Cewek Itu Siapa?

514 94 39
                                    

"Shhh ... pelan-pelan, Bang. Perih banget," ringis Thayang ketika Royjoon mengobati luka di sudut bibirnya.

"Ya kalo luka, mana ada yang nggak perih. Kecuali hati yang kau lukai. Apaan sih gue nggak jelas," celoteh Royjoon.

Jintan yang sedari tadi hanya memperhatikan, akhirnya bersua juga. Walau dengan nada datar dan minim ekspresi. "Thaya kenapa?" tanyanya.

"Ini loh, Bang. Si Jham Tigha dipukul sama bang Laron. Gue ampe kaget lihatnya. Pantesan menghilang dari motor, eh malah mojok di bawah pohon bareng tuh Laron," sahut Royjoon masih pada kegiatannya. Ia menempelkan plester luka pada sudut bibir Thayang.

"Emang kenapa sampai kena pukul gitu?" tanya Jintan lagi.

"Tau noh orangnya belum mau cerita. Katanya sakit kalau ngomong."

"Tha, lo ceritain kenapa sampai kena pukul," ucap Jintan.

Thayang awalnya ragu, tapi melihat wajah serius Jintan yang kentara, membuat Thayang memutuskan untuk bicara, walau dengan gerakan mulut seminim mungkin.

"Kata bang Zeron, saya nggak boleh kepo masalah Dahlia lagi. Jangan ikut campur masalah dia dan apapun itu tentang Dahlia. Saya yang emang penasaran, balik tanya. Kata saya siapa itu Dahlia, apakah sudah nggak ada? Bang Zeron malah pukul saya," tutur Thayang menjelaskan.

"Itu bener. Apa yang dikatakan Zeron, lo harus turutin. Kalau lo mau aman sih. Soalnya kita semua tahu persis gimana perangai dia kalau lagu kesel. Gue jamin lo bakal jera kalau mulai duluan," ucap Jintan.

"Tapi saya cuma penasaran, Bang. Cewek itu juga ... muncul di hadapan saya terus. Terus saya harus gimana? Kata Koko ... kalau mau tanya sesuatu tentang Dahlia, sama Bang Jintan aja. Jadi gimana?" sahut Thayang.

"Apa yang gimana? Yang lo harus lakuin adalah berhenti penasaran tentang Dahlia. Cuekin dia kalau muncul di hadapan lo. Ngerti nggak?!"

"Ya udah saya ngerti aja," sahut Thayang mengalah. Amat malas kalau harus debat dengan siapapun.

Royjoon yang sedari tadi menyimak, sedikit bingung dengan keadaan. Pertanyaan baru muncul di kepalanya.

"Bang, lo ada kaitannya ya sama si Dahlia? Maaf nih, Bang. Dari dulu lo terus sembunyiin fakta tentang Dahlia. Gue bukan maunya ikut campur, tapi wajarlah kalau orang penasaran. Lagian kita semua sama-sama nge-kost di sini. Kalau tempatnya rada horor, kita nggak tenanglah," ujar Royjoon menatap Jintan yang masih mempertahankan ekspresi datarnya.

"Kalau gue tahu sesuatu, emang kenapa? Mau gue ceritakan atau enggak, itu nggak akan mengubah kenyataan, kan? Satu yang harus kalian tahu, Dahlia sudah nggak ada," ucap Jintan. "Jadi buat lo, Thaya. Apapun yang lo lihat, itu bukan nyata! Yang lain juga pernah mengalami hal yang sama kok. Nggak tau deh si Joon pernah atau enggak," ucap Jintan lagi. Lalu beranjak meninggalkan ruang tamu.

Thayang dan Royjoon terdiam. Masih bergelud dengan pikiran masing-masing. Lalu saling melempar tatapan bingung.

"Berarti yang saya lihat itu bukan manusia dong," ucap Thayang.

"Berarti kosan nih berhantu. Cuma hantunya kalem baek sama penghuni. Cuma iseng doang kali ya?" sahut Royjoon.

"Tadi kata bang Jintan, semua penghuni kosan kecuali Abang pernah mengalami hal yang sama seperti saya. Berarti, saya harus buat mereka ceritakan gimana kejadiannya."

"Ya kalau lo sampai ketahuan Zeron, gigi lo bakal lepas semua," sahut Royjoon.

"Tapi saya masih penasaran, Bang. Saya nggak bisa diginiin. Saya harus tau."

"Serah lu dah. Cari tahu aja sendiri. Tapi kalau dapat informasi, bagi-bagi sama gue. Gue sedikit penasaran soalnya," ujar Royjoon.

"Oke, Bang!"

***

Thayang baru selesai mencuci motornya. Terlihat Koko berlari ke arahnya, mungkin sehabis dari warung depan.

"Kak Thaya, Adek bisa minta tolong, nggak?" tanya Koko dengan napas terenggah.

"Minta tolong apa, Dek?"

"Ini tadi ada kurir yang bawa paket buat bang Zeron. Katanya kasihin ke bang Zeron, soalnya Adek bilang bang Zeron nggak ada di rumah. Tapi Adek nggak bisa, soalnya udah laper banget mau masak mi instan nih. Yah Kak? Mau ya kasihin ke bu Say? Atau enggak taruh di depan pintunya aja," ucap Koko seraya menyerahkan paket di tangannya.

"I-iya deh kalau maksa. Padahal nggak mau sih," sahut Thayang ragu.

"Oke, Kak. Adek masuk dulu mau masak!" Koko langsung berlari masuk ke dalam kosan.

Thayang menatap kotak paket di tangannya, lalu menatap ragu ke arah rumah hitam itu. Dengan memantapkan hati, Thayang akhirnya melangkah menuju rumah itu. Entah mengapa, ia jera menginjakkan kaki di depan rumah yang menurutnya angker itu.

Thayang mengetuk pintu dengan ragu. Ketukan ketiga sudah dilakukan, namun tak ada yang membuka pintu. Mungkinkah bu Sayang sedang tidur? Akhirnya Thayang memutuskan untuk menaruh paket itu di depan pintu.

Thayang ingin berbalik pergi, namun rasa penasaran kembali menghantuinya. Sudah lama ia ingin tahu tentang rumah ini.

Mumpung nggak ada orang. Lebih baik selidiki sekarang.

Thayang memperhatikan sekitar, terlihat aman tak ada siapapun yang melihat apa yang ia lakukan. Thayang mulai mengintip lewat jendela depan. Hanya sedikit celah yang bisa ia lihat. Rumah tampak kosong dan gelap. Thayang dikejutkan oleh seekor kucing yang muncul dari dapur, lalu berjalan menuju pintu sebuah kamar. Kucing itu terlihat mencakar pintu kamar itu dan mengeong beberapa kali. Tapi bukan hal yang mencurigakan bagi Thayang melihat hal itu.

Thayang memutuskan berpindah ke samping rumah. Ia sedikit berjingkit untuk mengintip ke jendela kamar. Untunglah ada celah tirai yang terbuka yang memungkinkan ia untuk melihat lebih dalam. Thayang mengedarkan pandangannya, matanya membulat bersamaan dengan mulutnya yang mengangga lebar. Ia melihat seorang gadis terikat di atas ranjang. Hanya saja ia tak bisa melihat wajah gadis itu, sebab wajahnya tertutup oleh bantal besar di sampingnya.

Apa dia Dahlia? Katanya Dahlia udah nggak ada?

Thayang terkejut ketika mendengar bunyi pagar yang dibuka. Thayang melihat bu Sayang baru saja masuk ke dalam halaman kosan. Lekas Thayang bersembunyi supaya tak ketahuan. Begitu bu Sayang masuk rumah, barulah Thayang berlari meninggalkan rumah itu.

Thayang masuk ke dalam kosan, ia berhenti sejenak menatap kamar Jintan yang tertutup rapat. Pikirannya berkecamuk oleh kata-kata Jintan dan penguni kosan itu semenjak ia datang ke sini. Begitu banyak hal yang membuatnya bingung. Thayang jadi teringat perkataan Royjoon waktu mereka bercerita di kegelapan kamar Royjoon.

"Jadi ... Dahlia itu hidup atau sudah mati? Yang benar bang Jintan atau bang Joon? Lalu kenapa ada cewek yang terikat di atas kasur bang Zeron?"

Semuanya masih kelabu. Tak ada titik terang yang pasti tentang kosan 7 pintu ini.





Bersambung...👻👻👻

📌Update Bagian 13
📆Jumat, 8 Januari 2021

Baru bisa up😌
Tadinya mau malam tadi, eh ketiduran saia😁

Udah jelas belum nih alurnya? Ada yang masih janggal kah?

Siapa yang masih jadi misteri💣

Dahlah, lupakan.

See you next chapter💕

Kosan 7 Pintu? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang