" kau tidak perlu melakukan ini ",Yoona hanya tersenyum menanggapi Sehun, kemudian terus melanjutkan kegiatan nya mengatur makanan di meja. Dia pagi - pagi sekali bangun dan juga memasak, kemudian mengemas nya dan datang membawa pada Sehun. Mungkin terlalu pagi, Sehun bahkan membuka pintu dengan mata setengah tertutup. Pria itu baru keluar dari kamar sudah rapi dengan setelan coklat nya.
" duduklah, sarapan nya sudah siap ", suruh Yoona membuat Sehun bergerak datang duduk di meja makan. Yoona juga mengambil tempat berhadapan dengan nya.
" bagaimana? ", tanya Yoona menunggu komentar Sehun yang mencoba sup buatan nya.
" ini enak, kau juga harus makan ", jawab Sehun.
" iya ", Yoona dengan senyum lebar karna senang, memulai menikmati makanan yang di buat nya dari rumah.
" aku juga harus belajar memasak, dan membawakan sarapan ke tempat mu ", ucap Sehun.
" tidak perlu, aku melakukan nya bukan supaya membalas nya ",
" tetap saja, aku akan berusaha ",
" kalau begitu aku tunggu ", kata Yoona sambil tertawa, Sehun juga ikut tertawa kecil.
Mereka berdua menghabiskan sarapan bersama, kemudian berpisah di parkiran. Karna punya mobil masing - masing, dan arah tempat kerja yang berbeda. Kalau begini Sehun dan Yoona terlihat seperti pasangan suami istri.
.
.
.
" bukankah ini terlalu berlebihan? ", Yuri menatap sekitar lalu melihat kembali pada Jongin yang duduk tepat di depan nya.
Jongin mengatakan kalau dia tidak ingin berkonsultasi di rumah sakit, Yuri tidak keberatan. Jadilah mereka sepakat akan membuat setiap pertemuan di luar, saat jam makan siang. Dan sekarang mereka bertemu di restoran. Bukan restoran biasa, tapi berbintang lima. Jongin yang melakukan reservasi di restoran ini, dan menurut Yuri sangatlah berlebihan.
" bukankah lebih baik bercerita di tempat yang nyaman? Itu akan membuat orang yang bercerita juga merasa nyaman, dan aku nyaman disini ", balas Jongin. Seperti biasa pria itu punya mulut yang lancar untuk menyahut, Yuri pun hanya menganggukan kepala nya. Memang yang di katakan benar.
" silahkan pesan makanan dahulu ", Jongin menyodorkan menu pada Yuri. Mereka pun memasan makanan, yang tak lama di sajikan oleh pelayan di meja.
" kalau begitu silahkan kau mulai ", ujar Yuri yang sudah menyelesaikan makanan nya.
" mulai apa? ", tanya Jongin dengan sambil mengangkat satu alis nya, di tangan memegang gelas yang hendak di minum.
" bukankah kau bilang ingin memulai berkonsultasi? ", sahut Yuri.
" Ah benar ", Jongin meneguk minum nya dahulu sampai habis, dan meletakan gelas nya yang sudah kosong di meja.
" pekerjaan ku sangat banyak hingga membuat ku merasa stres akhir - akhir ini ", ujar Jongin.
" lalu? ", Yuri menunggu lanjutan.
" hanya itu ", sahut Jongin sambil mengangkat bahu.
" apa kau sedang mempermainkan ku sekarang Presdir Kim? ", Yuri merasa sedikit tersinggung karna pria itu bilang ingin berkonsultasi. Mereka bertemu sebagai dokter dan pasien sekarang ini, bukan teman. Dan Jongin yang terkesan tidak menghargai nya.
" tidak. Sama seperti mu, aku juga merasa nyaman bercerita dengan mu. Tidur dengan perempuan yang berbeda setiap malam, aku tidak melakukan nya lagi. Entah kenapa hanya bercerita seperti ini dengan mu membuat ku merasa senang ", Jongin mengatakan nya dengan serius. Yuri pun terdiam di buat nya.
" tidak bisakah kita terus bertemu seperti ini? Aku hanya ingin bertemu dan bercerita dengan mu, itu membuat ku bahagia ", kata Jongin.
.
.
.
Pulang dari rumah sakit, Yuri singgah di supermarket. Dia tiba - tiba ingin memasak malam ini, sudah lama dia tidak melakukan nya. Akhir - akhir ini makan di luar, atau pun memesan makanan untuk makan di rumah. Dan sekarang ingin makan masakan rumah. Jadi dia berbelanja bahan masakan.
Baru tangan Yuri akan mengambil daging, saat bersamaan ada tangan yang lain juga mengambil daging itu. Kebetulan daging tersisa satu. Dan kebetulan yang luar biasa pemilik tangan yang lain itu adalah Sehun, membuat Yuri terkejut ketika menatap wajah nya. Sama hal nya dengan Yuri, Sehun juga terkejut melihat nya. Sama - sama tidak menyangka. Kedua nya pun melepaskan daging itu kemudian. Teringat kembali pertemuan terakhir mereka di restoran lalu yang tidak meninggalkan kesan yang baik.
" kau bisa memiliki nya ", Sehun mengalah.
" tidak, kau saja ", tolak Yuri, juga mengalah.
Mereka berdua sama - sama terdiam kemudian. Tidak ada yang mengambil daging yang tersisa satu itu, atau pun pergi lebih dulu. Masih tetap di tempat.
" aku sudah memberitau pada para orang tua ", Yuri mengatakan nya tiba - tiba, memecah keheningan.
" aku tau. Maaf aku meninggalkan mu ",
" tidak, yang ku katakan..",
" Oh Sehun kau sudah mendapatkan daging nya? Aku ingin minum anggur putih ", datang Yoona membuat kalimat Yuri terhenti, dan mengalihkan perhatian kedua nya. Baik Sehun atau pun Yuri, melihat Yoona yang datang dengan sebotol anggur putih di tangan.
Yuri kembali terkejut di buat, tak di sangka kalau ternyata Sehun berbelanja bersama dengan Yoona. Suasana yang memang sudah tidak terlalu baik di awal, terasa lebih tidak terlalu baik sekarang ini.
" Yuri..aku tidak menyangka akan bertemu dengan mu ", Yoona juga terkejut ketika melihat Yuri.
" aku juga tidak menyangka akan bertemu kalian ", balas Yuri tersenyum, tapi di paksa.
" mungkin daging nya lain kali saja, aku akan memasakan mu sesuatu yang lain malam ini ", ucap Sehun pada Yoona.
" Ah begitu..tidak masalah ", Yoona menjadi kaku sekaligus canggung di depan Yuri sekarang.
" tidak, kalian bisa mengambil daging nya. Aku juga tidak akan menggunakan nya malam ini. Kalau begitu aku duluan ", Yuri tetap mempertahankan senyuman di wajah nya mendorong troli melewati mereka berdua. Baru setelah lewat senyuman nya hilang.
" ayo ", ajak Sehun untuk pergi tapi Yoona tetap diam di tempat.
" tidak apa - apa Yuri melihat kita? ", tanya Yoona.
" bukan urusan nya lagi, aku lapar. Ayo ", Sehun sudah berjalan lebih dulu dengan sambil mendorong troli.
Yoona masih di tempat. Sesaat dia menoleh ke belakang, melihat punggung Yuri yang sudah menjauh. Setelah menarik nafas dalam, barulah dia melangkah menyusul Sehun.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Scars Deeper Than Love
FanfictionHampir empat tahun menikah, Kwon Yuri mendapati diri tidak bahagia dengan pernikahan nya. Perasaan bahagia dan debaran yang di rasakan sewaktu berpacaran, tidak di rasakan lagi oleh nya. Yuri menginginkan perceraian dengan alasan ingin bahagia. Sete...