Part 9

3.7K 197 6
                                    




"This." Ladyra menyodorkan secarik kertas kecil bertuliskan alamat penthouse Radithya pada supir Uber yang dinaikinya.

"15 Central Park West, New York. Wow, you must live in the biggest luxury penthouse, right?" Balas si supir berkepala pelontos tadi dengan senyuman seraya menjalankan mobilnya menuju alamat yang dituju.

"Lux..." Ladyra menghentikan ucapannya saat mencerna balasan si supir.

Radith tinggal di penthouse? Luxury? Dyra mengacak tas kecilnya dengan gerakan cepat, mencari ponsel yang sekarang terasa seperti mencari sebuah jarum diatas tumpukan jerami! Dia menyesal menaruh seluruh perlengkapan make up di tas tangannya.

Ah, ini dia!

Jarinya berselancar lincah diatas layar, men-scroll kontaknya yang hampir ratusan untuk mencari nama Radith. Duuuh, ni orang ngga aslinya ngga dihandphone kok sama-sama nyusahin sih!

Got it!

Dyra menempelkan ponselnya ditelinga, bersamaan dengan mengecilnya volume radio yang sedang melantunkan lagu Despacito yang sedari tadi memenuhi mobil. Supir yang amat sangat pengertian.

Masih mendengar nada monoton yang membosankan, Dyra memanjakan matanya dengan melihat pemandangan kota Manhattan yang sibuk. Hari ini masih pagi, masih banyak para pekerja yang berjalan diatas trotoar sambil menikmati kopi paginya dengan gelas kertas bermerk terkenal. Pemandangan yang sangat berbeda dengan Jakarta.

Hatinya yang sudah mulai sejuk karna pemandangan yang dia nikmati berubah kembali menjadi kesal saat suara monoton tadi berubah menjadi pemberitahuan bahwa panggilannya masuk pada mailbox. Sok sibuk atau belum bangun ni orang.

"Already arrived, ma'am."

Setelah membayar dan memberikan sedikit tips karna sudah membantu menurunkan kopernya, mobil SUV tadi melesat pergi, meninggalkan asap tipis dengan beberapa daun maple kering yang terangkat melayang pelan dan kemudian jatuh dengan daratan yang sempurna.

Dyra menarik kopernya menyebrangi jalan menuju penthouse yang ditinggali Radith. Gedung tinggi itu terlihat megah diapit dengan beberapa gedung lainnya yang tak kalah tinggi, dengan taman yang didasari rumput hijau dan ditanami bunga berbagai macam warna, semakin menambah nilai keindahan yang diusung oleh pengelola penthouse yang dijuluki luxury ini.

Omong-omong soal Radith, pria itu masih saja tidak bisa dihubungi. Apa dia masih berada dipenthouse nya? Atau sudah berada dikantor yang mengharuskannya menon-aktifkan ponselnya? Dyra tidak memilih pusing, dia langsung masuk dan mencoba peruntungannya dengan memilih opsi kedua, jadi dia bisa bebas beristirahat tanpa perlu merasa risih dengan adanya Radith didalam sana.

Bunyi dentingan pertanda bahwa dia sudah tiba dilantai 38 membuat Dyra menarik napasnya pelan. Setelah keluar dari lift, tak sulit untuknya menemukan sebuah pintu besar yang terbuat dari kayu dengan ukiran manis bergaya Yunani.

Sebelum berangkat ke New York, Mamah Radith memberikan kunci cadangan penthouse miliknya, dengan alasan yang sangat tepat seperti situasi saat ini. Takut Radithnya ngga ada disana waktu kamu sampai, jadi pegang aja kuncinya buat jaga-jaga.

Jadi setelah menempelkan kartu pada lampu sensor yang sedari tadi berkedip, terbukalah pintu kayu itu.

Dyra melangkahkan kakinya masuk, dan detik itu juga barulah dia menyadari betapa noraknya dia karna menganga lebar hanya karna melihat design interior yang sangat kental dengan kemewahan yang bercampur dengan gaya maskulin. Mungkin karna Radith hanya tinggal seorang diri disini, jadi dia bebas mengatur segalanya tentu dengan gayanya.

My Ex - My NextTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang