Part 12

3.6K 160 4
                                    

Dyra terbangun karna mendengar suara pecahan diarea dapur, dengan secepat kilat, dia turun dan melihat kearah dapur yang disana sudah berdiri Radith beserta alat-alat masaknya yang cukup berantakan. Bahkan Dyra sampai lupa kalau dia belum mandi, bahkan belum sikat gigi.

"Apa yang pecah?" Tanya Dyra yang membuat Radith berbalik.

"Kedengeran sampai kamar, ya? Sorry, tadi ngga sengaja nyenggol gelas wine, pecah deh." Jelas Radith diakhiri dengan cengiran.

"Pagi-pagi bikin heboh deh. Lagi ngapain sih?"

"You up for some Korean food?"

"Sound nice."

Radith dengan bangga menunjukkan hasil masakannya hari ini pada Dyra yang ditanggapi dengan...

"Iyuhhh, what is that?!" Tanya nya dengan wajah terlihat jijik.

"Korean black bean sauce noodles, they called jajangmyeon."

"Itu bisa dimakan?"

"Cobain dulu. Enak."

Radith menyuapi satu sendok penuh jajangmyeon, awalnya Dyra menolak, tapi ekspresi wajahnya setelah mengunyah menjelaskan bahwa masakannya kali ini tidak mengecewakan.

"Enak kan? Don't judge a food by its look, sayang." Radith mencubit pelan hidung Dyra yang langsung dihempaskan oleh pemiliknya.

Selagi Radith membersihkan aera dapurnya yang cukup berantakan, Dyra menghabiskan satu piring penuh jajangmyeon hingga tak bersisa. Dia ingat pasta untuk makan malamnya semalam cukup banyak, tapi kenapa sarapan kali ini dia terlihat seperti orang kelaparan yang belum makan tiga hari? Apa karna dia lapar? Atau karna masakan Radith enak?

"Kamu kapan balik ke Indo?"

Gelas besar berisi susu putih yang baru saja ingin diminum Dyra, tiba-tiba berhenti diudara. Dia bilang apa tadi? Kamu? Kamu?? Dia manggil gue... Kamu?!

"Karna gue ngabisin mie warna hitam lo ini bukan berarti gue mau nikah sama lo ya, jadi jangan sok romantis manggil gue pake kamu-kamuan segala."

Radith yang baru saja menyelesaikan acara lap-lap bersih kompor listriknya, berbalik dan menghampiri Dyra dimeja bar. Radith menaruh kedua sikunya dimeja agar tingginya setara dengan gadis itu yang sedang menenggak susunya.

"Ngga suka dipanggil kamu? Maunya dipanggil apa? Sayang? Atau calon istriku?"

Dyra membulatkan matanya tak percaya, diambilnya kotak tisu yang berbahan lembut lalu dilempar ke dada Radith.

"Ngga lucu lo!"

Radith tertawa keras, melihat ekspresi Dyra tadi membuatnya tau, usahanya tidak akan sia-sia. Sekeras apapun batu karang, akhirnya akan pecah juga jika dihantam air terus menerus, begitu juga Dyra. Seberapa besar niatan dia untuk membatalkan perjodohan, kalau didekati terus-terusan, Dyra pasti akan menjadi istrinya.

"Jadi jawabannya?"

"Jawaban apa?"

"Kamu kapan balik ke Indo?"

Dyra memutar bola matanya, mendadak lupa kapan dia harus kembali lagi ke Jakarta. Saat Dyra berusaha mengingat tanggal kepulangannya, Dyra menangkap mata Radith tak lepas memandanginya sejak tadi. Dengan mata almond yang terlihat teduh dan sedikit senyum yang tak bisa Dyra artikan apa maksud dari tatapan serta senyumannya itu.

"Besok pagi gue balik."

Radith tampak terkejut, sama sebenarnya dengan reaksi Dyra setelah mengingat tanggal kepulangannya.

"Secepat itu, ya? Satu minggu kan?" Tanya Radith tak percaya, dan tidak bisa dibohongi, dalam hati Dyra pun sempat mengucapkan hal yang sama dengan Radith.

"Well, ini hari terakhir gue disini, lo ngga mau beliin gue apa gitu buat oleh-oleh?"

"Oleh-oleh?" Radith menatapnya sedikit geli.

Dyra mengangguk cepat. Oh ya, Radith sudah banyak membelikannya barang mahal dihari pertama Dyra tiba, dan sekarang dia meminta lagi dengan dalih sebagai oleh-oleh? Ha-ha! Tapi Dyra tidak perduli, toh dia yang menawarkan untuk membayar, bukan Dyra yang meminta.

"Buy me something nice."

"Like what? Wedding ring?"

"Ngga lucu!"

Dan walaupun Dyra malas mengakui, tapi pipinya terasa menghangat setelah menyadari mata Radith yang tak pernah lepas memandanginya sejak tadi.

"Saya serius soal mau nikah sama kamu."

Deg!

Tidak tau perasaan ini datangnya dari hati belahan mana, harusnya dia biasa aja, apalagi Dyra yang menggebu-gebu soal pembatalan perjodohan. Tapi saat Radith mengungkapkan kalau dia benar-benar ingin menikah, kenapa ada rasa yang menggelitik dihatinya? Kenapa hatinya serasa mencelos? Kenapa degupan jantungnya sedikit meningkat dari sebelumnya? Karna tatapan matanya? Karna keseriusannya? Atau karna....

"Gue juga serius soal ngga mau nikah sama lo." Jawabnya. Kerja bibirnya lebih cepat dari pada pikirannya, dan itu membuat Dyra kaget sendiri mendengar ucapannya.

Tapi yang membuatnya lebih kaget lagi adalah reaksi dari Radith. Alih-alih tersinggung dengan jawabannya, pria itu malah tersenyum. Tapi setidaknya senyum Radith menyelamatkan Dyra dari rasa canggung karna sudah secara resmi menolaknya.

"Mandi gih sana, belum mandi kan?"

God! Gue lupa kalau belum mandi!!!!

Dyra buru-buru bangkit, sudah menyiapkan dirinya untuk berlari meninggalkan Radith menuju kamarnya, tapi Radith menahan lengannya tepat sebelum Dyra bergerak dari tempatnya. Sebenarnya Dyra tidak ingin berbalik dan menatap Radith, dia takut, ada sebuah ketakutan yang tidak beralasan sebenarnya. Dia takut menyadari ada sesuatu yang tidak benar jika dia menatap Radith sekarang, sama seperti reaksi tubuhnya, saat kulit Radith menyentuh kulitnya. Seperti ada aliran listrik ratusan volt yang menyengatnya.

Tapi Dyra selalu kehilangan kendali diri, apa yang dia pikirkan tak pernah sejalan dengan apa yang dia lakukan. Dyra memutar badannya dan mendapati Radith sudah berdiri dibelakangnya masih dengan tatapan ajaibnya yang selalu berhasil menghipnotis Ladyra.

Radith justru diam, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Hanya saling memandang, itulah yang mereka lakukan. Dan jedanya cukup lama hingga memakan waktu beberapa detik.

"Saya siap-siap dulu, setelah itu kita keluar. Let's have some fun in your last day." Ucap Radith akhirnya, sambil kemudian mengacak rambut gadis itu gemas sebelum dia meninggalkan Dyra yang masih terpatung disana.

Ada sesuatu yang salah, seperti bukan itu yang ingin disampaikan Radith. Tapi harusnya Dyra bersyukur kan karna Radith tidak lagi mengatakan apa yang seharusnya tidak dia katakan, mengungkapkan apa yang seharusnya tidak dia ungkapkan. Tapi lagi-lagi Dyra menyadari ada sesuatu yang salah juga pada dirinya saat Radith hanya mengajaknya keluar, seperti ada rasa kecewa karna Radith hanya mengatakan hal sepele saja.

My Ex - My NextTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang