Rhea masuk ke dalam kamarnya setelah ia pulang sekolah, ia membuka laci di meja riasnya dan akan mengambil sesuatu disana.
Memegang benda yang berbentuk kotak dengan sebuah foto disana.Rhea terus memandangi foto itu, perlahan-lahan air matanya mulai menetes sedikit demi sedikit, "Ma..." katanya dengan sangat pelan.
Air matanya mulai deras, membasahi pipinya yang sedikit merah itu.
"Rhea kangen Mama..." ucapnya lirih lagi.
Ceklek
Tiba-tiba seseorang datang ke kamarnya membuka pintu tanpa permisi terlebih dahulu, Rhea terpelonjak kaget dan langsung mengembalikan foto itu ke dalam lacinya lagi, dan sesekali mengusap air matanya.
"Rhea udah makan?" tanya Lyra mendekati Rhea.
"Belum, Tante." jawab Rhea dengan pelan.
Lyra mengerutkan kening, "Kamu habis nangis 'kan, Rhe?" tanya Lyra yang duduk di kasur Rhea.
"Eh? Enggak, kok, Tante." Rhea tersenyum, walaupun jejak air matanya masih membasahi pipi putihnya.
"Tante tau, kok, kamu habis nangis 'kan?"
Masih tetap tersenyum, Rhea akhirnya mengangguk, "Iya sih, tapi Rhea cuma pusing kok,"
"Kalau ada apa-apa, jangan sungkan bilang ke Tante, ya!" ujar Lyra yang percaya saja, daripada membuat Rhea semakin sedih.
Rhea mengangguk.
"Makan, yuk, Nak!" Lyra mengajak Rhea untuk makan.
"Iya, Rhea mau ganti baju dulu,"
Lyra mengangguk dan kemudian keluar kamar.
****
Rhea turun kebawah dan sudah menggunakan pakaian sehari-harinya di rumah, ia menyusul ke meja makan yang sudah diisi oleh Lyra dan juga anaknya, yaitu Kenzo.
Rhea menarik kursi untuk duduk, "Om Aldi belum pulang, ya?" tanyanya kepada Lyra yang tengah mengambil nasi.
"Belum. Kamu udah minum obat 'kan?" Lyra mengkhawatirkan Rhea, mengingat tadi Rhea berkata bahwa ia sedang pusing.
Gadis berambut sebahu itu menggelengkan kepalanya jujur. Untuk apa minum obat, jika badannya sama sekali tidak sakit
"Yaudah, sekarang makan terus langsung minum obat,"
Rhea mengangguk mengiyakan perintah Lyra, "Iya Tante, lagian cuma pusing aja, kok. Gak usah khawatir, Rhea baik-baik aja, kok."
Kenzo menghela napasnya pelan, "Baik apanya, Lo tadi kan---"
Kenzo menghentikan perkataannya setelah mendapat pelototan tajam dari Rhea, itu adalah kode agar Kenzo tidak memberi tahu kejadian di sekolah tadi, Rhea tidak mau membuat Lyra khawatir, hal itu justru akan semakin merepotkan Lyra.
Lyra mengerutkan kening, "Rhea tadi kenapa?" tanya Lyra kepada Kenzo.
"Eh, itu, Bun. Rhea tadi itu...aw..." Di bawah sana, Rhea menginjak kaki Kenzo dengan keras.
"Kenapa, sih?!"
"Rhea sebenernya tadi pingsan, Bunda." Cercah Kenzo tak tahan ingin mengatakan sesuatu.
"Loh, kenapa nggak bilang? Kamu sakit, Rhea?"
Rhea menggelengkan kepalanya, "Beneran, Tan. Rhea gak apa-apa, cuma pusing aja, mungkin tadi cuma lapar." jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RHEA [Completed]
Teen Fiction[Belum direvisi] Rhea harus sabar menghadapi sikap Kenzo yang datar, dingin dan kaku. Sementara Kenzo dalam diamnya, ia merutuki tingkah gadis yang dipercayakan serta dititipkan di rumahnya itu. Gadis yang awalnya pemalas mendadak rajin karena harus...