Yuri di ruangan nya termenung, memikirkan kembali kejadian semalam.
Setelah Sehun mengeluarkan suara tinggi nya, rasa nya Yuri seperti mendapat pukulan di kepala. Seketika dia mendapatkan akal sehat nya kembali. Dapat mengontrol diri, kembali pada mode nya yang biasa. Saat Sehun melontarkan pertanyaan yang sudah dalam nada tenang kembali, Yuri memilih tidak menjawab dan mengakhiri pertemuan yang tidak di rencanakan itu.
" maaf tiba - tiba menganggu mu, aku pergi ", ujar nya semalam.
Sekarang yang membuat Yuri berpikir keras, adalah jawaban dari pertanyaan Sehun semalam.
" Sebenar nya apa yang membuat mu begitu marah? ",
Yuri juga baru memikirkan hal itu sekarang. Apa yang membuat nya begitu marah semalam. Jawaban yang ingin di akui Yuri adalah karna Yoona membelikan sepatu untuk Mark, adik nya. Dan juga ada jawaban lain yang tidak mau Yuri akui. Dia merasakan nya, meski tidak mau di akui. Mark bilang dia bertemu dengan Sehun, arti nya Sehun membawa Yoona hingga dia dapat membelikan sepatu untuk Mark. Fakta bahwa Sehun bersama Yoona, membuat nya begitu marah. Entah kenapa.
" Ehmm ",
Deheman terdengar membuat Yuri sadar dari gumulan pikiran nya, di lihat Mark sudah berdiri di depan pintu. Entah kapan adik nya itu masuk, dia sama sekali tidak menyadari nya. Yuri hanya menatap sebentar Mark, lalu beralih melihat catatan yang ada di meja nya. Dari semalam Yuri memang tidak lagi berbincang dengan Mark. Bahkan pagi tadi saat bertemu di rumah, dia mendiamkan nya.
" kau masih marah pada ku? ", tanya Mark. Dia tetap di pintu, tidak berani melangkah lebih dekat.
Pertanyaan nya tidak di tanggapi oleh Yuri, membuat Mark menggaruk kepala nya. Sesungguh nya dia sendiri bingung. Untuk pertama kali nya Yuri meledak seperti itu dan membuat Mark ketakutan bahkan tidak bisa tidur semalam, tapi yang membuat nya bingung apa alasan nya. Masakan karna dia menerima pemberian orang lain?. Kalau karna itu, keterlaluan sampai kakak nya marah sampai tingkat dewa seperti tadi malam.
" Aishh! Setidak nya kalau marah kau harus memberikan alasan nya ", frustasi Mark tak tertahan lagi.
" katakan pada ku, kenapa kau sampai meledak seperti itu? Aku tau kau pemarah, tapi selama ini kau tidak pernah meledakan amarah mu seperti itu..",
" kenapa? Apa aku tidak boleh meledakan amarah ku seperti itu? ", sela Yuri. Perhatian nya juga sudah pada Mark, tak lagi di catatan.
" iya, kau seorang psikiater. Harus nya kau bisa mengontrol diri mu ", sahut Mark tanpa ragu.
" lalu kenapa kalau psikiater? Psikiater juga manusia. Aku juga punya pikiran, perasaan, dan kehendak. Apa aku tidak boleh mengeluarkan nya? Aku sudah menahan nya selama ini, apa aku tidak bisa melakukan nya sekarang? ", Yuri bersuara tenang seperti biasa nya, dia bisa mengontrol diri sekarang.
" apa yang kau tahan? Kau baik - baik saja selama ini..",
Tawa Yuri terdengar, membuat Mark terdiam. Yuri bahkan tidak tertawa keras, dia hanya tertawa kecil. Tapi tetap saja membuat Mark terdiam, aneh saja tidak ada yang lucu tapi kakak nya tertawa. Biar kecil, itu termasuk tertawa.
Hanya beberapa saat, tawa Yuri berhenti. Kemudian ekspresi di wajah nya juga berubah, begitu pun dengan tatapan nya.
" apa aku terlihat baik - baik saja selama ini? ", tanya Yuri.
Mark belum langsung membalas. Pulang dari Amerika dia di kejutkan dengan kakak nya, ada banyak yang di tunjukan nya untuk kali pertama. Melihat ekspresi dan tatapan nya, Mark temukan dia sedang tidak baik - baik saja. Sesaat dia terbawa perasaan, tapi kemudian cepat di tepis nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scars Deeper Than Love
FanfictionHampir empat tahun menikah, Kwon Yuri mendapati diri tidak bahagia dengan pernikahan nya. Perasaan bahagia dan debaran yang di rasakan sewaktu berpacaran, tidak di rasakan lagi oleh nya. Yuri menginginkan perceraian dengan alasan ingin bahagia. Sete...