Chapter 3.

13.3K 834 28
                                    

"ANJENG!!!" Rhea berteriak sekencang-kencangnya dan tanpa berpikir panjang ia langsung lari secepatnya. Di sepanjang larinya, ia hanya memikirkan bagaimana jika ia nanti digigit, bisa-bisa Rhea tetkrna virus rabies.

50 meter, 60 meter dan 70 meter...

Rhea terus berlari dan akhirnya menemukan sebuah pohon jambu yang cukup besar. Berhubung cewek ini sangat petakilan, sudah pasti ia bisa memanjat pohon apapun, pohon yang sudah tumbang-pun juga ia panjat.

Guk...Guk...Guk...

Rhea mulai memanjat pohon, hewan ganas itu terus menggonggong semakin keras, keringat dingin berjatuhan dipelipis Rhea. "Kalau jatuh, leher gue bisa patah nih." gerutunya yang sudah mulai di setengah batang pohon.

Ia terus memanjat, pada akhirnya sampai di pohon yang paling atas.

Rhea sudah tiba di bagian pohon yang paling atas, sehingga si anjing sudah tidak bisa menjangkaunya lagi. Perlahan namun pasti, suara anjing semakin menjauh dan pada akhirnya anjing-pun pergi, mungkin anjing itu berpikir bahwa tidak ada gunanya juga mengejar gadis seperti Rhea.

"Syukur, deh. Udah anjing, gila lagi." gerutunya lagi yang menyenderkan punggungnya di sebuah batang pohon.

"Aw!!" Rhea berteriak kesakitan karena tiba-tiba ada sesuatu yang menggigit bahunya, dan ternyata itu adalah semut merah kecil.
Gadis berambut sedikit pirang itupun melepas tangannya dari pegangan dan langsung meraba bahunya yang digigit semut.

Karena Rhea sudah tidak berpegangan apapun, keseimbangan tubuhnya menurun. Ia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya saat ini agar tidak jatuh.

Buuukkkk...

Perkiraan Rhea benar, sudah pasti ia akan jatuh. Rhea menutup matanya sebagai antisipasi saat terjatuh. Namun...

Empuk. Batin Rhea yang masih tetap menutup matanya. Apakah sekarang tanah menjadi empuk seperti ini? Perlahan Rhea membuka matanya, alangkah terkejutnya bahwa saat ia terjatuh bukannya di atas tanah, melainkan ia menubruk seorang pria yang seusia dengannya.

"Lo! Ngikutin gue?" ketus Rhea yang masih belum bangun dari atas tubuh Kenzo.

"Minggir!" kata Kenzo yang sangat dingin.

Rhea mengerjap beberapa kali, ia juga lupa bahwa ia sedang berada diatas tubuh Kenzo, "Lo ngapain disini?" tanyanya.

Kenzo tak menjawab, ia lantas membersihkan bajunya yang kotor karena tanah dan langsung pergi begitu saja.

Rhea tak terima karena merasa diacuhkan, ia mengikuti Kenzo yang menurutnya berjalan sangat cepat, "Heh bocah, Lo belum jawab pertanyaan Gue."

"Siapa nama lo?"

"Jawab napa?"

"Woy, bolot kali, ya."

"Heh Bolot, Tante Lyra yang cantik aja ramahnya kek gitu, masa anaknya yang tampangnya pas-pasan malah kayak kutub selatan,"

Brukk...

Tiba-tiba wajah beserta tubuh Rhea menabrak sesuatu yang keras, bahkan jidatnya sedikit memerah akibat benda itu. Kenzo yang berjalan di depannya akhirnya pun berbalik badan dan tetap dengan wajah datar. Ia kaget ketika melihat Rhea yang meringis kesakitan karena jidatnya terbentur oleh benda keras itu.

"Kalo jalan liat-liat, Mbak, jangan ngoceh terus." protes seorang pedagang bubur keliling yang gerobaknya baru saja ditabrak oleh gadis ceroboh itu.

Rhea mendengus kesal, pasalnya gadis ini sedari tadi kena sial. Yang pertama ia dikejar anjing, kedua dikerubungi dan digigit oleh semut, lalu jatuh dari pohon. Dan sekarang? Malah menabrak gerobak penjual bubur.

"Bang, kalo jualan jangan lewat di depannya Rhea dong," protes Rhea yang masih memegang jidatnya.

"Loh, yang salah kamu, kenapa jadi saya yang disalahin?" jawab penjual bubur itu yang umurnya sekitar 45 tahunan.

Rhea nyengir, "Eh iya, maaf." cengir Rhea tanpa dosa.

Penjual itu hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Rhea yang menurutnya aneh.

Rhea terus menggerutu karena jidatnya masih merah. Tanpa sadar ia melihat Kenzo yang berdiri disampingnya tertawa terbahak-bahak. Rhea mengerutkan kening, menurutnya sangat aneh melihat Kenzo yang tertawa lepas, karena hanya sekali ini saja Rhea melihat Kenzo bukan hanya tersenyum, melainkan tertawa kencang.

"Heh! Kutub Barat, ngapain lo?" ketus Rhea dengan wajah garang.

Kenzo yang mendengar, reflek langsung diam dari tertawanya, "Cewek aneh," katanya kembali dingin lalu pergi.

Tentu saja Rhea masih membuntuti Kenzo dari belakang.

Rhea terus berjalan di belakang Kenzo, "Ngapain lo ngikutin gue?" tanya Rhea kepada seseorang entah siapa.

Kenzo berhenti, "Yang ada lo ngikutin gue." sahutnya.

Rhea mengerutkan kening, "Heh, siapa yang bicara sama lo, sih, Bolot?!" ketusnya.

"Terus?"

"Sama yang dibelakang gue," Rhea menunjuk sesuatu entah siapa dan apa yang ditunjuk, padahal dibelakangnya tidak ada siapapun.
"Apa lo?" tanya Rhea lagi kepada entah siapa.

"Jangan nakutin!" Kenzo memberi peringatan kepada Rhea dan masih memasang wajah yang datar dan dingin, tidak ada ekspresi diwajahnya, tetap sama.

"Siapa yang nakutin sih? Emang bener kan tante di belakang gue ngikutin mulu," Jawabnya.

Hening.

Kenzo masih diam mematung dengan sikap Rhea yang aneh, sebenarnya pria itu sudah merasa ada yang aneh dan sedikit ketakutan.

"Ha? Apa, Tante?" tanya Rhea kepada seseorang yang tak terlihat, gadis itu memposisikan tubuhnya bagaikan orang yang berbisik-bisik, namun ia hanya sendiri.

Kenzo semakin merinding dengan keadaan ini.

"Eh, siapa nama lo? Kenzo 'kan? Kata Tante itu lo cakep. Haha..." Rhea tertawa dengan keras dan dahsyat melebihi tawa Kenzo tadi ketika melihat Rhea yang menabrak gerobak.

Bersambung...

Blitar, 9 Agustus 2018

RHEA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang