Chapter 35.

2.6K 189 3
                                    

“Kenzo, Kenzo. Kenapa bisa berantem kaya gini?” Suara seorang pria memecah keheningan suasana di ruang BK.

Pria itu adalah Aldi, yang datang bersama Lyra. Mereka datang dengan cepat tak seperti yang dipikirkan oleh Kenzo, karena ia tahu bahwa Ayahnya adalah orang penting yang selalu sibuk dengan pekerjaannya.

“Coba cerita ke Bunda,” Lyra duduk di sebelah Kenzo sembari mengelus punggungnya dengan penuh kasih sayang di matanya.

Kenzo enggan menjawab, ia masih diam sejak masuk ruang BK. Belum membuka satu patah katapun.

“Rehan, kira-kira mana orang tua kamu? Masih lama?”

Rehan hanya tersenyum miring, ia menatap Aldi dan Lyra yang tengah memberikan perhatian penuh kepada Kenzo, “Mereka gak bakalan dateng, apalagi kalo gara-gara saya berantem,” jawabnya dengan malas, “Anak mereka cuma uang, bukan saya. Sekarang pasti Mama sama Papa lagi kerja, gak akan pernah dateng apalagi peduli,”

Melihat kesungguhan di mata Rehan, Pak Budi menghentikan pertanyaannya, ia sadar bahwa saat ini Rehan kurang kasih sayang kedua orang tuanya, “Ya sudah, nggak apa-apa kalau memang gak bisa,”

Mereka berbincang-bincang dengan serius. Karena Pak Budi sangat menghormati Aldi beserta Lyra, beliau memaklumi Kenzo dan Rehan, mengingat Kenzo memiliki banyak prestasi serta turut menyumbangkan piala-pialanya ke sekolah.

*****

Kenzo bersama kedua orang tuanya, keluar dari ruang BK kemudian diikuti oleh Rehan yang hanya berjalan seorang diri.

Sejak melangkahkan kaki untuk keluar dari ruang BK, Kenzo tak berhenti mendapat omelan dari Lyra. Bundanya itu sangat menyayangkan apa yang terjadi hari ini.

“Udahlah, Lyr. Nggak cape dari tadi ngomel mulu?"”

Langkah mereka terhenti ketika melihat tiga orang gadis dari berlainan arah sedang tertawa dengan sangat keras. Ada yang memegang perut, ada yang menjambak rambut temannya, bahkan ada yang menampar temannya pelan.

Aldi dan Lyra geleng-geleng melihat tingkah konyol mereka, sedangkan Kenzo? Sudah terbiasa melihat pemandangan ini. Dengan langkah cepat, Lyra berjalan mendekati Rhea yang sedang bercanda dengan Mitha dan Alya, “RHEA!” teriak Lyra melengking meskipun jarak mereka belum sepenuhnya dekat.

Merasa ada yang memanggil, Rhea-pun menoleh ke arah sumber suara. Ia tersenyum senang melihat keberadaan Aldi dan Lyra, sudah lama sekali mereka tak berjumpa. Rhea mempercepat langkahnya agar bisa menyapa kedua orang tua Kenzo.

“Halo, Tante Lyra, Om Aldi. Apa kabar? Lama banget gak ketemu, ya,” sapa Rhea kembali saat sudah berada tepat di depan keluarga itu.

Lyra tersenyum manis, bahkan senyuman yang  tersaji di wajah wanita itu belum menunjukkan kerutan, padahal ia sudah memiliki anak sebesar Kenzo, “Baik, sayang. Kamu apa kabar? Di Apartmen enak gak sendirian?”

Tengkuk Rhea yang tiba-tiba gatal ia garuk seketika, ia bingung harus menjawab apa. Kehidupannya ada kurang dan lebihnya. Ada senang dan susahnya. Ada mudah dan sulitnya. Jika Rhea mengatakan bahwa ia banyak kesulitan daripada kemudahan, pasti dirinya akan diajak pulang ke rumah Aldi dan Lyra. Ia masih belum siap hidup satu atap dengan Kenzo yang menyebalkan. Rhea juga belum siap merasakan jantung yang berdebar setiap harinya. Bisa-bisa, Rhea terkena serangan jantung dan berakhir tragis.

“Ya begitulah, Tan.” Rhea mencoba tersenyum manis juga.

“Itu kenapa teman-teman kamu malah balik, Rhe?” tanya Aldi melihat punggung Mitha dan Alya berbalik arah dan meninggalkan Rhea sendirian.

RHEA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang