Sagara berkali-kali pastikan ibunya cukup rasakan hangat waktu beliau paksa ingin tunggu Jeffrey Alcander pulang. Di meja sudah ada teh hijau hangat, ada pula selimut tebal membungkus raga namun masih saja si bungsu mau paksakan supaya Sarah tidur dulu. Atau opsi lain, tangannya gatal mau beberkan ke sang ayah kalau kemarin Sarah sempat kurang sehat sehingga sang kepala keluarga bisa pulang dengan cepat.
Hingga akhirnya pukul satu dini hari suara mobil mulai masuki indra pendengaran, buru-buru Sarah hempaskan selimut, dibiarkan tergeletak di sofa. Langkah kaki pendek nan tergesa, senyum lebar mereka sambut gagah tubuh yang sekarang sudah tanggalkan tuxedo, hanya sisakan kemeja yang bahkan masih terkancing apik. Jeffrey balas senyum tipis pun beri usapan lembut pada surai legam milik sang istri.
Diluar bukan sedang hujan, Jeffrey pun katakana kalau ia bergegas pulang usai sampai pada penerbangan yang terjadwal. Namun pria itu lepas sepatu bahkan sebelum kakinya menyentuh teras rumah dan tinggalkan noda lumpur dari arah garasi. Kepalanya kepalang pusing, belum siap kalau harus ditambah bisikan lain atau suara berisik untuk usik rasa bahagia. Untuk tanda tanya yang ini, Sarah belum mau diberi penjelasan ditempat.
"Kan aku udah sering bilang kalau pulangnya malam begini kamu bisa langsung tidur," ujar Jeffrey sambil selipkan beberapa helai rambut Sarah ke belakang telinga. "Lihat, matanya capek," imbuhnya dalam keadaan dekat, super dekat bahkan sebab ingin amati manik di hadapan sejeli mungkin.
"Aku suka kok nungguin kamu pulang. Seneng aja pas denger suara mobil kamu terus pas buka pintu, eh suami aku udah di depan hehe."
"Lucunya."
"Oh iya mas, kemarin aku ajak Sagara ke bakery. Anaknya manis banget."
"Manis mana sama yang ini?" tanya Jeffrey setelah mengambil satu kecupan kilat di bibir Sarah.
"Astaga!"
Jeffrey terkekeh. "Aku mandi dulu."
"Okay."
Punggungnya hilang dari pandangan, di ujung tempat tidur sudah tergeletak satu set piyama untuk Jeffrey kenakan. Memori kembali pada sepatu kotor milik sang suami. Kuncinya komunikasi, berkali-kali ia putar kalimat barusan dan kalau bentuknya kaset, pasti sudah kusut dan butut. Kuncinya komunikasi, tapi komunikasi selalu perlu suara dan Sarah belum ada nyali untuk berikan suara sendiri, bahkan dengan dia yang dikasihi.
Banyak kemungkinan terjadi, bisa saja ada beberapa wilayah yang hujan atau kejadian sial macam sempat berhenti beli air mineral namun terkena kubangan air. Namun suaminya, mana mau turun kalau ada tangan lain yang siap berikan apapun perintahnya. Cukup lama sampai akhirnya laki-laki dalam pikiran keluar dari kamar mandi, kenakan bathrope putih dan ulurkan tangan untuk pakai piyama yang sudah Sarah siapkan.
Namun urung niat barusan, senyum miring terulas ketika pandangi kasihnya duduk dan beri sorot paling indah yang pernah Jeffrey lihat. Tak berikan ekspresi apa-apa, nampak hanya inginkan laki-laki itu untuk ada disebelahnya, rengkuh dan buai kasih cinta.
"I think I don't need this pajama."
"Why? Should I raise the room temperature?" tanya Sarah.
"Why would I wear it if you're gonna take it off?"
Sarah berusaha sembunyikan rona merah menjalar sampai pipi. Hati kecil mengumpat, bahkan dalam keadaan temaram, si usia empat puluh masih bisa buat hatinya penuh gemuruh. Pria itu mendekat dan mereka berpagutan, benar kali ini salurkan rindu yang membelenggu.
"Can i?"
Sarah boleh bilang tidak, boleh pula gelengkan kepala sebab tubuhnya baru saja sentuh rasa sehat. Namun anggukan kecil dari si cantik adalah rekah bahagia Jeffrey Alcander. Terus laki-laki itu salurkan gelora rasa penuh suka cita sebab yang dicinta adalah yang sekarang pun rasakan hal yang sama. Rembulan memang tak berikan jawaban soal tanda tanya barusan namun rembulan temani mereka yang dibuai kerinduan. Paling tidak, Sarah tahu ia akan selalu rasakan tenang sekalipun kepalanya ramai bukan kepalang.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALCANDER [Jaehyun Jung]
FanfictionHidup Jeffrey Alcander, duda kaya raya anak tiga bersama istri baru bak kisah romansa tanpa problematika, jika saja ia lebih mengenal tiga putranya dengan baik. [⚠] 15++ INGAT INI CUMA FIKSI!