DuapuluhTUjuh

322 23 1
                                    

Musim dingin kali ini terasa sangat cepat,
Tuan Lee bahkan merasa dinginnya sampai menembus jaket dinginya yang tebal,

Dia merasa lemah, hancur dan kesakitan,
Dia tidak berani masuk ruang rawat didepanya,
Rasanya jika dia masuk, air matanya akan mengalir dan terlihat menyedihkan,

Dokter Kim telah memberitau tentang kondisi anak semata wayangnya,

"Haechanie,, apa yang harus Daddy lakukan? Daddy merasa jadi orang tua yang buruk sekarang,,"

Satu jam yang lalu diruangan Dokter Kim Doyoung

"Tuan Lee, kita harus segera melakukan tindakan sebelum terlambat,"
"Saya sungguh meminta maaf atas prediksi yang di luar dugaan,"
"Jika kondisi Haechan selalu menurun itu akan menjadi kesempatan sel kankernya menyerang,"

"Kita akan lakukan tes setelah kondisi Haechan membaik,"
"Saran saya Haechan untuk di rawat sampai sel Kankernya bisa di atasi,"
"Sepertinya obat kemoterapi yang kami berikan tidak begitu berpengarauh,"

"Setelah tes di lakukan kita akan lakukan pengobatan yang efektif untuknya, tentunya dengan resiko - resikonya,"

Tuan Lee melangkah mantap, menghapus jejak - jejak lelehan air mata yang mengalir dengan syal nya, merapatkan jaket nya, dan masuk menemui mataharinya, meski dalam keadaan redup, Haechan tetap mataharinya.

Creekk...

Wajah pucat dengan peralatan oksigen itu masih sama dengan satu jam yang lalu saat dia tinggal, dan seorang wanita yang duduk di kursi samping ranjangnya, ibu dari sahabat sang anak, Nyonya Na,

"Tuan Lee?" Nyonya Na menoleh

"Terimakasih sudah menjaganya Nyonya Na"

"Haechan sudah seperti anak sendiri Tuan Lee,"

"Terimakasih,  terimakasih Nyonya Na"
Tuan Lee menunduk menahan tangis nya,

Kesakitan yang di rasa, seperti luka yang baru saja kering lalu mendapat benturan keras yang membuatnya kembali terluka...

Rasa sakitnya menjadi dua kali lipat,,

#

"Jeno ya~ mami bilang om Lee terlihat tidak baik tadi,, apa terjadi sesuatu yang buruk?" Jaemin dan Jeno sedang dalam di perjalanan menuju rumah sakit tempat Haechan di rawat,

"Tuan Lee pernah kehilangan istrinya, dengan penyakit yang sama, jadi saat ini pasti Tuan Lee sedang takut, hawatir dan merasa sakit di hatinya,"
"Jadi pasti dia tidak baik - baik saja Na..."
Jeno memberi pendapatnya

"Nono~..."
"Gimana kalo emang bener Ecan makin memburuk,,"

"Sayang nya Nono..." Jeno memegang tangan kekasihnya dengan tangan kanan nya, mengenggam memberi sedikit elusan dengan ibu jarinya
"Kita doain semoga Ecan baik - baik aja ya?"

Mereka sampai di rumah sakit Sahmyook, tempat Haechan dirawat,
Tidak hanya Jaemin dan Jeno tapi ada Mark dan Lucas juga,

Lucas memaksa untuk ikut,
Meski dia menerima jika Haechan mencintai sahabatnya tapi sudut hatinya masih menyukai adik kelasnya itu,

Sesampai di depan ruang inap Haechan,
Mereka membuat perjanjian untuk tidak menangis, memasang muka sedih dan bertanya tentang sakitnya.

"Nana dateng...." ucap Jaemin saat memasuki ruangan
Tapi, tidak ada sambutan,
Dia malah melihat Daddy Haechan yang seperti habis menghapus air mata, dan bangun dari duduknya,

"Hey Jaemin " sapanya

"Om? Kok Ecan masih sama? Dia belum bangun?" Jaemin bertanya dengan nada bergetar

Tuan Lee tersenyum tipis, tapi terlihat menyakitkan,
"Iya Jaem,, Haechan udah sempet sadar dan sudah membaik, tapi kondisinya masih lemah,"

"Om~" Jaemin menghambur kedalam pelukan Daddy Haechan

Hal itu membuat Tuan Lee tak bisa menahan tangisnya,
"Bagaimana ini Jaemin.... om tidak ingin Haechan meninggalkan om,,"
"Haechan harta om yang paling berharga,"
"Kenapa Tuhan menyiksa om seperti ini! Apa dosa om dimasa lalu?"
Jaemin tak bisa berkata - kata, dia hanya ikut menangis melihat orang yang dia kenal, ayah dari sahabatnya merasa kesakitan,

Tiga orang disana juga menyaksikan kepedihan itu, Mark bahkan sudah mendekat ke ranjang rawat Haechan, derai air mata Mark juga sama,
"Hey, Sunshine? Aku datang,"
"Ayo sayang,, berjuang, mereka sayang kamu Sunshine, aku juga, kita semua akan menunggu mu sayang ku,, kamu akan sembuh dan kita akan bahagia," Mark benar - benar rapuh, hati nya merasa terpukul,
Bagaimana ini, bagaimana jika cintanya benar pergi,,, itu yang Mark takutkan,

#

"Kenapa? Sepertinya gak fokus?"

"Sorry win,"

"Gak papa Jae,, kalo misalnya pengen cerita tentang yang lain, gak papa cerita ajah," kata winwin

"Gue lagi mikirin seseorang, tapi gue gak berani cari info sendiri"

"Kenapa?"

"Dia ada di rumah sakit, dan gue gak berani kesana, di tambah, dia adalah pasien Doyoung dan kak Taeyong,," jelasnya

Winwin mengangguk, dia tau apa yang Jaehyun takutkan,

"Gak mau coba?, itu bisa jadi terapi loh,"

"Kalo gue tremor disana gimana?"

"Mau gue temenin?"

"Gue rasa, gue belom siap deh,"

"Okey, gak papa, lain kali oke?"
Winwin tidak akan memaksa Jaehyun, dia tau seberapa tingkat parah traumanya, selama dia tidak ada niatan menyakiti diri sendiri itu sudah cukup, jadi tinggal mengendalikan rasa takutnya,

Winwin melihat jam di tangan kirinya,
"Jaehyun, sepertinya gue harus pulang, ini sudah masuk jam malam,,"
Jaehyun menyerengit, ini baru pukul delapan malam,
"Yuta membatasi jam malam gue,"
"Gue harus nyampe rumah sebelum jam sembilan" jelanya

"Kalian tinggal serumah?"
Winwin hanya mengangguk dengan senyum,

Ouh dia mengerti sekarang kenapa Johnny sangat mengejar lelaki di depanya ini, dia sangat imut ketika tersenyum malu seperti itu,

"Baiklah, perlu gue anter?"

"Gak usah deh, yuta udah di rumah jam segini, dia bisa marah kalo tau gue pulang bareng lelaki lain,"

"Posesif ya?"

"Hahaha, gitu deh," terakhir dari kata Winwin, dia berdiri dari duduknya,

"Kalo gitu, gue duluan ya Jae, sampai ketemu minggu depan,"

"Oke, thank you ya... loe hati - hati,"
Lalu Winwin melangkah pergi keluar cafe,

Ada satu hal yang mulai Jaehyun sadari semenjak bocah lelaki itu tak pernah ia lihat lagi,

'Haechanie,, apa saya boleh rindu?'

♡♡♡♡♡

Gak mau Chanie gue meninggal,,
Tapi kondisi Chanie menurun cepat,,
Ottoke?

DOKTER JUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang