Bab XXIV

527 50 7
                                    

Sarah serius pergi meski langkahnya tergesa, dalam hati terus beri satu dua asumsi kalau bisa saja Jendral tak sengaja dan diantara mereka ada salah tangkap makna. Tanpa sadar si perempuan hanya berdiam diri, tak kunjung naik lewat tangga di hadapan padahal dari tadi jemarinya sudah menggigil, beri gerak kecil sampai Mariel yang baru datang sapa secara perlahan. Sarah terperanjat, fokusnya masih pada kejadian barusan namun ada satu lagi yang datang secara tiba-tiba.

"Kak... you okay?"

"Huh?"

Tanpa pikir panjang si sulung segera bagi uluran tangan. "Tunggu ya, aku ambil handuk."

Mariel kembali secepat kilat, seketika berikan handuk untuk paling tidak kurangi dingin dari tubuh perempuan dihadapan. Dilihat telanjang mata, jelas Sarah selesai berenang tapi setahunya, yang lebih tua tidak pernah bisa dan cenderung enggan mencoba olahraga renang. Apalagi sekarang sudah malam dan menurut penuturan Sagara, sang ibu sambung sedang ada acara sampai malam jadi untuk apa capek-capek berenang padahal bisa perempuan itu istirahatkan badan.

Sarah ucapkan terima kasih lalu ingatkan si sulung untuk segera istirahat. Ia kembali ke lantai dua, dimana kamarnya tertutup rapat sementara Mariel edarkan pandangan. Maniknya tangkap satu yang sedang berenang dibawah cahaya bulan, nampak tenang tanpa repot-repot mengindahkan kehadirannya. Pemuda itu amati gelas teh yang sudah tak lagi hangat, tergeletak begitu saja di tepi kolam seperti ditaruh secara asal.

"Kita ngobrol sebentar selesai lo berenang."

"Gue capek," jawab Jendral terkesan asal dan acuh oleh telinga Mariel.

"Jendral."

"Nggak denger? I'm tired, Kak Mariel."

Jendral berhenti dari kegiatan semula, kali ini ambil hoodie secara sembarang dan juga bawa kausnya yang sudah ditanggalkan untuk masuk ke ruang cuci pakaian. Jendral lebih suka hindari apapun dari Mariel, kakaknya punya banyak hal untuk diurus jadi tidak perlu repot-repot beri nasihat. Ia buru-buru membersihkan badan, kesadarannya kembali kalau sekarang lebih baik membersihkan diri dan kenakan pakaian hangat sebelum sakit karena minggu depan masih ada UAS.

🔸️🔶️🔸️

Sagara bangun pertama, sudah siap untuk makan sarapan dan ganggu Sarah waktu siapkan bekal. Tapi hampir lima belas menit dia duduk di sekitar kitchen countercoup, belum juga sang ibu tampakkan batang hidung. Ada khawatir hampiri si bungsu tapi mau menyapa lebih dulu pun agaknya ragu. Bisa saja hari ini Sarah memang ingin sendiri atau butuh istirahat setelah kemarin pulang terlambat.

Tapi gelisah memang cuma buat resah, pun gelisah tak bisa beri jawaban atas tanda tanya tanpa arah. Mariel turun dari lantai dua, masih kenakan t-shirt hitam dan celana kain seperti biasanya pemuda itu bangun tidur. Air masih menetes dari sisi surai hitam si sulung. Tanpa basa-basi panggil asisten rumah tangga untuk buat minuman hangat sesuai permintaan Sarah.

"Mama kenapa?"

"Kurang enak badan."

"Hah? Serius?" Raut wajah khawatir tercetak jelas dari Sagara sampai buru-buru dia bangkit, langkahnya siap lari menuju kamar pintu hitam milik orangtuanya. Tak butuh waktu lama, pemuda itu sudah berdiri sambil mengetuk pintu, suarakan nama Sarah pelan supaya barangkali yang lebih tua memang sedang istirahat dari suara berisiknya.

"Ma...? You okay?"

"Loh Sagara? I'm okay kok, sayang."

"Sagara boleh masuk?"

"Boleh," jawab Sarah lalu buru-buru mengenakan masker medis yang ada di nakas. Daripada repot-repot menyuruh anaknya berjauhan, lebih baik masing-masing kenakan perlindungan diri sebab Sarah pun ada satu dua hal untuk disampaikan pada si bungsu.

ALCANDER [Jaehyun Jung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang