Chapter 51.

2.4K 173 7
                                    

* BUDAYAKAN FOLLOW, VOTE DAN KOMEN😾

•••

Berkali-kali mendapat tuntutan dari Kenzo untuk menjelaskan alasan ia bersama Rehan tadi pagi, akhirnya Rhea menjelaskan semua masalahnya secara terperinci.

Meskipun hanya bercerita, Rhea tersulut emosi. Sedangkan Kenzo, tetap bersikap tenang sembari memegang tangan Rhea guna menenangkan kekasihnya.

"Kenapa gak bilang ke aku dari dulu?" tanya Kenzo. Ia merasa tidak tahu apapun tentang Rhea, ia juga merasa tidak dekat dengan Rhea. Walaupun hubungan mereka sudah naik ke level lebih atas. "Kamu nggak percaya?"

Rhea menggaruk tengkuknya yang tak gatal, merasa bersalah kepada Kenzo walaupun ia tidak sepenuhnya bersalah, "Maaf. Nggak nanya, sih,"

"Terus?"

"Apanya yang terus?"

"Nggak," Kenzo memalingkan wajahnya dari Rhea. Sementara gadis itu, ingin membakar pria dihadapannya agar hangat, sekaligus panas, agar tidak dingin lagi.

Rhea menyandarkan badannya pada tembok. Menjadi kekasih Kenzo, tidak ada bedanya dengan jomblo. Rhea berharap saat ia mempunyai masalah, kekasihnya akan membantunya. Jika tidak bisa, setidaknya Kenzo menghiburnya. Akan tetapi, cowok dihadapannya kini hanya diam dan memandang Rhea secara dalam.

"Apa liat-liat?!" tukas Rhea kesal. Bola matanya hampir copot hanya untuk memelototi Kenzo.

"Tangan," Kenzo mengulurkan tangannya, ia ingin memegang tangan Rhea.

"Iya, udah tau kalau itu namanya tangan!"

Menghela napasnya perlahan, Kenzo meraih tangan Rhea tanpa mengucapkan sepatah kata-pun. Dengan perlahan, Kenzo meletakkan kepalanya pada meja, sembari memeluk tangan kanan milik Rhea. Pria tampan itu memejamkan matanya beberapa saat.

Untung saja, perlakuan Kenzo tidak membuat Rhea salah tingkah. "Ngapain?" tanya Rhea mengerutkan kening heran.

"Ngantuk,"

"Tidur di kelas sendiri kan bisa."

"Pengen dipeluk kamu,"

"BUCIN!!" tukas Rhea tertawa kecil. Ia sama sekali tak keberatan jika Kenzo tidur dengan posisi memeluk tangannya. Akan tetapi, ia tidak akan rela jika harga dirinya anjlok hanya karena terkena ledekan dari Alya dan Mitha. Kedua sahabatnya itu pasti akan menertawakannya.

Tidak, Rhea tidak akan membiarkan hal itu! Dengan perlahan, gadis itu menarik tangannya agar bisa terlepas dari dekapan Kenzo. Akan tetapi, tentu saja tenaga Kenzo lebih kuat dari pada Rhea.

Mendengus kesal, Rhea mencari cara agar pria di depannya ini segera bangun, "Bangun! Udah mau masuk, balik ke kelas sana!" Ia mengguncang tubuh Kenzo dengan sekuat tenaganya.

Pria yang memiliki hidung mancung itu mengedipkan matanya sekilas, lalu menutup mata kembali. "Nanti kalau belnya udah bunyi," ujar Kenzo yang masih menutup matanya.

"Keburu temen-temen aku dateng. Noh, lihat si Dani dari tadi mondar-mandir keluar masuk kelas. Mana sambil ngelirik kita, lho!"

Fakta bahwa Kenzo memang benar-benar tidak peduli dengan apapun, ternyata adalah benar.

Berpacaran dengan Kenzo, tidak menghilangkan sifat gengsi yang melekat pada diri Rhea sedikitpun. Padahal jika dilihat-lihat, Kenzo sudah tidak lagi gengsi kepada Rhea.

"Ada yang berduaan di kelas nih, woi!" teriak seseorang dengan lantang saat memasuki ruang kelas. "Buset, dah, bucinnya gak ngotak." lanjutnya lagi.

RHEA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang