Part 3

5.5K 215 0
                                    




Di belahan Jakarta Selatan lainnya, seorang pria berkemeja hitam lengan panjang sedang fokus menatap cairan infus yang jatuh secara berkala berupa tetesan-tetesan dengan waktu yang sedikit lambat merambat ke selang panjang yang terhubung pada tangan berukuran kecil yang saat ini terlihat sangat ringkih.

Terbaring seorang gadis kecil berumur kisaran 5th yang masih meringis akibat selang infus yang baru saja di tancapkan di punggung tangan kirinya. Gadis berbaju cokelat dengan motif bunga-bunga itu terlihat lemas, wajahnya pucat pasi, dan di sepanjang lengannya terlihat bintik-bintik merah kecil yang berjumlah cukup banyak menghiasi kulit cokelat eksotisnya.

"Eva, kamu sudah ada yang jaga disini, Om boleh pergi sebentar ya ngurusin kerjaan? Nanti Mami kamu datang jagain kamu. Kalau kamu butuh apa-apa, tekan aja tombol ini nanti ada suster yang datang kesini. Oke?" Bujuk si pria berkemeja hitam tadi sambil mengelus lembut puncak kepala Eva.

"Om Radith mau ke kantor? Tega ninggalin aku sendirian disini?" Mata gadis itu sudah memerah, bersiap mengeluarkan air mata kapan saja.

"Duuh, kamu jangan nangis dong, kalau nangis nanti lama sembuhnya. Kamu ngga mau main sama Om Radith lagi memangnya?"

"Aku takut sendirian, Om." Akhirnya Eva benar-benar menangis, membuat pria tadi kelimpungan menghadapinya, tidak mengerti bagaimana cara mendiaminya.

"Hey cantik, tante aja ya yang jagain kamu? Om nya biarin aja pergi, ngga asik main sama laki-laki, mereka ngga suka Barbie."

Radith menoleh ke belakang dan mendapati seorang suster muda yang sudah setengah membungkuk menatap Eva. Dan hasil dari kata-kata ajaibnya tadi, Eva mulai berhenti menangis dan menanyakan kebenaran ucapan suster tadi. Dia bisa bernapas lega sekarang, setidaknya satu urusannya selesai.

Setelah memastikan Eva benar-benar merelakannya pergi, Radith dengan cepat menuju perusahaan miliknya yang sudah tiga hari ini dia tinggalkan demi mengurus Eva.

Tujuan Radith pergi hanya satu, hanya untuk menemui Ayah, dia harus meminta kejelasan tentang 'pernikahan mendadak' yang hanya diinfokan lewat WhatsApp!

Radith keluar dari area parkir dengan mengendarai Audi miliknya dengan kecepatan cukup tinggi hingga sempat menimbulkan suara decitan. Setelah mengatur hidupnya untuk menjadi penerus perusahaan, sekarang pernikahannya pun sudah direncanakan. Candaan apa lagi yang sedang dilakukan orangtuanya!

********

"Mams, harus banget nikah ya?" Dyra merengek, hal yang jarang sekali dia lakukan seumur hidup.

"Iyalah, emang kamu mau ga nikah-nikah?"

"Bukan gitu maksudnya, tapi kenapa mesti sekarang banget? Terus kenapa dijodohin jugaaaaaa.."

"Jadi kita balik lagi nih ke pertanyaan itu? Terakhir kali Mami jelasin itu satu setengah jam yang lalu deh kayaknya."

Betul. Dyra tidak pernah berhenti bertanya dengan pertanyaan yang sama. Bukan karna dia lupa, tapi dia berusaha untuk meyakinkan kalau pernikahan yang dirancang ini terlalu cepat, terlalu mendadak, dan terlalu mengejutkan.

"Kamu temuin dulu orangnya." Lanjut Mami karna tak menggubris anaknya. "Mami yakin kamu pasti suka. Tipe kamu banget deh."

Si cupu? Tipe gue?! Yang bener aja!

"Radith orangnya baik, kalem, pendiam, ngga neko-neko kayak kamu. Yang jelas dia tuh bisa bimbing kamu buat jadi wanita yang benar, istri yang baik."

Dyra menghembuskan napasnya kesal. Ngga neko-neko, jadi wanita yang benar. Memangnya selama ini dia wanita yang salah?!

My Ex - My NextTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang