“Pulang sama gue, atau Cindy bakal celaka?”
Bola mata Rhea hampir copot seketika. Bagaimanapun perbuatan Cindy kepadanya, gadis itu tetap sahabatnya. Rhea berpikir, lebih banyak kebaikan Cindy dari pada keburukannya. Jadi, satu kesalahan saja tidak akan menutupi semua kebaikannya.
Akan tetapi, fakta tersebut tidak akan membuat Rhea dengan mudah membuka pintu hati untuk memaafkan Cindy. Sedikit rasa tidak tega terbesit di dalam hatinya, sebagai manusia yang memiliki perasaan dan ketakutan.
“Lo ngancem gue?”
Sorot mata sepasang mantan kekasih itu saling menatap tajam, tidak ada yang memutus kontak mata terlebih dahulu. Tatapan mereka adalah tanda permusuhan, bukan perdamaian.
Sudut bibir Rehan terangkat sebelah, menyunggingkan senyum liciknya. “Nggak ngancem lo. Tapi, Cindy emang pantes buat diperlakuin kaya gitu,” ujar Rehan. “Dia sedikit brengsek,”
Jika saja saat ini badan Rhea tidak terasa remuk, gadis itu ingin menghajar Rehan dengan sekuat tenaganya tampa ampun. “Lo butuh cermin buat ngaca?” tukas Rhea tersenyum sinis, “Lo pikir lo gak brengsek?”
“Jangan samain gue sama Cindy. Jelas-jelas kita beda, Rhea. Cindy ngelakuin itu biar bisa sama gue terus. Lagipula dia cuma ngincar uang. Sementara gue ngelakuin itu biar lo dijauhin sama cowok lain, terutama Kenzo.” Rehan menjelaskan maksud dari perbuatannya dengan satu kali tarikan napas.
“Gue emang jadiin lo yang kedua, Rhea. Lo ada di hidup gue setelah Cindy. Tapi gue gak pernah ngerasain apa yang gue rasain ketika deket sama lo. Lo itu beda sama cewek lain. Gue merasa, Cindy cuma manfaatin gue. Sakit tau, nggak? Perasaan lo cuma buat Kenzo, Kenzo, Kenzo! Raga lo ada sama gue, tapi hati engga. Gak ada sedikitpun buat gue. Itu juga salah satu alasan kenapa gue ngelakuin ini semua. Gue bener-bener sayang sama lo, Rhea. Please, balik sama gue lagi, ya?”
Mendengar penuturan Rehan, perut Rhea rasanya seperti diaduk dan memuntahkan semua isinya.
Rhea tersenyum miring, sebrengsek itukah sosok Rehan? Bahkan, pria itu sama sekali tidak menyadarinya. “Gumoh gue,”
“Gue serius.”
“Gue juga serius, Rehan. Gue pengen gumoh denger kata-kata lo semua,” Rhea menutup mulutnya agar sesuatu tidak keluar lewat jalur sana.
Setelah merasa lebih baik, Rhea menyingkirkan sisa rambut yang bergelantungan di wajahnya, lalu memandang Rehan remeh. “Lo pikir gue takut kalau lo ngancam bakal nyakitin Cindy? Lo salah! Cindy udah ngehianatin gue, jadi gue gak peduli lagi sama tuh cewek.” ujar Rhea dengan mulut bergemetar kecil.
Salah besar jika kalian atau siapapun berpikir bahwa Rhea memang benar-benar tidak peduli dengan Cindy lagi. Nyatanya, Rhea ketakutan dengan ancaman yang Rehan lempar. Rasa cemas itu ia tepis seketika, ia berpikir bahwa Rehan hanya mengancam untuk membuat Rhea tunduk.
“Jangan beraninya sama cewek, apalagi pakai ngancam segala!” tukas Kenzo yang sedang berada di ambang pintu.
Menoleh ke belakang, Rehan tersenyum sinis melihat kedatangan pahlawan bagi Rhea. “Lo lagi,” ujarnya.
***
Setelah kedatangan Kenzo memecah suasana suram di antara Rhea dengan Rehan, pria itu segera menarik tangan Rhea untuk keluar dari UKS.
KAMU SEDANG MEMBACA
RHEA [Completed]
Fiksi Remaja[Belum direvisi] Rhea harus sabar menghadapi sikap Kenzo yang datar, dingin dan kaku. Sementara Kenzo dalam diamnya, ia merutuki tingkah gadis yang dipercayakan serta dititipkan di rumahnya itu. Gadis yang awalnya pemalas mendadak rajin karena harus...