Bab XVIII

857 107 20
                                    

Permintaan Sagara bagai mimpi di siang bolong. Seketika mata bulat mengerjap penuh tanda tanya sementara yang lebih tinggi sudah berusaha beralih pandang. Masalahnya untuk Sagara memberi tawaran seperti barusan itu harus mengumpulkan waktu sehari semalam juga melawan gengsi dan seribu ragu. Tapi yang diberi tawaran malah diam ditempat, menjawab pun tidak.

"Kamu habis ngobrol apa sama papa?"

"Hah?"

Sagara jelas kebingungan, perasaan dia sudah serius ngomong dan berusaha membuka hati tapi respon Sarah ternyata melenceng dari perkiraan. Perempuan itu kemudian mendekat, sudah melepas apron yang daritadi dipakai. Dalam hati Sarah sudah siap bicara empat mata dengan sang suami.

"Sebelum dateng kesini, papa nyusul ke tempat Kak Krystal?"

"Enggak," elak Sagara serius karena dari semalam dia memang murni cuma menghabiskan waktu bersama Naomi. Bisa-bisanya istri papanya curiga sama suami sendiri.

"Jujur aja, Sagara. Kak Sarah bakal belain keinginan kamu kok."

"Aku mau Kak Sarah nonton tim ku tanding basket lusa."

Sedetik kemudian ada satu tetes air mata dan jemari yang bergetar, kalau dipegang sudah jelas telapak tangan super halus itu menjadi dingin sebab dilanda rasa gugup. Maka tanpa pikir panjang si perempuan langsung menghambur pada tubuh pemuda dihadapannya. Jujur pelukan tersebut sangat keras sampai Sagara harus menahan langkah juga piring yang berisikan bread toast di tangan kanan.

Sekarang lupakan dulu soal bread toast yang sangat menggiurkan bagi si bungsu, masalah Sarah memberikan pelukan secara tiba-tiba ternyata cukup berdamage. Dibilang deg-degan sudah pasti, apalagi selama ini mereka cuma bersalaman dan paling jauh duduk bersebelahan. Belum pernah ada skinship diantara mereka sampai akhirnya hari ini untuk pertama kalinya setelah empat bulan hidup bersama, Sagara kembali mendapatkan pelukan hangat dari perempuan yang bisa dia panggil ibu.

"Aduh, kakak seneng banget."

"Kak ini kalau ketauan papa aku bakal dimarahin lagi gak sih?"

"Ahahaha aneh-aneh aja, marah kenapa coba?"

Sarah masih berusaha menghapus air mata dari bola mata cerah pagi ini, mendadak dunianya menjadi lebih baik dari rencana pisah rumah untuk beberapa waktu. Mungkin penantian selanjutnya bisa dibilang lebih mudah mengingat anak-anak Jeffrey perlahan mulai memberikan ruang pada Sarah. Meskipun tak satupun diantara ketiganya memberikan panggilan mama, namun menerima saja sudah lebih dari bahagia.

"Nanti ikut sarapan bareng?"

"Nggak usah, kenyang."

"Ah okay, have a good breakfast Sagara!"

Sagara menggaruk belakang kepala, sedikit tersenyum canggung sebelum mengangguk dan mengucap terima kasih. Sementara Sarah kembali memakai apron merah guna melanjutkan kegiatan masak-memasak pagi ini. Mengabaikan pemuda yang sudah berjalan ke kamar, kemudian menutup pintu secara buru-buru.

Gila! Rasanya campur aduk untuk Sagara. Antara lega dan khawatir. Sebagian merasa beban hidupnya sudah berkurang, apalagi mendengar ucapan selamat makan barusan rasanya sedikit menghangat. Ia kemudian menyalakan panggilan video, bisa dilihat lagi-lagi adalah perempuan yang rumahnya cuma berjarak beberapa nomor sedang rebahan santai sambil memakai roll rambut merah muda.

"Apa lagi sih, cari pacar sana biar gak telfon I terus!"

"I have a good news."

"Kak Sarah?"

"How did you know?!"

"It's too obvious, stupid."

"Whatever, hari ini Kak Sarah buatin bread toast. Habi-"

ALCANDER [Jaehyun Jung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang