Thayang harus memilih, abai atau selidiki? Dua hal yang membuat dia dalam perkara. Jika abai, maka ia harus rela selalu dihantui oleh Dahlia. Dan jika ia memilih menyelidiki, nyawanya yang akan menjadi jaminannya. Bagaimanapun juga, Zeron tak bisa dianggap remeh. Melihat tatapannya saja sudah membuat orang meneguk saliva kasar karena gugup.
Resah. Itulah yang dirasakan Thayang saat ini. Usai pembicaraan tadi di ruang tengah, menambah teka-teki dalam kepalanya. Apakah benar ia hanya berhalu? Tapi apa yang ia lihat bukan sepenuhnya halusinasi. Ada beberapa hal yang nyata dan terbukti, sebab yang lain juga melihatnya.
"Kalau saya cuma halu, tapi kenapa halunya lama banget? Biasanya halu cuma sebantar, itupun nggak merambat ke orang lain. Ini lain, penghuni kost juga ikut terlibat. Jadi saya yakin ini bukan halusinasi belaka!" monolog Thayang yang berdiri di depan kasurnya.
"Tapi apa dong? Nggak ada yang mau bantu dan semuanya pada takut. Bukan takut sama hantu, tapi bang Zeron."
"Kalau memilih abai, mana kuat lihat hantu tiap hari," mewek Thayang.
Tok-tok-tok
Thayang menatap horor ke arah pintu kamarnya. Ia beralih menatap cangkir mug berisi kopi susu, lalu berjalan mendekati tempat cangkir itu berada. Ia meraihnya, lalu berjalan lagi menuju pintu. Tujuan utamanya, jikalau itu hantu yang terlihat atau tak terlihat, ia akan menyiramnya segera.
Thayang memantapkan hatinya, lalu membuka cepat pintu itu. Hampir saja ia melayangkan cangkir mug, tapi beruntung masih bisa mengerem tangannya cepat.
"Adek, kamu ngapain?" tanya Thayang memusut dadanya pelan. Pasalnya Koko datang menggunakan masker wajah berwarna gold.
"Ada ibu dan bapak Kak Thaya di bawah. Langsung keluar aja, Kak. Jangan biarkan mereka diajak ngobrol sama penghuni lainnya. Tau kan mereka pada aneh?"
"I-iya sih. Ya udah aku turun sekarang."
"Oke. Adek mau cuci muka dulu," sahut Koko kembali ke kamarnya.
"Hah?" bingung Thayang. Sedetik kemudian ia berdecih, lalu memilih menuju ruang tengah untuk menghampiri kedua orangtuanya yang katanya sudah datang.
Benar saja, Thayang melihat ibu dan ayahnya yang sudah duduk di sofa sembari mengobrol dengan Royjoon dan Jimino. Ini tak beres, ujar Thayang dalam hati. Lekas ia menghampiri orangtuanya.
"Ibu! Ayah! Kenapa nggak telepon Thaya dulu kalau udah sampai?" ucap Thaya duduk di samping ibunya.
"Ini anak kita, Yah. Alhamdulillah sehat ya kamu?" ucap ibu Thaya-Dela.
"Alhamdulillah kalau begitu. Ayah sama ibu sempat tak enak hati, makanya mau langsung jengukin kamu ke sini," sahut ayah Thaya-Ruphi.
"Thaya baik kok, Yah, Bu. Di sini Thaya nggak sendiri. Ada enam penguni kost lainnya juga. Cuma yang lainnya belum pada keluar dari kamar. Cuma ada bang Royjoon sama Jimino," tutur Thayang memperkenalkan.
"Halo, ibunya Thaya. Halo, bapaknya Thaya!" sapa Royjoon dadah-dadahan. Jimino hanya mengikuti saja. Ibu dan ayah Thayang hanya mengangguk dan tersenyum.
"Bang, Jim, perkenalkan ini ibu saya namanya Delaphan Jutha. Dan ayah saya Ruphiah atau sering disapa Ruphi," ucap Thayang memperkenalkan.
Royjoon dan Jimino sama-sama melongo. Lalu mengangguk bodoh seperti robot. Apakah jenis habitat mereka? Lol.
"Lucu ya nama kalian sekeluarga. Bisa diberitahu nggak, nama keluarga kalian yang lainnya? Kakek Dolar atau Nenek Ringgit?" celetuk Royjoon.
"Kamu kenal sama bapak saya ya? Wah, siapa nama kamu?" tanya pak Ruphi terkagum-kagum.
"Eh? Beneran ya? Ehehe, padahal ngasal. Nama saya Roy Jhoon, Om Ruphi," sahut Royjoon.
"Rhasa Shafi ketinggalan tuh. Ntar hambar lagih," sindir Jimino.
"Apaan sih lu, Micin!"
"Oh iya, Yah, Bu. Kalian bisa langsung ke kamar Thaya buat istirahat. Udah Thaya rapiin kok. Cuma kasurnya kecil, muat sendiri. Tapi bisa kok berdua, kalau jadi patung aja tidurnya," ujar Thayang.
"Terus kamu mau tidur di mana? Ibu sama ayah cuma menginap semalam aja sih, soalnya kami juga banyak pekerjaan," ujar bu Dela.
"Gampanglah. Nanti Thaya bisa tidur di sofa atau enggak numpang ke kamar lainnya," sahut Thayang.
"Baiklah. Mana kamar kamu, Nak?" tanya bu Dela.
"Yang dekat tangga itu, Bu. Thaya antar deh."
"Nggak usah, Nak. Kamu bikinin ibu sama ayah minuman ya. Haus banget. Tuh dua orang nggak peka malah diajak ngobrol terus tadi," celoteh bu Dela sebelum menyusul pak Ruphi.
Damn
Royjoon dan Jimino seketika tersinggung. Apa-apaan ini? Royjoon berdiri sambil berkacak pinggang.
"Mereka pikir gue-"
"Bang, kok yang lainnya nggak turun ke bawah? Udah siang loh ini," tanya Thayang.
"Iya juga ya? Tadi si bang Jinand sama bang Yoon ke kampus. Terus bang Hobeng sama si emping yang ada di atas. Emang lo nggak lihat mereka keluar dari kamar tadi?" sahut Royjoon.
"Lihat sih, tapi cuma adek doang. Tadi yang panggil saya ke sini ya Koko. Katanya ibu dan ayah saya sudah tungguin," sahut Thayang.
"Dari mana tuh bocah tahu? Dia aja nggak keluar dari tadi," sahut Jimino.
"Kali aja dia tengok keluar, terus langsung bilang ke saya," sahut Thayang memilih tak berprasangka.
"Dahlah, lo buat minuman sono! Ntar pada ngap-ngap emak-bapak lo kurang air," ujar Royjoon.
Thayang ingin mengumpat, namun urung dan memilih sabar. Ia segera meninggalkan ruang tengah menuju dapur.
Thayang membuat dua gelas teh manis di dapur. Sejujurnya ia agak ragu ke dapur sendirian. Mengingat beberapa hari yang lalu ia melihat sosok itu lagi.
"Nggak, saya harus abai hari ini!" monolog Thayang yakin.
"Abai atau selidik?" suara lembut itu membuat Thayang bagai hampir jatuh dari atas jurang. Ia menoleh ke belakang segera. Rasanya ingin menangis melihat sosok itu lagi.
Thayang memejamkan matanya, ia menggeleng keras mencoba menjernihkan pikirannya. Ia yakin, hal itu mampu membuang halusinasinya. Thayang membuka mata, bersamaan dengan matanya yang terbelalak saat itu juga. Wajah Dahlia malah sangat dekat dengan wajahnya sekarang. Merasakan pasokan udara berkurang, membuat Thayang tak sadarkan diri dan tergeletak di lantai. Jintan yang menjadi saksi bisu itu, membeku di tempat. Jintan menjatuhkan gelas plastik di tangannya, dengan tatapan masih tertuju pada sosok Dahlia yang menatapnya datar.
"Woy!!! Lagi syuting sama bang Yoon lagi kah? Betewe, Bang. Mana video hasil rekaman lo sama bang Yoon? Kagak ada dikirim ke gue." Itulah Royjoon. Datang-datang mengejutkan Jintan dari belakang. Membuat ambyar pikiran Jintan saat itu juga. Ia mendelik menatap Royjoon. Kala itu juga cengiran Royjoon memudar.
"Kenapa lo, Bang?" tanyanya polos tak tahu dosa.
"Lo angkut tuh bocah ke kamar gue," suruh Jintan sambil menunjuk Thayang.
Royjoon yang mengikuti arah telunjuk Jinand, kaget bukan main. Ia langsung menghampiri Thayang yang tak sadarkan diri.
"Astaga dia malah tidur di sini!"
Bersambung...👻👻👻
📌Update Bagian 15
📆Jumat, 15 Januari 2021Saia up dongs.🎉
Nggak lama lagi muter dicerita ini akan berakhir. Mungkin ye😁Dari pada pusing nggak bisa tebak, mending aku kelarin cepet aja. Ehehew.
Gitulah yeorobun sekalian!
See you next chapter💕
![](https://img.wattpad.com/cover/245268925-288-k216088.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan 7 Pintu? [COMPLETED]
TerrorKosan 7 Pintu? Katanya kosan itu hanya terdapat 7 pintu dan dihuni oleh pria saja. 7 kamar tersebut sudah terisi penuh dengan penghuni terakhir bernama Thayang. Hanya ia yang tahu, di dalam kosan itu ternyata ada satu kamar lagi dan satu gadis canti...