Awan putih perlahan-lahan berubah menjadi kelabu. Sapuan angin malam begitu menusuk masuk ke dalam kulit, suara gemuruh langit beserta kilatan-kilatan silau sedang tersaji di atas sana. Gumpalan awan abu-abu tak bisa menahan bebannya lagi, tak butuh waktu lama, mereka mengeluarkan beban airnya dan menurunkan hujan cukup deras.
Dari jendela, Kenzo menatap malam yang hari ini dipenuhi oleh awan-awan mendung, seperti ingin meluruhkan seluruh pikiran di otaknya bersama air hujan.
"Kira-kira, siapa, ya? Yang berbuat sampah kayak gitu ke Rhea?" gumamnya pada diri sendiri.
Otaknya terus mencari tahu tentang masalah yang terjadi menimpa Rhea. "Manda?"
"Selama ini cuma Manda yang benci sama dia,"
Pria itu mengacak rambutnya gusar, membayangkan yang sebenarnya tak tega melihat Rhea terlilit masalah dengan gosip menjijikkan. Ingin menyemangati agar tak patah karena masalah ini, namun ia sangat bingung harus memulai darimana untuk berucap.
"KEN?!" seorang wanita berteriak memanggil nama Kenzo, akan tetapi sepertinya, Kenzo tak menyadari akan hal itu.
"Kenzo?!"
Wanita itu mendekat ke arah Kenzo, lalu menepuk pundaknya "Kenzo! Bunda manggil-manggil sampe mulut Bunda berbusa kamu nggak denger?"
Karena sedari tadi terlelap dalam lamunannya, Kenzo tersentak kaget karena seseorang menepuk pundaknya, "I-iya, maaf, Bun. Ken nggak tau kalo Bunda di sini." ujarnya dengan lembut. Sedingin apapun Kenzo, pasti akan menghangat jika sudah berhadapan dengan Bundanya, Lyra.
"Ngapain liatin jendela mulu?"
"Ken ngantuk sama capek, Bun. Makannya ngelamun," jawab Kenzo berbohong.
Sejak kapan Kenzo dengan mudah mulai berbohong kepada Bundanya? Sepanjang hidupnya, ia sangat jarang bahkan hampir tidak pernah berbohong kepada Lyra.
Lyra hanya mengangguk dan mempercayai putranya itu, "Yaudah, ayo makan dulu. Bos Aldi udah nunggu."
"Iya Bunda, Kenzo nyusul, ya. Bunda duluan aja."
Senyuman manis terulas di bibir wanita yang menyandang status sebagai Ibu dari Kenzo itu, ia mengangguk lalu mulai melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar putra semata wayangnya.
Kenzo mendengus perlahan, sepertinya, tidak mudah untuk menemukan bukti yang ia tujukan untuk menyalahkan Manda. Karena Kenzo tahu betul bagaimana tulisan tangan Manda. Secara, sejak Kenzo mulai duduk di kelas 1 SMA, Manda sering memberinya hadiah yang selalu berisikan kertas tulisan tangannya sendiri.
Namun, hal itu tak menutup kemungkinan bahwa Manda-lah yang melakukannya. Bisa saja, ia menyuruh seseorang. "Ah, laper!" cercah Kenzo kemudian berdiri.
*****
"Anak ganteng Bunda akhirnya keluar kamar juga," seru Lyra ketika melihat Kenzo sudah keluar dari tempat bersarangnya.
"Heh, jangan salah! Itu anak aku juga, ya!" protes Aldi tak terima jika Kenzo hanya diklaim anak dari Lyra saja.
Kenzo menggelengkan kepala, jika saat-saat seperti ini, Aldi dan Lyra selalu berebut untuk mengklaim bahwa dirinya anak Ayah dan Bundanya. Terkadang, tidak ada yang mengalah, "Ayah sama Bunda dulu masa mudanya ribut terus, ya?" tanyanya, ia memajukan badannya untuk duduk di kursi sebelah Aldi.
"Nggak, sayang. Bunda dulu pendiem, tapi Ayah kamu yang cerewet sampai tiap hari ngajak ribut." jawab Lyra berbohong.
Memasang mata elang, Aldi bersiap-siap untuk menyemprot perkataan Lyra, "Nggak kebalik, Lyr? Bukannya kamu yang banyak tingkah? Sampai tiada hari tanpa masuk BK?" ujar Aldi jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
RHEA [Completed]
Teen Fiction[Belum direvisi] Rhea harus sabar menghadapi sikap Kenzo yang datar, dingin dan kaku. Sementara Kenzo dalam diamnya, ia merutuki tingkah gadis yang dipercayakan serta dititipkan di rumahnya itu. Gadis yang awalnya pemalas mendadak rajin karena harus...