Bab XIX

961 108 9
                                    

"Kamu satu tim sama Mariel kan? Aku pindah aja biar kalian gampang koordinasinya," ucap Sarah sembari bergerak pindah namun pergelangan tangan si perempuan langsung ditahan oleh Jendral.

"Jangan!"

Yang ditahan menatap dalam diam, menunggu kalimat kembali keluar dari mulut si laki-laki.

"Disini aja."

"Ah, okay."

Sarah kemudian menyandarkan punggungnya pada sofa ruang keluarga, melihat pertandingan semakin seru meskipun agak kurang paham ternyata cukup buat deg-degan. Padahal dia cuma sebagai tim hore, cuma nonton anak dan suaminya berfikir keras plus lihat Sagara mati-matian tidak mengumpat di sebelah sang ayah. Jendral sih tenang, paling-paling menghela nafas saja waktu ternyata Mariel juga sebelas duabelas beban seperti papanya.

"Jendral, kamu yang pakai perisai itu kan?"

"Hm."

"Itu papa ya? Idih kok malah ngumpet dia?"

"Cupu."

"Kamu harusnya ke kanan gak sih?"

"Iya."

"Awas itu papa mu mau mati!"

"Biarin."

Sarah kemudian bangkit, menegakkan duduk sembari memfokuskan pandangan. Jarak keduanya semakin terkikis dan sejenak Jendral melupakan fakta bahwa untuk pertama kalinya dalam keadaan bangun mereka bisa sedekat ini. Laki-laki itu bukan mengabaikan Sarah dengan jawaban singkat juga pandangan pada permainan, namun entah kenapa rasanya akan sangat menyebalkan jika dia tidak bisa mengalahkan Jeffrey dan Sagara.

"Pa geser dong itu ada Bang Jendral, buset alamat kalah dah!"

"Mana Jendral?"

"Itu awa—BAPAK JEFFREY ALCANDER PLIS DEH?!" seru Sagara penuh kekesalan karena mereka kalah dalam permainan seperti dugaan. Seiringan dengan seruan kesedihan, ada teriakan dari Mariel atas kemenangan tim nya.

"YES!!"

"God!" Jendral berteriak tertahan dan kemudian menyandarkan tubuhnya pada sofa. Sarah seketika memberikan senyum cerah, tangan perempuan itu mengenggam empat jemari kanan Jendral.

"Yeay!! Congrats Jendral!"

Tatapan berbinar yang selalu Jendral benci sekarang terlihat jelas, sangat dekat juga terang berkat pencahayaan di ruangan ini. Pemuda itu diam, belum memberikan respon dalam sejenak dan saat itu pula Sarah tetap memberikan pandangan kekaguman untuk pemuda dihadapannya. Sampai pada senyum tipis keluar dari bibir si surai blonde, Sarah langsung melepaskan tangannya.

"Hehe, maaf ya habis aku ikut seneng."

Sagara sudah meratapi nasib, beruntung Jeffrey siap sedia menyelamatkan hidup anak itu jadi semua permintaan ditanggung papa. Mariel benar-benar minta rumah sampai dipukul pakai bantal jadi sekarang beralih ke paket liburan yang berujung dikasih uang. Jeffrey melihat Jendral, menunggu anak itu mau minta apa.

"Minta apa?"

"Reward diwakilin Kak Sarah, tanya dia aja."

Begitu saja jawaban keluar dari mulut si pemuda sebelum pamit sekaligus langsung pergi ke atas. Sedangkan yang lain saling diam, pun dengan keterkejutan Sarah karena sebelumnya sama sekali belum ada kesepakatan apapun.

Jeffrey menatap sang istri sambil melempar pertanyaan. "Jadi, tadi Jendral mau minta apa?"

"Aku juga belum tau."

"Yaudah papa ke atas dulu, kalian lanjut sendiri sana."

Jeffrey berjalan lebih dulu baru kemudian disusul Sarah dengan kebingungannya. Jendral tak masuk ke kamarnya, ada bayangan seseorang membaca buku di meja santai dekat penyimpanan buku. Sebenarnya, Jendral itu orang seperti apa? Rasa-rasanya setelah mendekati Sagara, misi kedua Sarah harus bisa lebih dekat dengan putra kedua karena kalau boleh jujur, selama ini Jendral adalah orang paling susah ditebak yang pernah Sarah kenal.

ALCANDER [Jaehyun Jung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang