Bab XXIX

451 47 8
                                    

Sekalipun Sarah punya pertanyaan untuk diucapkan namun ketika Jeffrey sudah kembali dari semua kegiatannya, ia tetap mencari waktu yang tepat untuk bicara. Bahkan beberapa hari setelah rasa penasaran membuncah, Sarah masih diam sehingga dirasakan bagi semua orang bahwa rumah berjalan seperti biasanya. Seperti waktu Sagara mendapat libur ekstrakurikuler dan berkesempatan pulang lebih awal sehingga pemuda itu bisa sampai di rumah pada siang hari dan mendapati Sarah seperti sedang mencatat sesuatu di kertas.

Ini Sabtu, nyaris akhir pekan dan ayahnya masih sibuk sendiri sehingga Sagara pun hanya punya Sarah untuk diajak bicara. Sarah melihat kulkas kembali kosong dan beberapa keperluan bulanan mulai habis sesuai laporan Mbak Lita sehingga perempuan itu berencana grocery shopping. Salah satu hal menyenangkan untuk dilakukan menurutnya apalagi kali ini spesial karena Sagara ada inisiatif untuk ikut. Bahkan pemuda itu berjanji akan menjadi penurut serta mau membantu membawakan apapun sesuai perintah Sarah.

Jendral belum menampakkan batang hidung sejak pergi bersepeda kemudian lanjut bersama teman-temannya. Padahal Sarah seratus persen yakin kalau kuliahnya libur tapi dia punya rencana lain untuk dilakukan daripada berdiam diri di rumah. Sedangkan Mariel belum kenal libur, sibuk mengurusi berkas sekaligus revisi dari hasil seminar hasil. Sarah sebenarnya menduga-duga kalau nanti malam Sagara pergi dan laki-laki itu ikut belanja sekaligus minta izin.

Grocery shopping adalah hal menyenangkan menurut Sarah. Mengelilingi perbelanjaan untuk sekadar menjadi buah atau kebutuhan rumah tangga lain meskipun ujung-ujungnya membeli sesuatu yang bukan masuk ke dalam daftar. Apalagi bersama Sagara, dari tadi anak itu terus memasukkan cola dan segala macam jajanan yang pernah ditemui di social media. Rasa ingin tahunya akan makanan masih tinggi meskipun belum tentu bisa dimakan habis yang penting pernah coba.

"Nanti mama mau ke bakery sebentar ya, ada urusan."

"Okay, Sagara juga mau cheese cake deh."

Sagara sudah memiliki surat izin mengemudi dan Sarah sekarang sudah duduk di kursi sebelah kiri. Melihat putra bungsu mengendarai rasanya sedikit was-was tapi juga bangga, anak itu berkendara tidak ngebut-ngebutan dan cenderung sangat mematuhi peraturan lalu lintas pun sesuai teori dia belajar. Biasanya dulu teman seusianya waktu baru bisa rasanya masih ada euforia untuk sesuka hati dan menjajal kecepatan mobil tanpa pandang bulu siapa penumpangnya.

Dia juga sudah kelas dua belas dan benar perkiraan pemuda itu begitu semua orang mendengar bahwa diirnya berada di tahun terakhir memakai seragam sekolah. "Mau lanjut kuliah dimana?"

"Di Indo."

"Mau kuliah jurusan apa?"

"Masih belum tau hehe," jawab Sagara berusaha tersenyum waktu beberapa pertanyaan sekaligus saran-saran membombardir dirinya padahal niat sore ini cuma mau makan cheese cake dengan tenang.

"Wajar lah, masih barusan kelas dua belas."

Sarah menimpali ucapan beberapa karyawan disana sehingga Sagara hanya diam menunggu ibunya kembali bicara. "Dulu aku juga gitu, nanti kalau sudah semester dua pasti bakal mantap ke satu jurusan."

"Iya sih, lagipula Sagara kan pinter pasti keterima di universitas bagus."

Pemuda yang jadi bahan pembicaraan memberikan cengiran ketika dibilang pintar oleh orang lain dan Sarah dengan semangat menimpali menggunakan persetujuan. Sejak pemuda itu banyak bercerita mengenai kehidupan sekolahnya, Sarah selalu jadi supporter nomor satu selama kegiatan yang ia lakukan memberi dampak positif. Bahkan pertandingan basket yang semula dipenuhi oleh suara nyaring Naomi sekarang selalu bertambah dengan suara Sarah.

Sang ibu kemudian ikut duduk bersama Sagara di sudut ruangan. Sempat ada hening diantara mereka hingga yang lebih tua meletakkan ponsel di meja. Benar-benar dibiarkan begitu saja agar bisa berbincang bersama si bungsu tanpa gangguan apapun.

ALCANDER [Jaehyun Jung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang