Setelah memperbaiki pernikahannya yang juga disetujui oleh Radith, kini mereka harus mengatur pertemuan antar keluarga yang juga butuh penjelasan dari mereka. Percayalah, bagian tersulit dari pernikahan adalah menghadapi orang tua masing-masing.
Tunggu saya di Starbucks ya.
Radith mengiriminya pesan itu satu jam yang lalu, dan kurang dari 10 menit sebelum waktu pertemuan mereka, Ladyra sudah tiba. Setidak-tidaknya dia memiliki niat untuk berubah dari segala aspek apapun, dan datang tepat waktu adalah salah satunya.
Ladyra mengitari pandangannya, karna Starbucks yang dipilih Radith lokasinya tidak jauh dari salah satu universitas swasta bergengsi di Jakarta, tak heran jika isinya semua mahasiswa dengan laptop diatas meja.
Ladyra ingat, dulu dia sering membawa Radith kesini saat sedang menyusun skripsi. Mereka duduk disudut dengan pesanan caramel macchiato untuk Radith, dan double chocochip untuk Ladyra.
Apa Radith sengaja memilih Starbucks ini?
Saat matanya lelah menyusuri, tiba-tiba Radith muncul dari pintu masuk masih dengan tampilan formalnya, yang kemudian satu persatu mulai dilepaskan.
Radith memberi kode pada Ladyra bahwa dia akan langsung memesan sebelum menghampirinya, jadi Ladyra hanya bisa menyaksikan suaminya itu berjalan sambil membuka jas biru dongkernya dan kemudian disampirkan dilengannya, dan saat Radith sedang menggulung lengan kemejanya hingga batas siku, Ladyra mendengar bisikan-bisikan mahasiswi disampingnya.
"Arah jam 1." Kata si wanita berkerudung sambil menatap Radith dengan tatapan ingin memakannya hingga habis.
Sontak seluruh teman-temannya ikut menoleh kearah Radith yang sedang memasukkan tangannya kedalam saku celana sambil memilih menu kopinya.
"Haawwwtt gengs." Sahut si wanita berambut blonde.
"Ganteng banget ga sih! Gue mau minta nomornya ah." Salah satu wanita yang menurut Ladyra paling cantik diantara yang lain tiba-tiba menyahut sambil membenarkan tatanan rambutnya.
"Gue kasih 300rb kalo lo berani!" Si kerudung tadi tertawa sambil melempar dompetnya ke tengah meja.
"Deal!"
Ladyra kesal mendengar suaminya dijadikan bahan taruhan. Dari pada dia menahan emosi lebih lama, Ladyra membereskan barangnya dan bangkit dari tempat duduknya. Lebih baik dia minum dimobil dari pada harus merelakan suaminya menjadi santapan makan siang remaja-remaja labil ini.
Tapi sebelum pergi, Ladyra akan memberi kejutan dulu pada anak-anak ini.
Bersamaan dengan berdirinya si wanita paling cantik, Ladyra langsung memukul meja tempat mereka berkerumun.
"Lo mau nomor cowok itu?" Ladyra menunjuk Radith yang baru saja menerima pesanannya dari barista.
Si wanita cantik itu mengerutkan alisnya tak suka karna nada ketus yang Ladyra gunakan.
"Gue punya." Ladyra mencari nomor kontak Radith diponselnya dan menunjukkan langsung pada wanita itu.
"Ini nomornya, tapi sebelum dicatet tolong lihat nama dia dikontak gue."
Ladyra memamerkan nama kontak Radith yang dia tulis Husband diponselnya kesemua kumpulan remaja-remaja ini dengan wajah bangga.
Tapi wanita tadi justru mengeluarkan seringaian meremehkan. "Cowok tampan emang banyak fans halunya."
Ladyra kesal, dia ingin menumpahkan Americano yang diatas meja keatas kepala wanita ini. Tanpa basa-basi Ladyra menghubungi Radith, yang kemudian diterima Radith sambil menoleh kearah Ladyra.
"Tunggu aku dimobil aja, disini banyak nyamuk." Ladyra menatap gadis blonde tadi saat dia menyebut nyamuk.
Dengan raut wajah yang bingung, tapi Radith tetap mengangguk dan pergi keluar. Ladyra memutus sambungan telfonnya dengan seringaian yang sama seperti seringaian yang tadi gadis ini tunjukkan.
"Back off, he's mine!"
Setelah melihat wajah terkejut gadis-gadis tadi, Ladyra berjalan ke pintu keluar, dengan rasa penuh kemenangan.
"Kenapa sih?" Tanya Radith sambil memasang safety belt.
"Tadi tuh kamu dijadiin bahan taruhan sama abg-abg labil, pada kecentilan banget ya anak jaman sekarang." Ladyra masih memasang wajah kesal sejak tadi.
"Taruhan? Taruhan gimana?"
"Mereka bilang kamu hot, ganteng, terus ada yang mau minta nomor kamu, kalau berhasil dia dapet 300rb dari temennya."
Radith tersenyum. Bukan, bukan karna taruhan aneh itu, tapi karna dia menyadari alasan kenapa Ladyra tiba-tiba menjadi bad mood. Istrinya cemburu.
"Terus kamu apain anak-anak tadi?"
"Aku kasih tau kalau kamu suami aku. Terus mereka langsung kaget, seneng banget aku kayak habis balas dendam." Ladyra menutup kalimatnya dengan tawa, tawa yang selalu disukai Radith.
"Akhirnya go public juga kalau kita suami istri."
Ladyra menoleh cepat sambil memasang wajah kesalnya. "Tuhkan mulai lagi, jangan dibahas terus dong. Aku kan udah janji ngga akan ngulangin salah yang sama lagi."
Radith tersenyum, "Lucu aja gangguin kamu. Saya suka."
Deg.
Oh ayolah, Dy! Dia suami lo, kenapa masih ngga bisa terbiasa sama kata-kata sanjungan dia? Kenapa detak jantung lo masih ngga beraturan saat Radith senyum buat lo?
Ladyra memegang safety belt nya erat saat tiba-tiba Radith meraih tangannya untuk digenggam, bukan genggaman yang biasa, tapi dia menautkan jari jemarinya, kemudian menggenggamnya erat.
Dan dari kejadian hari ini dia belajar, bahwa Radith diinginkan banyak wanita diluar sana, Radith menjadi tipe idaman yang dijadikan patokan. Dan dia sempat membuang Radith begitu saja. Ladyra berjanji, dia tidak akan menyia-nyiakan Radith lagi. Ladyra bersumpah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex - My Next
Любовные романыTentang cara kerja takdir mempertemukan kembali masa lalu dan menghancurkannya lagi dengan cara yang sama. #1 in fiksiremaja (12-12-2023) #1 in keluarga (29-12-2023) #2 in selingkuh (14-08-2024)