Makan Malam Pertama

977 129 71
                                    

Thayang masuk ke dalam kamarnya setelah perkenalan tak terduga tadi. Pikirnya penghuni kosan ini benar-benar unik atau menjurus ke aneh? Entahlah, pikirannya kini telah memusat pada pertemuan pertamanya dengan seorang gadis cantik bernama Dahliana itu. Tapi, kenapa para penghuni kosan ini tak mau mengakui keberadaan gadis itu? Mereka malah mengatakan hanya ada 7 kamar di sini. Pikiran Thayang ambyar ketika suara ketukan pintu terdengar. Ia bangkit untuk membukakan pintu.

Ceklek

"Kakak Thaya belum makan?" yang mengetuk pintu itu ternyata Koko atau bernama lengkap Koyo Koningrat.

"Oh, belum sih. Di mana cari makanan? Eh, maksudnya ada warung makan di sekitar sini?"

"Nggak perlu cari tempat makan, Kak. Di dapur ada makanan. Makanya Adek Koko datang ke sini untuk mengajak Kakak Thaya bergabung dengan kami," tutur Koko menjelaskan.

"Oh ... bayar ya?"

"Nggak bayar, Kak. Kami tiap minggu kongsi uang buat belanja bahan makanan. Tapi karena Kakak baru saja bergabung, makanya makanan digratiskan dulu. Ayo, Kak!"

"Eh, iya. Makasih sebelumnya," sahut Thayang sambil mengikuti langkah Koko yang membawanya menuju meja makan.

Thayang memperhatikan sekitar sambil terus berjalan menuju meja makan. Ruang tengah terlihat gelap gulita, mendadak rasa tak enak menyelinap di hati Thayang.

"Jangan kebanyakan celingak-celinguk lo! Tampak hantu baru tau rasa!" tegur Royjoon pada Thayang sambil menumpahkan kuah sup ke nasinya.

"Buset nggak kira lo, banyak banget tuang kuah. Buat bertujuh nih!" cerca Jimino menjauhkan mangkuk kuah dari hadapan Royjoon.

"Dih, pelit. Gue cuma nggak suka kalau makan itu kekeringan kek hutan gundul habis dicukur orang," ujarnya membela diri.

"Duduk Kak Thaya. Tinggal labuhkan diri ke kursi," ujar Koko yang menarik kursi untuk Thayang.

"Makasih, Dek," ucap Thayang canggung, lalu duduk dengan pelan.

Thayang terdiam sambil menatap makanan yang tersaji. Ada nasi, sup ayam, ayam goreng, dan telur mata sapi.

"Makan. Kenapa diam? Apa cara makan orang pendiam juga diam?" celetuk Yoon yang sedari tadi sudah memperhatikan Thayang.

"Nggak, Bang. Makan kayak kalian juga kok," sahut Thayang. Lalu mengaut nasi dan mengambil lauk secukupnya.

"Kuahnya enak tuh. Kagak mau?" ujar Hobe menawarkan.

"Makasih, Bang. Saya nggak suka makanan berkuah," sahut Thayang sopan. Lalu ia memulai acara makannya.

Saat makan, semua tampak hening tak seribut tadi. Thayang yang ingin mengakrabkan diri berniat untuk memulai pembicaraan.

"K-kalau boleh tau, kenapa lampu ruang tengah dimatikan? Nggak serem gitu?" tanya Thayang dengan ragu.

"Hemat," sahut Jintan singkat.

"O-oh," ucap Thayang mengangguk. Ia sedikit bingung kenapa mereka berenam makan dengan hening seperti ini. Memang harusnya makan tanpa bicara, tapi tidak saat suasana yang mencengkam bagi Thayang. Apalagi melihat ke arah ruang tengah yang gelap. Pikirannya tak tenang sedari tadi.

"Kakak Thaya ambil ayamnya lagi. Tapi yang bokong ayam aja. Soalnya nggak ada yang suka itu," ujar Koko pelan.

"Ah, iya Dek. Makasih," sahut Thayang mengambil satu bagian ayam lagi.

Bunyi pintu terbuka, membuat Thayang memelankan kunyahannya. Jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Menatap ke arah ruang tamu yang gelap gulita. Sementara keenam penghuni kosan itu hanya hening menikmati makanan mereka.

Kosan 7 Pintu? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang