Bab XXII

503 54 7
                                    

Hijau tenangkan pikiran baik Jeffrey maupun Sarah. Lewat sejuk udara maupun hangat peluk dari yang dicinta. Si perempuan bangun lebih dulu, usai tadi habiskan waktu nikmati pemandangan nan foto di antara pepohonan. Sedang disebelahnya, ada satu presensi paling disanjung, paling dikasihi sebagaimana mereka pernah bersumpah janji. Sampai nanti, sampai mati maunya ya cuma yang ini.

Sarah menyisir helai rambut sang suami, bayang akan menikah di usia muda pun dapat bonus anak tiga agaknya jauh dari rencana masa muda. Dulu pikirnya, umur duapuluh tiga cuma pacaran sambil nonton film, mengisi perut ke McD terus ciuman di mobil. Tapi di usia dua puluh tiga, ada anak SMA yang mulai gantungkan bahagianya ke dirinya yang notabene adalah ibu sambung.

"Cantikku bangun duluan."

Sarah tersenyum tipis. Satu dari sekian kebiasaan Jeffrey Alcander adalah tuai puji sampai dia terjun penuh buai. "Kamu masih ngantuk?"

"Sedikit."

Bibirnya agak mengerucut, dahi pun sedikit berkerut. Mungkin Jeffrey tak benar usia empat puluh, perlu direvisi jadi dua puluh lima.

"Nanti malam agendanya kemana?"

"It's a secret."

"Spoiler sedikit aja," cicit Sarah di akhir kalimat guna menekan bahwa ada delapan puluh persen dirinya rasakan penasaran. Namun Jeffrey sudah kepalang yakin dan enggan rencananya rusak cuma karena gagal menahan kegemasan sang istri. Jadi pria itu lebih memilih untuk pejamkan mata meskipun sebenarnya lebih sudi dia bangun dan tatap lekat paras sang dewi.

"Yah, beneran rahasia ya?"

Jeffrey menganggukan kepala, masih diatas bantal putih. Sarah lantas kembali rebahkan badan di sebelah kepala keluarga Alcander, kali ini bisa amati lekat rupa menawan Jeffrey Alcander. Demi apapun, bisa-bisanya manusia empat puluh tahun dan baru bangun tidur bisa setampan ini? Batin Sarah sedikit bergejolak sebab kesal dengan ketampanan suami sendiri.

"Kamu kok ganteng banget ya mas."

Tangan kiri Sarah sudah merengkuh pipi kanan Jeffrey, berikan usapan kecil pada tulang pipi. Jeffrey lantas terkekeh kemudian menjawab, "Biar seimbang sama cantiknya istriku."

"Stop gombal."

"Fakta."

"Oh iya, Sagara minta aku dateng ke pertemuan wali murid." Sarah masih tinggalkan tangannya pada pipi kanan Jeffrey, masih pula berikan satu dua usapan sembari ceritakan si bungsu. "Aku boleh dateng, mas?"

"Of course you can, sayang."

"Aku seneng banget, Sagara mintanya sambil senyum. Bahkan katanya kalau nggak kamu kasih izin, anaknya udah siapin PPT buat minta izin."

"Yaudah suruh presentasi dulu, aku mau lihat kemampuan presentasinya."

Sarah memasang wajah melas bercampur kesal. "Jangan dong, pake cara lain aja. Jangan yang sekarang, aku lagi bahagia banget sampe rasanya mau pelukin Sagara terus."

"Aku juga."

"Peluk anaknya mas kalo pulang nanti."

"Bahagia banget, mau peluk kamu terus."

"Hahahaha, Mas Jeffrey!" pekik Sarah ketika tubuhnya kembali masuk dalam dekapan yang laki-laki. Ia tertawa cukup keras, benar hatinya buncahkan rasa bahagia. Bayang-bayang untuk menikah muda memang tak pernah lewat sebelumnya ditambah ada ketakutan besar sebab statusnya orang asing yang tiba-tiba jajahi keluarga bahagia. Namun kini, dalam dekapan sang suami, semua terasa baik nan damai. Sekalipun Sarah masih punya urusan untuk dilawan, paling tidak ada satu yang rela ulurkan tangan.

ALCANDER [Jaehyun Jung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang