Haii semua! Sebelum baca, aku mau bilang kalau masih banyak kesalahan yang terjadi di ceritaku dan belum direvisi. Dikarenakan aku pernah tidak update dalam jangka waktu lama, jadi, mungkin ada beberapa kesalahan.
M
ohon maaf atas ketidaknyamanannya☺️🙏
Selamat membaca~****
Gadis yang berambut pirang karena cat dikucir kuda itu sedang termenung duduk di meja belajarnya. Ah tidak, meja itu bukan digunakan untuk belajar. Melainkan digunakan untuk menonton film dan bermain game seharian.
Namun kali ini, gadis itu hanya diam termenung memikirkan sesuatu di otak kecilnya.
Gadis berwajah polos itu memikirkan pembicaraan dengan papanya tadi sore. Hal itu terus memenuhi isi kepalanya.
"Rhea, kamu sudah besar, nak. Sampai kapan kamu tetap seperti ini? Kamu bahkan tidak mandiri, dan kamu tidak pernah belajar." Andri memarahi gadis yang dipanggil Rhea itu.Rhea hanya menghela nafas kasar, sudah biasa ia dimarahi oleh orang tuanya seperti ini.
"Kamu nggak dengar, Rhea?" Andri memastikan bahwa Rhea harus mendengar perkataannya kali ini.
Rhea memutar bola matanya malas, "Rhea dengar, Pa."
"Kalau begitu, papa mau ambil keputusan demi kebaikanmu dan kamu tidak boleh menolak,"
Rhea mengerutkan kening tidak mengerti kemana arah pembicaraan, "Keputusan? Papa mengambil keputusan apa?"
Andri mengusap wajahnya gusar, "Kamu harus tinggal dengan sahabat papa di Surabaya. Dia namanya Om Aldi."
"Tinggal di Surabaya? Sama Om Aldi? Nggak! Rhea nggak mau pa." Rhea berusaha menolak namun tetap diabaikan oleh papanya.
"Papa sudah tidak bisa menagani mu sendiri. Mungkin jika kamu disana, kamu akan menjadi pintar dan mandiri."
"Tapi, Pa. Rhea nggak ma----"
"Kamu akan berangkat besok lusa. Papa sudah mengurus berkas-berkas untuk kamu pindah sekolah!"
"Kenapa sih gue harus dititipin ke rumahnya Om Aldi? Gue juga bisa mandiri!" Rhea mengacak rambutnya kasar.
"Gue harus bikin Om Aldi sama Tante Lyra nggak betah, terus gue dibalikin kesini deh," Rhea berencana untuk membuat masalah, supaya Aldi dan Lyra memulangkannya.
Rhea beranjak dari kursi belajarnya kemudian merebahkan tubuhnya diatas ranjang king size hitam di kamar miliknya sembari tersenyum licik yang terukir di wajah polosnya.
****
"Ken, kamu ini belajar mulu. Makan dulu lah," Wanita berumur 36-tahunan menengok putranya di kamar yang sedari tadi belajar tidak ada henti-hentinya.
"Bentar Bun dikit lagi naggung, Kenzo besok ada ulangan harian." Kata pria remaja yang dipanggil Kenzo itu sambil terus mantengin buku yang ada didepannya.
"Oh yasudah, cepat ya." Kenzo hanya mengangguk tanpa menjawab perkataan Lyra-Bundanya.
Lyra menggelengkan kepala melihat anaknya yang rajinnya kebangetan, dingin dan cueknya keterlaluan, lalu Lyra keluar kamar untuk pergi ke meja makan terlebih dahulu sambil menunggu putra semata wayangnya itu.
Setelah beberapa saat duduk dan terus belajar dan belajar, "Selesai!" Ucap Kenzo pada dirinya sendiri dan menutup buku bertuliskan IPA FISIKA itu.
Kenzo beranjak dari meja belajarnya dan turun untuk makan malam sesuai dengan perintah Bunda-nya.
****
"Kenapa lo murung kek gitu Rhe?" Seorang gadis dengan kacamata yang tipis tiba-tiba datang dan duduk didamping Rhea.
Rhea menghela nafasnya gusar, lalu menopang kepala dengan kedua tangannya, "Gue kesel sama bokap." Wajahnya sangat kesal dan murung.
"Ck, lo kesel kenapa? Lo kan minta apapun dikasih, kurang apa coba hidup lo?" Jawab gadis yang di seragamnya terdapat nama Cindy Aprilia Azzahra itu.
"Kalo itu iya pasti. Tapi ini beda, Cin."
Cindy mengerutkan kening, karena sahabatnya ini selalu ceria dan gembira, namun saat ini, Rhea terlihat sangat lesu dan murung, "Ya lo tinggal ngomong aja. Apa masalahnya?"
"Gue dipindahin ke Surabaya dan disana gue dititipin sama sahabatnya bokap!"
Mata Cindy membelalak tak percaya, "Wah, lo kalo bercanda garing banget tau, nggak!"
Rhea menjitak kepala Cindy, "Gue gak bercanda, anak conda!"
"Aw sakit anjing! Yaaahhh, gue bakal pisah dong sama Rhea-Rheo makan oreo kuah soto," Cindy memasang muka gila nya yang menurut Rhea mengerikan dan menjijikkan.
"Lebay lo, ah!" Ketus Rhea bergidik ngeri.
"Aaaaa, Pak Fery datang!", Teriak Friska sang bidadari itu dengan sangat keras.
"Berisik!"
"Lebay!"
Suasana kelas XI IPS 4 menjadi tenang dan pelajaran segera dimulai.
****
"Papa Rhea pulang," Rhea berteriak di dari luar pintu rumahnya yang elegant itu.
Andri pun tersenyun melihat putrinya itu sudah sampai dirumah dengan seragamnya itu, "Kamu sudah pulang? Ayo cepat siap-siap Rhea, pesawat keberangkatanmu akan meluncur satu setengah jam lagi,"
Rhea menautkan kedua alisnya menjadi satu, "Mau kemana pa? Kan Rhea berangkatnya besok."
"Nggak jadi, kamu berangkat sekarang Rhea. Papa sudah menyuruh Bi Inah menyiapkan barang-barang dan pakaianmu. Dan sekarang giliranmu yang bersiap-siap."
Lagi-lagi, Rhea menghela nafas kasar, ia pasrah saja dengan perintah papa nya, "Hm..." jawabnya dengan hanya berdehem.
Gadis itu masuk begitu saja meninggalkan tas ransel nya di meja makan setelah ia datang tadi.
****
"Jangan nakal-nakal, belajar yang rajin dan jangan buat Om Aldi sama Tante Lyra repot, mengerti Rhea?" Andri mengingatkan hal itu kepada putri-nya dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Dua manusia yang memiliki hubungan ayah-anak itu sudah sampai di bandara, dan Rhea akan terbang dalam waktu 30 menit lagi.
"Anak nya Om Aldi sama Tante Lyra tuh cakep, disana fokus belajar dulu, masalah cinta ntar aja." Andri terus saja berbicara dan sedikit menggoda putri yang akan berpisah darinya itu.
"Lah, apa coba hubungannya sama anaknya Om Aldi?" Rhea mengernyitkan dahi.
"Nanti kamu bisa suka sama dia, Rhea," Andri mengejek Rhea yang tidak tahu maksudnya.
Rhea bergidik ngeri karena tidak menurutnya ia tidak suka dan tidak akan pernah suka oleh pria yang dibicarakan Papanya itu, "Ih, gak bakalan. Emang secakep apa sih dia, Pa?"
"Yaudah sana cepet berangkat,"
"Iya, Pa. Tapi Rhea pengen pamit sama mama..." Mata Rhea berubah menjadi layu dan sendu.
****
Terimakasih yang sudah membaca!❤✨
See you!
KAMU SEDANG MEMBACA
RHEA [Completed]
Teen Fiction[Belum direvisi] Rhea harus sabar menghadapi sikap Kenzo yang datar, dingin dan kaku. Sementara Kenzo dalam diamnya, ia merutuki tingkah gadis yang dipercayakan serta dititipkan di rumahnya itu. Gadis yang awalnya pemalas mendadak rajin karena harus...