EPILOG

579 88 37
                                        

Satu minggu usai terkuaknya kasus Dahlia, Kosan 7 Pintu kini masih di huni oleh penguni sebelumnya, kecuali Yoon Chabe yang masih berada dalam penjara. Suasana tak lagi sama, seperti ada sesuatu yang hilang dari diri mereka. Pertama kehilangan Yoon dari kosan itu. Lalu kedua perasaan rawan setelah tahu kasus Dahlia. Mereka selama ini tak menduga jikalau di dalam kosan itu tersimpan mayat yang diawetkan.

Semua terasa singkat, kasus sebesar itu dalam waktu tak lama diungkap oleh Thayang dibantu yang lainnya. Penghuni terakhir itu memang sudah ditakdirkan untuk memecahkan misteri yang tersimpan.

"Gue pikir kedatangan lo di kosan ini nggak ada arti apa-apa. Sebab pertama kali gue lihat lo, nggak ada kesan nyenengin. Apalagi setelah tau nama lo, aneh," tutur Jintan ketika mereka semua berkumpul di ruang tengah. Kini ruang tengah menyala walau sudah malam.

"Nama kalian juga aneh, Bang," sahut Thayang.

"Setidaknya masih masuk akal," sahut Jintan lagi.

Royjoon yang terlihat sedang berpikir keras di sofa ujung, lantas membuka suara. "Gue masih pinisirin nih. Kenapa si Dahlia minta bantuannya sama Thayang? Kenapa juga cuma nunjukkin diri ke Thayang? Kagak ke kita gitu?" tanya Royjoon.

Semua mata tertuju pada Thayang. Mereka ingin meminta penjelasan tentang itu. Thayang mengangguk, bersiap untuk menjelaskan.

"Itu karena saya punya kelebihan khusus bisa lihat hantu, Bang. Saya bisa lihat hantu lain juga. Tapi cuma Dahlia yang bermaksud dekati saya. Hantu yang lain pada cuek," sahut Thayang menjelaskan.

"Eh, ada hantu lain?" kaget Hobeng.

"Ada. Di kamar bang Chabe. Saya lihat cewek di pojokkan kamar. Ia pegang lilin yang menyala. Nggak tau ngapain, cuma pandangin lilin doang. Karena dia nggak ganggu, ya udah cuekin aja," sahut Thayang.

Mereka semua tampak antusias dan penasaran pada sesuatu yang luar biasa yang ada pada Thayang. "T-terus, ada hantu apa lagi?" tanya Jimino.

"Ada satu lagi yang saya duga itu hantu juga. Cuma ... dia agak beda dari hantu lainnya. Dia sering menunjukkan diri seperti wujud dari penghuni kosan ini. Dia pernah jadi bang Chabe yang ngikut Jimino meninggalkan dapur pas saya cuci piring. Lalu ada bang Jintan yang tiba-tiba udah masuk aja ke mobil, padahal garasi baru aja saya buka. Pokoknya yang saya ingat itu."

Mereka semua mengangguk paham.

"Tapi tuh hantu nggak ganggu kan, yak?" tanya Royjoon.

"Tenang, Bang. Nggak akan ganggu," sahut Thayang.

Koko berdiri, mengembuskan napas lega. "Sekarang yang penting kita udah bebas dari masalah. Dahlia udah dimakamkan dengan layak. Bang Zeron dan bu Sayang udah pada tempatnya. Yang paling wow banget, kosan ini sekarang nggak ada pemiliknya. Alias GRATIS!" sorak Koko senang. Mereka ikut bertepuk tangan gembira.

"Akhirnya duid kosan bisa gue pakai buat jalan sama para bebeb gue," lega Jimino sambil menghirup udara segar.

"Setidaknya gue nggak perlu mikirin bayar kosan tiap bulan. Bisa buat pop mie satu dus," ujar Royjoon juga.

Sementara Thayang terlihat ingin mengatakan sesuatu pada mereka. "Sebenarnya ... Kosan ini milik bapak saya."




Thayang membereskan tempat tidurnya selagi ibu dan ayahnya sedang berkemas hendak pulang.

"Ibu hampir lupa, tadi mau minta mangga buat dibawa ke rumah. Tapi mau yang mentah. Eh, Pa. Tolong lanjutin berkemasnya, ya. Aku mau ngambil mangga sama temannya Thaya," tutur Bu Dela meninggalkan tas besar yang berisi baju-baju.

"Iya, Bu. Nanti aku yang lanjutkan," sahut Pak Ruphi.

Sepeninggalan Bu Dela, Pak Ruphi diam-diam menghampiri Thayang yang hampir selesai membereskan tempat tidur.

"Tha, Bapak pengin ngomong."

"Iya, Pak?"

"Bapak baru ingat."

"Ingat apa?" tanya Thayang bingung.

"Tunggu sebentar." Pak Ruphi berjalan ke arah tas yang ia kemas tadi, lalu mengambil sebuah map biru dan kembali menghampiri Thayang.

"Apa itu, Pak?"

"Ini sertifikat rumah. Ini peninggalan dari datukmu. Kakeknya Ayah. Katanya lokasi rumah itu di Jalan Keramat nomor 1. Ada gambarnya juga nih," tutur Pak Ruphi sambil membuka lembar demi lembar. "Coba kamu perhatikan halaman rumah ini, persis kayak halaman kosan ini. Cuma kosan ini sepertinya dirombak lagi loh. Baru pertama kali Bapak mau lihat rumah peninggalan datukmu, sekalian mau tengokin kamu. Ternyata tempat yang sama toh."

Thayang terheran-heran dengan penuturan bapaknya. "Jadi maksud Bapak, kosan ini milik kita? Milik Bapak gitu? T-terus Bu Sayang?"

"Benar, Tha. Kosan ini punya kita. Bu Sayang itu istri simpanan Kakekmu."

Thayang mengangguk. "Oh. Makanya rumah ini jatuh ke tangan Bu Say dan dirombak menjadi kosan 7 pintu?"







-EPILOG END-

Buat yang penasaran kenapa cuma Thayang yang bisa lihat Dahlia☝️

Terjawab ye khan. Jadi si Thayang punya kelebihan, geesss.

Gitu aja ya epilog dari aku. Good bye and see you!

Kosan 7 Pintu? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang