"Jadi setelah lulus kamu langsung kerja di rumah sakit itu?" Dyra tidak bisa memilih antara bicara atau menelan habis udon nya terlebih dulu, jadi dia melakukan keduanya pada waktu yang bersamaan.
"Hei, telan dulu makannya baru ngomong." Fadly tertawa sambil menyendok udon miliknya.
"Aku mau makan, tapi ngga tahan juga buat ngga nanya. Jadi jawabannya apa?"
"Iya kaya yang kamu bilang tadi, habis menyelesaikan kuliah aku langsung kerja di rumah sakit itu. Sebenarnya rumah sakit itu punya keluarga aku juga, jadi gampang aja masuknya."
"Gitu ya, yang dapat kerjaan paling cepat memang selalu yang punya koneksi orang dalam dulu. Ngga adil banget."
Fadly tertawa, "Kenapa memangnya? Kamu belum dapet kerja?"
Dyra mengangguk dan mendadak merasa lesu.
"Kerja di rumah sakit mau?"
Dyra tau dia tidak seharusnya seantusias ini, tapi Dyra menoleh terlalu cepat dengan tatapan berbinar saat Fadly menawarinya sebuah pekerjaan. Sama seperti dulu saat Fadly menawarkan cincin berlian untuknya sebagai kado ulang tahun.
"Ada lowongan untuk bagian administrasi di Laboraturium, kalau kamu mau nanti aku ajuin nama kamu."
Fadly semakin melebarkan senyumnya saat Dyra tak henti-hentinya menatap matanya dengan tatapan yang sangat antusias. Dan dia tau, mengambil Ladyra kembali sama mudahnya seperti dulu dia merebut Ladyra dari sosok... Radith.
"Aku ngga bakal nolak usulan kamu." Jawabnya.
******
Saat Dyra membuka pintu rumah dan menutupnya kembali, dia mendapati Maminya sedang duduk di ruang tamu dengan kaki bersila dan majalah ditangan. Ini sudah cukup malam dan sudah memasuki jam tidurnya Mami, jadi Dyra sedikit terkejut Mami masih berada disana, bukan di dalam kamarnya.
"Mami kok belum tidur? Tumben."
Mami meletakkan majalahnya dan bergeser menghadap anaknya.
"Dari mana aja sampai malam gini?"
Dyra menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Apa dia harus mengatakan bahwa dia baru saja kembali dari PIM untuk makan dan menghabiskan waktu seharian dengan Fadly? Apakah Mami akan menyukai jawabannya? Tapi kan Mami sendiri yang bilang kalau harus menjamu tamu dengan baik. Namun sebelum dia sempat menjelaskan, Mami sudah bertanya kembali.
"Sama dokter Fadly?"
Dyra terkejut. Bukan, bukan karna tebakan Mami yang benar, tapi karna nada bicara Mami yang terdengar sinis, terkesan tak suka.
"Iya tadi makan di PIM sama Fadly."
"Makan sampai semalam ini?" Sindir Mami lagi.
"Beneran cuma makan kok." Dyra membela dirinya.
"Tadi Radith kesini, nyari kamu."
Deg!
"Radith kok udah pulang?" Tanya Dyra cepat, bahkan terlalu cepat.
Mami menaikkan sebelah alisnya terkejut mendengar pertanyaan anaknya. "Kenapa? Ngga suka kalau dia pulang?"
"Radith bilang sama Dyra kalau dia baru balik sekitar satu mingguan lagi." Jelas Dyra dengan menggebu yang ingin dipercayai.
"Urusannya disana udah selesai, makanya dia langsung kesini. Dia bahkan belum pulang kerumahnya, dia langsung kesini nyari kamu."
Ada perasaan bersalah yang mendadak menggerayangi hatinya. Dyra bisa membayangkan bagaimana kecewanya Radith tadi. Di tambah komunikasi mereka saat ini terputus karna ponselnya yang mati total.
Dan tiba-tiba hatinya merasa cemas saat terlintas satu pertanyaan dikepalanya.
"Terus Mami bilang apa sama Radith?"
Please jangan bilang kalau....
"Mami bilang kamu lagi pergi sama dokter Fadly."
Shit!
Entah kenapa Dyra merasa perlu menyembunyikan pertemuannya dengan Fadly dari Radith, Dyra pun tidak mengerti kenapa dia harus merasa cemas kalau Radith tau soal Fadly. Kepalanya kembali pusing, kepalanya seperti mau pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex - My Next
RomanceTentang cara kerja takdir mempertemukan kembali masa lalu dan menghancurkannya lagi dengan cara yang sama. #1 in fiksiremaja (12-12-2023) #1 in keluarga (29-12-2023) #2 in selingkuh (14-08-2024)