Bab X

905 92 7
                                    

Jendral mengikuti punggung si perempuan sampai mereka sudah di dapur. Langkah kecil Sarah agak membuatnya tak sabaran namun tetap tidak ada protes dari laki-laki itu. Beberapa kali sarah menggosokan tangan kemudian pindah lengan nya ketika mereka berjalan membuat Jendral tak memalingkan padangan barang sedikit.

Dalam hati Sarah sempat berfikiran padahal tadi jelas dia bilang Jendral bisa pakai microwave untuk menghangatkan makanan di lemari pendingin tapi sepertinya anak itu sudah capek. Lagipula ia sendiri juga tidak keberatan. Sarah menoleh pada Jendral yang menaruh tas hitam di meja makan namun belum mendudukan diri di kursi.

"Tunggu sebentar ya."

Tak menunggu jawaban, si cantik segera berbalik kembali lalu melangkah ke lemari pendingin untuk mengambil satu kotak lasagna. Tubuhnya sedikit tersentak, tekejut bukan main waktu Jendral memberikan leather jacketnya di bahu Sarah sehingga perempuan itu berbalik badan. Pemandangan pertama adalah wajah tampan Jendral dengan rahang tegas nan tatapan tajam.

"Terima kasih."

Jendral pun bicara sambil masih mempertahankan posisinya. "Pakai aja dulu."

Sarah mengangguk kemudian melanjutkan kegiatan. Jendral mundur beberapa langkah waktu yang perempuan hendak menuju microwave dan menghangatkan lasagna disana. Ada jeda sebentar sebelum si pemuda mendudukan dirinya di kursi sekitar meja makan. Tidak butuh waktu lama, Sarah sudah menghampirinya sambil membawakan satu piring lasagna dan memposisikan air minum di dekat Jendral.

Sesekali ia melirik ponsel yang dibiarkan tergeletak, jaga-jaga kalau ada panggilan masuk dari Jeffrey. Sarah melihat bagaimana laki-laki dengan t-shirt hitam dan jeans warna senada menikmati hidangan buatannya tanpa komentar apapun. Ia lantas mengeratkan leather jacket pada tubuhnya sembari menaruh kepalanya di atas meja makan. Memang kantuknya kembali datang, tapi paling tidak dia aman dari celetukan Jendral karena tidak bisa menyembunyikan rasa senang sebab akhirnya setelah hampir satu bulan mereka membuat kemajuan.

"Papa masih lama," tutur Jendral.

"Iya, gapapa. Kamu lanjut makan aja."

Sarah menatap ke sisi kanan, pandangannya bertemu tirai putih dan pintu kaca yang jika dibuka akan mengarah pada kolam renang. Hari pertama ditinggal lembur membuat Sarah sudah mau mengeluh, apalagi nanti kalau ditinggal urusan pekerjaan ke luar negri. Pasti dia kelihatan super menyedihkan.

Merasa ada tangan mengarah ke kepalanya setelah hampir lima belas menit meratapi nasib, Sarah pun mendongak. Ia mendapati Jendral segera mengambil gelas kosong lalu mengisikan air mineral.

"Loh, udah habis?"

"Udah."

"Oh, bagus deh. Enak nggak?"

"Lumayan."

Sarah segera menegakkan posisi duduk kemudian memberikan Jendral senyum manis. "Akhirnya mau komentar juga."

Jendral membereskan bekas makan sendiri meskipun sudah mendapaat paksaan dari Sarah. Katanya masih punya tangan, tidak perlu memperlakukan Jendral seperti anak kecil jadi perempuan itu cuma memperhatikan dari tempat duduk. Tidak ada percakapan panjang meskpun mereka sudah satu langkah lebih maju dari hari kemarin. Hanya Jendral yang diam setelah selesai menikmati makan malam dan Sarah yang juga menunggu Jeffrey dalam hening.

"Aku ke atas dulu."

"Eh ini jacketnya," ucap Sarah tergesa sambil berusaha melepas leather jacket dari tubuhnya namun ditahan oleh Jendral.

"Serius, mending tunggu papa di kamar."

"Iya deh iya, yuk."

Jendral mengerutkan kening sehingga giliran Sarah menggenggam pergelangan tangan pemuda dihadpaannya. "Ayo naik, kamu mau ke atas kan?"

ALCANDER [Jaehyun Jung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang