Apa pelaham maut ada di dalam kastil Hogwarts?"
Tampa pikir panjang, Alya keluar dari asrama dan berlari tampa arah. Saat berlari entah kemana, ia melihat Draco sedang keluar dari rumah sakit. "Apa yang akan dia lakukan?" Gumam Alya,l. "Aku harus mengikutinya."
Alya mengikuti Draco, dia berjalan menuju gudang, Alya jalan dengan sangat hati-hati dan bersembunyi di belakang barang barang yang ada di dalam gudang. Draco menyeret kain yang menutupi lemari hitam. Setelah itu dia berlari saat lemari tersebut terbuka pintunya. Saat lemari terbuka ada 4 orang yang keluar dari lemari tersebut yang tidak lain adalah pelahap maut.
Alya tersentak terkejut dengan yang ia lihat, "Apa? Pe... Pelahap maut?" Kata Alya bergetar.
Alya mengikuti langkah pelahap maut tersebut, mereka menuju ke dalam benteng. Alya berjalan di bawah tangga agar tidak ketahuan para pelahap maut.
"Alya?" Bisik suara anak laki laki yang ada di belakang Alya. Alya terkejut dan langsung menengok ke arah belakang.
"Harry?" Bisik Alya.
"Kenapa kau disini?" Tanya Harry.
"Sudah, itu tidak penting." Kata alya sambil melihat para pelahap maut dari bawah benteng.
"Dumbledore tanpa
tongkat sihir, Dumbledore sendirian! Bagus sekali, Draco, bagus sekali!" Kata perempuan kekar kecil sambil mencium pundak Draco."Selamat malam, Bellaetrix!" Sapa Dumbledore kalem, seakan menyambut orang itu dalam
jamuan minum teh. "Dan kau mengajak Alecto juga, menyenangkan."Perempuan yang bernama Bellaetrix terkekeh marah.
"Kau kira lelucon kecil ini akan membantumu di akhir hidupmu, begitu?" cemoohnya. "Bunuh dia sekarang, Draco! Sekarang!"Alya tidak menyangka bahwa Draco menjadi salah satu dari pelahap maut. Alya dan Harry siap mengulurkan tongkatnya dan menyerang para pelahap maut tersebut, tetapi ada seseorang yang menghentikan mereka.
"Expellia-" Kata bisik Alya yang siap menyerang tetapi terhenti karena Harry menyenggol lengan Alya dan ada Professor Snape yang ingin kita diam.
"Draco, lakukan kalau tidak minggir supaya salah satu dari kami-" kata si perempuan
dengan suara menciut-ciut, namun tepat saat itu pintu menuju benteng menjeblak terbuka sekali lagi dan di sana berdiri Snape, tongkat sihirnya tercengkeram di tangan ketika mata
hitamnya menyapu pemandangan itu."Severus..."
Suara itu menakutkan Harry dan Alya lebih dari segala yang telah dialaminya malam itu. Untuk pertama kalinya, Dumbledore memohon. "Severus ... tolong ..." Snape tidak berkata apa-apa, namun berjalan maju dan mendorong Malfoy dengan kasar agar menyingkir. Ketiga Pelahap Maut mundur tanpa kata. Bahkan si manusia serigala tampak ketakutan.Snape mengangkat tongkat sihirnya dan mengacungkannya tepat ke arah Dumbledore.
"Avada Kedavra!"
Pancaran sinar hijau meluncur dari ujung tongkat sihir Snape dan menghantam
Dumbledore tepat di dadanya. Perlahan Dumbledore jatuh ke belakang, seperti boneka kain besar, melewati benteng, dan lenyap dari pandangan.Alya terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Snape. Ia hampir teriak tetapi ditahannya.
"Keluar dari sini, cepat," kata Snape. Dia menyambar Malfoy pada tengkuknya dan memaksanya masuk lewat pintu lebih dulu
dari yang lain. Pelahap maut kini terengah-engah bersemangat.Harry langsung berlari menyusul para pelahap maut. "Harry!" Teriak Alya menyusul Harry, Alya dapat melihat kemarahan dimata Harry.
Harry dan Alya berlari menyeberangi Aula Depan dan keluar ke halaman yang gelap. Mereka bisa melihat tiga sosok berlari di padang rumput, menuju gerbang, di luar gerbang mereka bisa ber-Disapparate. Kalau dilihat dari sosoknya, mereka adalah si Pelahap Maut pirang yang besar, dan agak jauh di depannya, Snape dan Malfoy.
Udara malam yang dingin mencabik paru-paru mereka ketika berlari mengejar mereka. Harry mengeluarkan teriakan kemarahan yang tidak jelas. Pada saat itu dia tidak peduli apakah dia hidup atau mati.
Memaksa diri bangun lagi, dia terhuyung membabi buta mengejar Snape, orang yang sekarang dibencinya sama seperti dia membenci Voldemort. "Harry sudah! Harry!" Teriak Alya mencegah Harry. Tapi Harry tidak menggubrisnya sama sekali.Bellaetrix berteriak kegirangan dan membakar pondok milik Hagrid. "Snape!" Teriak Harry. Alya hanya meratapi Draco, dan meneteskan air matanya yang tidak menyangka bahwa Draco bisa nekat seperti itu.
"Sectum-" Snape menjentik tongkat sihirnya dan kutukan itu ditangkis. Harry seperti api membara, kobaran api memperlihatkan wajah yang penuh kemurkaan.
"Levi--"
"Tidak, Potter!" teriak Snape. Terdengar ledakan keras DUAR dan Harry melayang ke belakang lagi, menghantam tanah dengan keras lagi, dan kali ini tongkat sihirnya terlempar dari tangannya."Berani beraninya kau menggunakan kutukanku untuk menyerangku, Potter?" Kata Snape. "Akulah yang menciptakan kutukan itu, akulah si Half-Blood Prince! Pangeran Berdarah-Campuran! Dan kau mau menggunakan ciptaanku untuk menyerangku, seperti ayahmu yang licik, ya? Tak akan kubiarkan ... tidak!"
Snape pergi dengan Harry yang tergeletak, Alya langsung menolong Harry. "Harry, you okay?" Tanya Alya.
Harry hanya menatap Alya dan kemudian berpaling melihat ke arah langit dengan tengkorak hijau menyala dengan lidah ular yang menghiasi. Hagrid datang untuk membantu Harry. Kita kembali ke kastil dan menyibak kerumunan orang yang melihat jasad tubuh Professor Dumbledore. Colin menarik tangan Alya dan bertanya apa yang terjadi.
"Alya!" Panggil Colin sambil menyeret Alya. "Apa yang terjadi? Kenapa kamu bisa menangis seperti ini?"
"Diamlah!" Bentak Alya.
Harry langsung menghampiri jasad Dumbledore dan menangis dipeluknya. Professor McGonagall mengangkat tongkatnya tanda berduka, Alya menyusul mengangkat tongkatnya, dan disusul anak anak lain.
***
Semua pelajaran ditiadakan, semua ujian ditangguhkan. Beberapa anak bergegas dibawa pergi dari Hogwarts oleh orang tua mereka selama beberapa hari berikutnya, Alya juga merapikan barangnya karena ia mendapatkan surat dari kedua orang tuanya tadi pagi yang isinya akan menjemput Alya.{Tunggu cerita selanjutnya ya}
![](https://img.wattpad.com/cover/256894091-288-k238065.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gryffindor women and Slytherin men [End]
FantasyBagaiman jadinya jika perempuan Gryffindor dan laki laki slytherin bertemu? Apakah saling membenci atau malah sebaliknya?? {End} {Makin kebawah makin seru!} Semua tokoh disini milik JK Rowling. (Beberapa ada tokoh tambahan dari ku) Cerita ini hanyal...