Kedua Puluh Sembilan : Berhak Bahagia

3.1K 221 191
                                    

BISMILLAH...

HAI SEMUANYAAA...

BETRAND ANNETH COMEBACK!

MAKASIH BANYAK YA YANG UDAH VOTE DAN KOMEN DI PART SEBELUMNYA, MAAF BELUM BALAS SATU-SATU :( MAKASIH JUGA UDAH SUPPORT TERUS CERITA INI! LOVE YOU GUYSSS <3

HAPPY WEEKEND

HAPPY READING :*

***

Now Playing :
Sampai Akhir - Judika, Duma

Betrand mengerjapkan matanya perlahan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina matanya, hari sudah beranjak pagi.

"Bunda.." Panggilnya dengan suara serak khas bangun tidur, lelaki itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tak ada tanda sang bunda berada di ruangannya, lantas dimana bunda nya?

"Bunda.." Panggilnya lagi, mungkin saja di toilet.

Tapi beberapa menit menunggu tak ada tanda-tanda sang bunda keluar dari toilet pun ia tak mendengar aktivitas apapun dari toilet. Berarti bunda nya tak berada di toilet.

Jadi dimana bunda nya?

"Engghh.." Betrand merasakan pusing ketika bangun dan mendudukkan diri di atas ranjangnya.

"Bunda kemana ya?" Pikirnya bingung.

Perlahan Betrand turun dari ranjangnya, hendak mencari kemanakah gerangan perginya bunda cantiknya itu?

Susah payah Betrand menyeimbangkan posisinya berdiri sambil membawa tiang infusan dan keluar kamar.

Masih pagi, tapi sudah ramai sekali aktivitas rumah sakit ini. Banyak yang berjualan makanan, kopi ataupun snack. Betrand berulang kali menajamkan matanya, mencari keberadaan sang bunda diantara banyak nya orang yang berlalu lalang.

Ia tau, harusnya dia tetap berada di kamar. Tapi entahlah, ada hal yang mendorongnya untuk mencari keberadaan sang bunda.

"Bunda kemana ya?" Pikirnya bingung, lelaki itu terus melangkahkan kakinya sambil membawa tiang infusan hingga ke parkiran.

Udah kayak pasien mau kabur tau gak?

Betrand mengedarkan pandangannya kembali, mencoba mencari mobil bunda nya ataupun mobil salah satu keluarganya diantara banyaknya mobil yang terparkir.

"Masa iya gue ditinggal sendirian sih?"

"Astagaa!!"

Suara itu..

Itu suara bundanya!

Betrand segera mengikuti arah sumber suara itu, ia yakin itu adalah suara bundanya!

Benar saja, di depan matanya Betrand melihat Sarwendah berjalan ke pinggir trotoar parkiran, disana ada sebuah kardus. Betrand begitu serius memperhatikan Sarwendah, apalagi ketika Sarwendah membungkuk seperti sedang mengambil sesuatu dalam kardus itu.

Bayi?

Sarwendah mengangkat bayi dari dalam kardus, bayi itu menangis nyaring dan Sarwendah mencoba menenangkan bayi itu hingga tangisannya mereda.

"Siapa yang udah naroh kamu disini?"

Betrand tak tau kenapa badannya terasa kaku, banyak hal yang berkecamuk dalam otaknya. Tapi ia tak bisa mengucapkan sepatah katapun.

NyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang