Bab XV

815 87 3
                                    

Sagara pulang sendiri tanpa Naomi, tanpa suara melengking yang biasanya masih sempat Sarah dengar meskipun sekadar ucapan pamit. Daripada menambah kebimbangan hati, namanya remaja satu-satunya obat paling ampuh sampai kadang buat lupa diri adalah cinta. Betul, meskipun anaknya ambisius di pelajaran sekolah namun Sagara tetap remaja pada umumnya yang mulai suka-sukaan sama teman satu sekolah.

Namanya sudah akrab di keluarga Alcander berkat mulut ember Naomi, tidak lain tidak bukan adalah Winolla. Setelah cuci kaki dan tangan juga ganti baju, Sagara langsung buka handphone lalu modus tanya-tanya soal tugas sampai ngobrol sembarang arah. Awalnya cuma lewat chat tapi entah gimana ceritanya sampai jalan pemuda itu lebih mulus dari kulitnya sendiri maka berujung mereka telfon sambil ngobrol santai.

Belum cukup sampai disitu, selesai telfon lanjut mabar bareng teman-teman satu kelas dan anak basket yang lain. Kadang Sagara heran, anak cowok di kelasnya diajak hang out ataupun main game selalu siap sedia tapi kalau ulangan harian selalu dapat nilai nyaris sempurna. Dia jadi harus usaha lebih keras supaya posisinya bisa aman dalam kelas unggulan.

"Kak Mariel ganti lagu!" teriakan nyaring terdengar sampai kamar Mariel sehingga pemilik speaker turut menyahuti permintaan adiknya.

"Apa?"

"Holiday – Lil Nas X."

"Bagus ini."

"Lo patah hati Kak?"

"Enggak."

"Tolong diganti, gue udah muak sama Talking to the Moon." Sagara tiba-tiba muncul di ambang pintu kamar Mariel sambil memberi tatapan malas, terlalu bosan sama lagu-lagu kakaknya.

"Okey."

Sudah diganti, tapi kali ini lebih membuat sang pemuda melotot kesal. "Ya nggak Blue Jeans juga!"

"Salah terus."

"Habis punya playlist udah kayak putus cinta padahal cuddle sama Kak Michelle jalan terus."

"Jendral belum pulang?"

Sagara memberikan tatapan acuh. "Belum kali."

Waktu berlalu cepat waktu sedang santai benar adanya. Seperti sebentar Mariel dan Sagara menikmati jam istrahat, bulan sudah lebih dulu menyambut hari mereka. Giliran Jeffrey keheranan karena Sagara jadi lebih pendiam belakangan, padahal kata Sarah pemuda itu selalu menang pertandingan basket dan nilainya pun baik-baik saja. Kembali lagi pada kewajaran jika mood remaja naik turun tanpa bisa dipahami orang dewasa.

Dari makan malam sampai empat orang di ruang keluarga mengobrol ringan sembari menonton acara televisi, Jeffrey lebih banyak mendengar suara keluar dari mulut Mariel. Padahal lama menanti-nanti waktu berkumpul bersama ditemani celotehan putra bungsu, ternyata anaknya memang sudah beranjak dewasa. Bahkan perawakannya juga berubah pesat, efek sering ikut ekstrakurikuler olahraga jadi badan Sagara terbentuk dengan sendirinya.

Hampir tiga puluh menit mereka bertukar cerita, bukan hal menyenangkan bagi Sagara. Daripada cuma diam menjadi pajangan di ruang keluarga maka pemuda itu pamit ke atas, ingin meminjam sepeda ke Jendral katanya. Jelas sekali mau pergi ke tempat Naomi karena di perumahan tempat mereka tinggal, Naomi menjadi satu-satunya teman Sagara. Kalau dilihat-lihat ada beberapa anak yang hampir seumuran cuma memang sudah kebiasaan kemana-mana berdua jadi mau dikenalkan ke berapapun orang baru tetap kembali ke Naomi.

Jeffrey jelas memberikan pertanyaan beruntun pada anaknya, meskipun saudara dekat kalau sudah malam begini agak kurang sopan juga bertamu. "Ngapain malem-malem ke tempat Naomi?"

"Masih jam sembilan ah."

"Udah malem," balas Jeffrey.

"Belajar matematika. Ada yang kurang paham."

ALCANDER [Jaehyun Jung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang