Bab XIV

800 86 10
                                    

Jeffrey menoleh pada perempuan yang masih terbalut selimut, tidak ada pergerakan ataupun tanda jika sang istri hendak membuka mata. Mengulurkan tangan, ia lalu merapikan helaian rambut pada wajah Sarah. Bisa saja Sarah terlalu lelah sehingga hari ini sengaja absen dari pekerjaan namun panggilan di layar ponsel dimana diyakini itu adalah rekan kerja pemilik ponsel membuat Jeffrey mengangkat panggilan tersebut.

Daisy jelas kaget, ekspektasinya akan disambut suara Sarah kemudian mereka membuat janji membahas launching menu baru yang disambung membuat acara sendiri ternyata pupus begitu saja. Jeffrey menjelaskan jika Sarah dalam kondisi kurang baik, sedang kelelahan. Ia juga menawarkan akan mengirim orang guna membantu Daisy mengatur bakery hari ini dan tentu saja langsung ditolak sesopan mungkin.

Mendengar suara Jeffrey saja dia sudah terlalu panik sampai harus loudspeaker plus berkompromi dengan Bianca setiap menjawab ucapan suami Sarah, apalagi harus mengatur urusan bersama. Bisa-bisa dia mati muda karena terlalu sering terkena serangan mendadak. Begini, suara Jeffrey saja sudah masuk kategori sangat ganteng bagi Daisy dan Bianca, apalagi wajahnya. Belum kalau bertemu langsung maka kharisma seorang Alcander pasti menguar hebat. Membayangkan saja sudah buat deg-degan.

"Terima kasih atas konfirmasinya Pak Jeffrey, selamat pagi."

Panggilan ditutup kemudian Daisy dan Bianca saling menggenggam tangan satu sama lain. Mereka lalu berteriak, berisik memang tapi tidak dipedulikan karena senang bukan kepayang setelah mendengar suara Jeffrey di pagi hari. Memang Tuhan tahu cara membuat keputusan, bayangkan kalau Jeffrey ditakdirkan menjadi suami salah satu dari mereka berdua. Baru menikah langsung jadi duda lagi sehingga ditakdirkanlah Jeffrey sebagai suami Sarah yang bisa mengatasi ketampanan seorang Jeffrey Alcander.

Tidak tahu saja kadang Sarah juga masih suka senam jantung setiap suaminya bertindak biasa.

"Mbak Sarah sakit apa ya?" tanya Daisy penasaran.

"Kecapekan, maybe? Belakangan beliau sibuk banget."

"Tapi kemarin kan dirumah seharian."

Bianca menganggukkan kepala kecil. "Oh capek kali."

"Capek kenapa?"

"Capek Daisy, capek!"

"Karena apa? Penyebabnya?!" sungut Daisy kesal, ditanya penyebab malah terus-terusan bilang capek. Bianca merotasikan bola mata, super malas kalau temannya lagi mode lemot.

"Capek karena dirumah sama Pak Jeffrey!"

"Emang ngapain ko–Oh capek ya! Oke oke capek.... Okay."

Sedangkan laki-laki yang baru menutup panggilan segera bersiap sebelum berangkat ke kantor seperti biasa. Ia hanya makan roti dan selai strawberry karena istrinya masih terpejam di kamar pun dengan Sagara yang langsung menunggu Naomi di teras rumah sembari menikmati dua slice roti tawa dan nuttela. Mariel masih tidur karena tidak ada kelas pagi sedangkan Jendral juga masih diam di kamar, sengaja.

Tiga puluh menit berbaring, akhirnya pemuda yang mengenakan baju tidur berwarna abu-abu membuka pintu. Rumah sepi seperti biasa karena penyebab keramaian sedang dalam mode silent ataupun sudah pergi. Seperti Sarah dan Mariel sedang terlelap dan Sagara sudah berangkat sekolah. Bukan mau lancang masuk kamar orang tuanya tanpa permisi, ia hanya duduk sembari menikmati satu cangkir teh dan roti gandum seperti makan pagi penghuni lain.

Hampir dua jam sampai akhirnya Sarah keluar kamar, masih mengenakan pakaian serupa seperti semalam juga rambut yang dibiarkan tergerai. Perempuan itu melangkah pelan, sesekali memegang pelipis mengenakan telapak tangan karena jujur rasanya sedikit pusing. Beruntung ketika membuka ponsel sudah langsung diberi peringatan dari Daisy untuk fokus istirahat karena Jeffrey sudah mengatur semua.

ALCANDER [Jaehyun Jung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang