Bab XVI

792 95 2
                                    

Sarah melirik ke wajah kecut milik Sagara, masih kesal dia karena ditegur Jendral. Sepanjang perjalanan pulang hanya ada percakapan singkat, seratus persen berbeda dari waktu pemuda itu berkeliling pusat perbelanjaan. Mengambil beberapa barang, menanyai Sarah perihal pendapat lalu terus-terusan berjalan kesana kemari. Sedangkan sekarang, pandangan matanya hanya menatap jalanan malam.

Jendral sama sekali tidak peduli, sudah muak oleh semua perilaku adiknya hari ini. Terlalu konyol dan kekanakan sebab selama ini pemikiran barusan mustahil keluar dari otak Sagara. Tapi ternyata anak itu masih suka berfikir atas kesenangan semata tanpa mempertimbangkan jangka panjang. Jendral belum tahu apakah Sarah ada masalah di lambung atau bukan namun kalau dilihat dari keraguan si perempuan waktu makan menu di restaurant tadi, semakin yakin setelah ini akan ada urusan panjang.

"Terima kasih," ucap Sagara sembari menatap Sarah, tak memberikan senyuman. Murni ucapan terima kasih karena sudah mau menuruti semua permintaannya hari ini.

"Sama-sama."

"Kamu jangan sering-sering makan pedes ya, kasihan lambungnya."

"Iya," jawaban malas barusan menjadi penutup percakapan singkat karena setelah itu Sarah hendak naik ke lantai dua guna membersihkan badan dan bersiap istirahat.

Mariel bilang sudah makan bersama teman-temannya jadi Sarah sudah tidak ada pekerjaan lagi. Namun panggilan dari Jendral membuat si perempuan membalikkan badan. Sedikit mendongak supaya bisa menatap langsung iris mata anak kedua yang dari tadi selalu berbeda pendapat dengan adiknya. Jendral memberikan kunci mobil pada Sarah, namun si perempuan justru berdiam diri.

Pemuda itu menatap manik perempuan dihadapannya. "Katanya ke atas?"

"Kamu nggak sekalian?"

"Oh, ayo."

"Jendral, hari ini tumben kamu ikut? Boleh tau alasannya kenapa?" tanya Sarah dengan tatapan berbinar seperti biasa, mengesampingkan rasa kurang nyaman pada perutnya.

"Bosen di rumah."

"Lain kali boleh ajak temennya ke rumah, biar rame."

"Gak usah. Mereka berisik."

"Okay-okay, aku cuma kasih saran aja kok."

"Langsung tidur."

"Iya."

"Good then," ucap Jendral.

"Jendral, jangan begadang kalau nggak perlu banget."

"Iya."

Sarah langsung masuk ke kamar sendiri kemudian mandi dan bersiap tidur. Tadinya berjalan sesuai rencana sampai perutnya mulai terasa sakit jadi si perempuan mengkonsumsi obat maag biasa sembari membiarkan sakitnya reda. Lagipula sebentar lagi Jeffrey pulang, pasti distraksinya bisa mebuat sedikit lupa pada rasa sakit.

Benar, hanya menunggu tigapuluh menit sampai pria itu tiba dalam keadaan mata menunjukkan rasa lelah. Jeffrey bilang mau melewatkan makan malam karena sudah terlalu lelah jadi selesai mandi dan memberikan kecupan singkat di kening Sarah, sang kepala keluarga segera tidur. Meskipun hari ini Sarah sudah ada rencana bercerita perihal kegiatan paling menyenangkan selama mereka menikah, tapi dia paham kalau Jeffrey lebih butuh istirahat.

Maka daripada tetap terjaga sendirian, Sarah pun berusaha memejamkan mata disebelah Jeffrey. Sayangnya sedikit susah sebab rasa sakit pada perutnya tak kunjung reda, sehingga saat jam sudah menunjukkan tengah malam terpaksa dia menyingkirkan tangan Jeffrey dari pinggangnya. Meminimalisir suara karena takut menganggu tidur sang suami sampai akhirnya bisa minum obat seperti biasa meskipun satu jam kemudian tetap memuntahkan makanan di kamar mandi.

ALCANDER [Jaehyun Jung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang