Tiga Puluh Empat : Sebuah Balasan

2.5K 216 92
                                    

HAI SEMUANYAAA...
BETRAND ANNETH COMEBACK <3
MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN DARI AUTHOR YAA :3

MAAF PART INI LEWAT DARI JADWAL YANG DITENTUKAN.. AUTHOR BENAR-BENAR RIWEUH DENGAN SEGALAAA SERBA-SERBI LEBARAN :(

INSYA ALLAH AKU TETEP UP NANTI PAS HARI SABTU YAAAA <3

HAPPY READING GUYS :3

****

Thalia mengikatkan tali sepatunya, gadis cantik itu sudah bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ada satu hal yang harus ia perbaiki hari ini, semoga saja belum terlambat. Harusnya sih belum terlambat, ah sebenarnya juga tak akan ada kata terlambat untuk melakukan hal yang satu ini.

"Uncle Ikhsaan cici udah siap nih," Thalia memanggil driver nya yang sedang meminum kopi di pos satpam. Mendengar namanya dipanggil, Ikhsan segera meletakkan cangkir kopi nya yang sudah tandas isinya.

"Udah siap ci?"

Thalia mengangguk.

"Morning princess nya Onyo.." Dari arah belakang Betrand mengacak rambut adiknya itu gemas, Thalia menggerutu.

"Bisa gak sih pagi-pagi itu jangan iseng Nyo? Udah rapi juga malah dibikin berantakan lagi!" Gerutu Thalia, Betrand segera merapikan rambut Thalia.

"Onyo mana bisa gak gangguin cici, sehari aja gak gangguin cici itu berasa hampa aja hidup Onyo." Celetuk Ruben yang datang sambil menggandeng Thania, Sarwendah mengekori.

"Onyo nyebelin ayaaahhh.." Adu Thalia sembari menunjuk Betrand.

"Ngaduuu ngaduuuu...." Ledek Betrand.

"Nyooo..."

"Iya ayah, Onyo gemes banget soalnya." Sahut Betrand lalu pandangannya beralih kearah Thania yang juga sudah siap dengan seragam sekolahnya. Tangannya mencubit pipi Thania gemas, membuat gadis cantik itu menjerit.

"Tuh kan gak cici gak bontot semuanya kena!" Seru Sarwendah, Betrand nyengir.

"Biarin bun, nanti juga dia bakalan ngerasa kangen gak bisa jahilin adek-adeknya lagi kalau kuliah di Amsterdam," Celetuk Ruben.

Eh? Amsterdam?

"Onyo kuliah di Amsterdam?" Tanya Thalia.
Ruben mengangguk, "Ayah bunda udah ngobrol sama konsultant pendidikan disana tentang kampus mana yang punya akreditas terbaik dan pembelajarannya yang berkualitas. Ayah bunda juga udah memperhitungkan berapa biaya buat Onyo perbulan sampe nanti dia lulus." Jelas Ruben panjang lebar, Betrand tercenung. Jujur saja ia bahkan nyaris lupa kalau ayah bunda nya itu punya rencana pendidikan luar negeri untuk ketiga anaknya.

"Onyo siap kan?" Tanya Ruben.

"Eh? Siap kok, yah." Jawab Betrand ragu-ragu.

"Nanti kita sempetin buat liburan kesana ya sekalian survey lokasi Onyo kuliah sekaligus tempat tinggal Onyo selama disana."

Betrand diam, tak mengiyakan dan tak juga membantah ucapan ayahnya.

'Onyo kayaknya berat deh mau kuliah disana..' batin Thalia yang sedari tadi memperhatikan raut wajah Betrand.

"Yaudah, itu kan masih bisa dibicarakan nanti, Onyo juga belum kenaikan kelas. Nanti kita bicarain lagi ya, sekarang kalian berangkat gih. Nanti kesiangan lho.." Sarwendah mengalihkan pembicaraan, apalagi ketika melihat raut wajah putranya yang mendadak murung ketika suaminya mengungkit tentang pendidikan luar negeri yang akan ditempuh Betrand.

"Iya nih nanti kesiangan, yuk cici sama Nia kita berangkat." Ruben mencium kedua pipi Sarwendah kemudian Betrand. Thalia dan Thania juga melakukan hal yang serupa seperti yang dilakukan sang ayah.

NyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang