Tett...tettt...
Bel pulang telah berbunyi, seluruh siswa siswi SMA Nusa Indah bergerombol keluar kelas untuk pulang. Salah satu dari mereka ada Rhea, Mitha dan Alya.
Mereka berjalan dengan bercengkrama seperti biasa, membicarakan hal yang nyeleneh dan tidak biasa.
"Kalian gau, nggak, yang gue maksud tafi?" Mitha dan Alya menggelengkan kepala, karena mereka memang tidak mengerti topik yang mana yang dibicarakan oleh Rhea sekarang ini.
"Yang mana? Lo kan dari tadi ngoceh mulu." ketus Alya. Karena tadi, Alya tidak ikut dengan mereka. Jadi, dirinya tidak tahu yang dimaksud oleh Rhea.
"Yang tadi, loh, pas mau ke kamar mandi."
Mitha mengerutkan kening penasaran, "Oh, pas lo tiba-tiba berhenti tadi?"
Rhea menganggukkan kepalanya pasti, "Hooh."
"Emang kenapa?"
"Tadi tuh, ya, gue liat ada banyak yang liatin kita, padahal sepi 'kan, ya? Gak ada orang. Tau gak siapa yang liatin kita?"
Mitha dan Alya semakin tidak mengerti kemana arah pembicaraan yang sekarang ini sedang dibahas oleh Rhea, "Ngomong langsung aja njing, bingung gue." protes Mitha. Otaknya memang tidak pernah bisa diajak berkompromi. Jangankan memecahkan pikiran orang, menjawab soal ujian saja dia kesulitan.
"Gini, ya, dari awal gue masuk ke sekolah ini, gue udah ngrasain aura aneh. Dan, yang bener aja waktu di kamar mandi, banyak gituannya." jelas Rhea sembari berjalan melewati lorong-lorong kelas.
Rasanya, Mitha ingin menonjok temannya itu, "Jadi, sebenernya lo liat apaan?" tanyanya tak sabar.
"Gue liat makhuk astral!!" jawab Rhea dengan penuh penekanan dari kata demi kata.
Mitha dan Alya terlihat tersenyum menyepelekan, "Ada-ada aja lo, bercanda nya GARING!" jawab Mitha dan Alya secara bersama dan menekankan kata 'GARING' dengan sangat jelas.
"Apa, sih, yang kalian tau tentang gue? Kalian 'kan baru kenal gue sehari. Entar lo juga tau sendiri kenapa gue bisa liat makhluk gituan."
jelasnya Rhea sembari meringis menahan pilu di dadanya."Emang lo kenapa kok bisa gitu?" Mitha mengernyitkan dahinya lagi.
"Karena waktu gue ke--" belum sempat melanjutkan kalimatnya, tangan Rhea sudah ditarik oleh makhluk dari kutub Barat yang sangat dingin, tak lain adalah Kenzo.
"Pulang!" kata Kenzo dengan sangat dingin."
"Eee...gua pulang duluan." Teriak Rhea melambaikan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya sedang dipegang dan ditarik kuat-kuat oleh Kenzo. "Eh Bolot, lepas!"
Kenzo menghempaskan tangan Rhea begitu saja dan mengabaikan Rhea yang sedikit kesakitan karena tangannya dipegang sangat kuat sehingga sedikit sakit.
"Sakit bego!" cercah Rhea.
Saat ini mereka sudah berada di parkiran, dimana tempat parkir itu hanya dipenuhi oleh para laki-laki yang membawa motor. Kenzo diam dan mengambil helmnya, memakainya, kemudian naik ke motor.
"Naik!" serunya dengan nada yang sangat memaksa membuat Rhea semakin jengkel.
Rhea memasang wajah cemberutnya dan melipat kedua tangan di depan dada, "Gak, ah, gue pulang sendiri aja." tolak gadis berparas cantik namun bodoh itu.
"Gak boleh, yang ada entar lo malah sama si Rehan."
Rhea menaikkan salah satu alisnya, "Kenapa bawa-bawa Rehan?"
Kenzo menggeleng, "Gak! Cepet naik."
Rhea berpikir sesuatu, setelah menemukan pikirannya, Rhea menaikturunkan kedua alisnya, "Oh jangan-jangan lo cemburu, ya, kalo gue sama Rehan? Ya 'kan? Ya 'kan?" tanyanya dengan nada menyelidiki dan sedikit jahil.
"Bodoamat!" ketus Kenzo yang pasti dengan nadanya yang dingin.
"Halah ngaku lo, lo suka 'kan sama gue?" Rhea terus mengoceh tanpa mencari tahu fakta sebenarnya dengan sangat percaya diri dan tak tahu malu.
Kenzo mengalihkan pandangannya dari Rhea yang terus menanyakan hal bodoh semacam ini, tanpa berkata lagi, Kenzo memutar kunci motornya dan melaju meninggalkan Rhea di parkiran yang sudah sepi.
"Loh, gue malah ditinggal?" teriaknya.
Kenzo tidak memperhatikan Rhea dan terus melaju meninggalkan gadis cantik itu dengan motor kesayangannya.
Langit mendung, Rhea berjalan kearah halte yang letaknya tak jauh dari sana. Jalan pun sepi, jarang ada kendaraan pribadi lewat, apalagi kendaraan umum. Dia sendiri. Hanya sendiri.
Ditengah ia berjalan menuju halte, gemricik air hujan mulai turun untuk membasahi bumi ini yang sudah beberapa hari tidak hujan, padahal sedang musim hujan.
"Anjir hujan njir, gimana nih. Gak ada orang lewat, ishh..." gerutunya pelan.
Rhea berlari dan pada akhirnya sampai di halte. Dengan keadaan masih sama, masih sepi. Tidak ada orang. Menurut Rhea, suasananya tidak enak. Ada sesuatu disekitar sana, seperti biasa, gadis ini bisa melihat makhluk yang tidak bisa dilihat oleh kebanyakan orang biasa.
Rhea tidak memperhatikannya, ia sudah biasa dan tidak akan peduli. Kata orang, semakin kita tidak peduli dengan setan yang ada disekitar kita, semakin lemah juga kekuatan setan itu.
"Pulang sama siapa, nih, njir."
Suara motor melaju mendekati halte, Rhea waspada dengan si pemilik motor, jahat atau tidak.
Dan ternyata, itu adalah suara motor KENZO! Ya, Kenzo datang lagi dengan wajah tampannya yang basah. Ia berhenti di depan Rhea, gadis itu hanya melirik Kenzo dengan ekor matanya.
"Kasian." ucap Kenzo dengan nada mengejek.
Rhea masih diam dengan mata tajamnya menatap wajah pria datar pria menyebalkan di depannya.
"Marah lo?" Kenzo sedikit mengintip wajah Rhea yang tidak memandang wajahnya sedikitpun. "Siapa suruh coba tadi gak naik?" Ucap Kenzo lagi.
Rhea masih terdiam, di dalam lubuk hatinya, ia hanya berniat mengerjai Kenzo dan berpura-pura marah.
Kenzo berdiri dari duduknya, lalu naik ke motor dan pergi lagi meninggalkan Rhea di tengah guyuran hujan yang saat ini sedang lebat. Kenzo pergi yang pasti basah kuyub, dia tidak membawa mantel atau semacamnya.
"WOI DASAR!! SIALAN LO BOLOT!" teriak Rhea, batinnya menyesal karena sudah berpura-pura marah kepada cowok sedingin Kenzo. Bahkan, pria itu sama sekali tak peduli dengannya.
"Bukannya dibujuk malah ditinggal, pacar apaan, tuh?!"
"Eh tunggu, kenapa gue sebut kalo dia pacar? Padahal hanya pura-pura?"
"Alah, bodo amat, gimana nih gue sekarang!"
"Dasar anak ngen---"
"Gimana nih,"
"Anjir, sial mulu kalo ada cowok dingin itu."
Rhea terus menggerutu sendiri dan sendiri lagi. Gadis itu melihat jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 WIB, sudah sore . Belum lagi rumahnya masih jauh. Bagaimana mau pulang, itu yang Rhea pikirkan.
Baterai ponselnya juga kebetulan habis, ditambah lapar dan tentu saja kedinginan. Sungguh malang nasibmu, Rhea.
Gadis itu hanya duduk dan celingukan ke kanan dan kiri. Hanya ada truk dan pick up yang lewat, tidak ada kendaraan umum lagi.
"Ya Tuhan, bantu hambamu ini."
Setengah jam berlalu, gadis ini masih anteng di tempat duduknya. "Pantat gue sampe panas njing," gerutunya sendiri.
Tiba-tiba sebuah mobil hitam yang Rhea kenali berhenti tepat di depannya.
Bersambung...
Aku kembali setalah sekian lama haha, sibuk banget dah sumpah :v
Sebel gak tuh sama Kenzo?:vSemoga kalian tetap sabar ya nunggu aku update lagi.
Terima kasih, see you💓💖
KAMU SEDANG MEMBACA
RHEA [Completed]
Teen Fiction[Belum direvisi] Rhea harus sabar menghadapi sikap Kenzo yang datar, dingin dan kaku. Sementara Kenzo dalam diamnya, ia merutuki tingkah gadis yang dipercayakan serta dititipkan di rumahnya itu. Gadis yang awalnya pemalas mendadak rajin karena harus...