Part 40

3.7K 120 0
                                    

Kini Radith dan Dyra tinggal berdua saja dikedai kopi itu, duduk berhadapan dengan kopi masing-masing dan dua slice tiramisu yang tentu saja terabaikan.

Suasana canggung ini membuat Dyra semakin tidak berkutik. Dia sudah mengutarakan seluruh isi hatinya tadi, walaupun pada orang yang salah tapi pasti Radith juga mendengarnya.

Tiba-tiba announcement final boarding terdengar keras diseluruh area gate 1.

This is the announcement of final boarding call especially for passengers Radithya Octa Amanta booked on flight Garuda Indonesia, flight number GA876 to John F. Kennedy. Please go to gate 1 immediately. The final checks are going to be completed soon and the captain will then order the doors of the aircraft to close in ten minutes time. I will repeat again. This is the final boarding call for Radithya Octa Amanta. Thank you.

Radithya yang namanya baru saja disebutkan menatap Ladyra tepat dimanik matanya. Panggilan terakhir atas namanya sudah terdengar, jika dia tidak datang dalam waktu 5 menit pesawat akan terbang tanpa dirinya.

Ladyra tiba-tiba terlihat panik, apa Radith akan tetap pergi? Apa Radith benar-benar akan meninggalkannya? Apa sudah tidak ada lagi maaf untuk Ladyra?

"Saya ngga akan pergi." Kata Radith yang sudah bisa membaca isi kepala Ladyra. "Saya ngga bisa pergi." Radith mengisyaratkan bahwa dia tidak akan meninggalkan seseorang yang baru saja menyatakan cinta padanya, dan Ladyra tertampar. Dia tau Radith sedang menyudutkannya, Ladyra diam, dia tidak punya hak untuk membalas.

"Kalaupun kamu pergi, aku bakal ikut. Kemanapun."

Radithya tersenyum, senyum yang membuat Ladyra gugup, karna dia tau senyuman itu untuk mencemoohnya.

"Kenapa?" Pertanyaan Radith yang selalu out of the box membuat Ladyra pusing untuk membalasnya.

"Karna tempat istri ada disamping suaminya."

"Suami yang dari postur tubuhnya aja ngga bisa kamu kenalin?"

Koper sialan!

"Tadi tuh aku panik, aku cuma lihat koper terus..."

"Hey okay, it's okay." Radith menepuk punggung tangan Ladyra saat nada bicaranya mulai panik.

"Kan tadi udah aku jelasin, aku benar-benar cuma ngelihat koper yang aku pikir itu punya kamu."

"I know," Kini senyuman Radith bukan lagi senyum mencemooh. "Saya cuma cemburu aja, karna saya ngga pernah dipeluk seerat itu sama kamu."

Sekali lagi Ladyra tertampar.

Dia tau, lagi-lagi dia tau, selama pernikahannya yang masih sangat sebentar itu jarang sekali Radith dan Ladyra saling menyentuh, karna Radithya yang selalu saja pergi keluar negri, atau Ladyra yang selalu sudah tertidur pulas saat Radith pulang kerumah.

Justru Ladyra sudah banyak melakukan skinship dengan Fadly. Ladyra merasa dia sudah gagal menjadi seorang istri, gagal menjadi seorang pendamping yang baik untuk Radith.

"Aku mau memperbaiki semuanya, Dith." Ladyra menatap Radith sungguh-sungguh. "Mulai dari pertemuan pertama kita, perkenalan, pendekatan, pernikahan, aku mau mengulang semua dengan cara yang benar."

Ladyra memainkan gelas kopinya yang tak ingin diminumnya, kopi yang disajikan panas sudah berubah suhu menjadi dingin. Atau hanya tangan Ladyra saja yang mendadak dingin?

"Saya justru bingung apa yang harus kita ulang, kita mulai kembali. Karna saya rasa, kita baik-baik aja." Ucap Radith.

Ladyra mengerutkan keningnya tak terima, "You divorced me, remember?!"

"Tapi saya ngga pernah memproses dokumennya. Saya ngga bisa." Suara Radith mengecil diakhir kalimat.

Ladyra tertegun, dadanya tiba-tiba terasa berat. Ladyra merasa bodoh, ternyata apa yang selama ini selalu dia sesalkan hanya sia-sia, karna Radithya tidak benar-benar menceraikannya.

"Terus kenapa kamu pergi? Kenapa kamu ngga pernah kembali? Kenapa kamu selalu menghindar waktu aku cari?" Tangis Ladyra nyaris pecah kembali.

"Karna saya takut. Setiap kali saya ngeliat wajah kamu, rasa cinta, rasa sayang, rasa ingin memiliki itu selalu kembali lagi dengan kadar yang jauh lebih besar. Sedangkan saya tau saya ngga akan pernah dapat balasan.

"Saya pikir, tanpa ada saya dihidup kamu, semua akan baik-baik aja, kamu akan jauh lebih bahagia. Saya ngga bisa jadi the special one kamu, karna sejak dulu memang bukan saya yang kamu mau."

Ladyra menundukkan kepalanya, dia mulai frustasi. Ada sebanyak apa keburukan yang dia lakukan terhadap Radith? Setiap dia mendengar pengakuan Radith satu persatu, tubuhnya terasa semakin lemah.

"I'm sorry." Hanya itu yang bisa Ladyra katakan, dia tidak bisa membuat pembelaan lagi. "I'm sorry." Ulangnya sekali lagi.

******

My Ex - My NextTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang