Udara dingin menusuk ke kulit, hingga membuat Rhea harus memakai pakaian yang tebal dan berlapis-lapis, "Ishh, dingin kali. Dan gue kenapa daritadi jadi salting?" Ucapnya pada diri sendiri.
Gadis itu meloncat ke kasurnya yang besar itu, lalu menutupi tubuhnya dengan selimut, "Gue kenapa sih?" Rhea terus saja memikirkan dirnya yang menurutnya aneh.
Rhea menutup mulutnya yang menguap itu, "Dahlah ngantuk, mending tidur." Ucapnya sambil menutup matanya.
Gadis itu terus berusaha untuk tidur, namun tak bisa, ia terus terbayang-bayang akan hal yang terjadi tadi siang. Antara senang dan agak canggung.
"Lah gue kenapa njirr, masa iya gue juga suka sama dia?" Rhea mengernyitkan dahinya bingung, ia bingung memikirkan perasaannya yang rumit.
Ia menoyor kepalanya sendiri, "Eh iya, inget lu udah punya pacar bego!" Gadis itu mengingatkan pada dirinya sendiri bahwa ia sudah mempunyai kekasih.
Drrtttt
Ponsel Rhea yang berada di meja kecil dekat kasurnya itu bergetar, ada seseorang yang menghubunginya.
Gadis itu melirik siapakah yang menelponnya malam-malam begini disaat dia sudah mengantuk, "Eh dia ngapa telpon gue anjayy?" Matanya melotot melihat nama yang tertera adalah nama 'Kenzo'.
Dan bukan panggilan suara biasa, namun yang masuk adalah Video Call dari Kenzo. Gadis itu segera merapikan rambutnya yang sedikit berantakan, lalu duduk, "Ehm, kenapa lu?" Tanya Rhea setelah menjawab video call dari Kenzo.
"Lah kok gitu?" Kenzo mendekatkan wajahnya di depan kamera, sehingga membuat Rhea tertawa karena wajahnya yang terlalu dekat, "Kenapa lu ketawa?" Tanya Kenzo sambil mengernyitkan dahi.
Gadis itu langsung menghentikan tawanya, "Gada apa-apa, jadi lu ngapain telpon gue malem-malem gini? Gue tuh ngantuk tau ga sih?" Ketusnya yang pura-pura kesal.
"Bentar doang ah bawel amat. Btw lu belum jawab yang tadi ya, masih gue pantau!" Kenzo menatap tajam Rhea dalam layar ponsel.
Rhea menjadi salah tingkah lagi dibuatnya, "Apasi? Besok aja lah." Ucapnya dengan masih grogi. Rhea langsung saja menutup sambungan teleponnya agar tidak semakim terlihat wajah malunya.
Rhea diam menatap langit-langit kamar yang berlukiskan awan itu dengan tatapan mata yang lesu, "Andai mama tau kalo Rhea udah besar, malah udah mulai suka sama orang," Ucapnya dengan lirih karena teringat pada mendiang Ibunya, lalu mengedipkan mata agar air matanya tidak jatuh begitu saja.
Rasa senang akan perasaannya yang tidak menentu, antara benci dan suka. Ia tidak tau harus bercerita kepada siapa. Rhea ingin seperti gadis lain, yang bisa bercerita ria dengan Mama nya. Namun, itu hanya fana bagi Rhea.
"Astaga, udah lah jangan sedih lagi." Ucapnya pada diri sendiri dan berusaha menangkis kerinduan kepada Mama nya.
"Laper ah, mending masak mie, daripada mati kelaparan." Celoteh sambil bangkit dari tempat tidurnya.
*****
Pagi yang cerah, matahari mengeluarkan sinarnya yang masih belum menusuk kulit dengan terik panasnya.
Seperti biasa, kantin sekolah sangat ramai meskipun masih pagi, hanya untuk sarapan.
"Rame banget astaga, jadi males. Tapi laper juga semalem cuma makan mie," Ucapnya sambil memegang perutnya. Ia nekat menerjang kerumunan dan memesan nasi goreng hingga semua yang dibelakangnya menatapnya dengan tajam namun gadis itu tak menghiraukannya.
Ia duduk setelah membawa nasi goreng dan jus mangga kesukaannya walaupun masih pagi. Rhea duduk sendiri, tidak seperti yang lain bergerombol dengan temannya.
"Heh, apa kabar?" Tiba-tiba seorang gadis sendirian menghampiri Rhea dan duduk sebangku meja disana sambil membawa makanannya juga.
"Ngapain lo?" Rhea menatap tajam gadis yang ada didepannya.
Gadis itu mengernyitkan dahi, "Lah? Sensi amat perasaan," Protes Manda yang tiba-tiba memasang wajah polosnya.
"Gausah sok asik lo bukan temen gue," Ketus Rhea yang tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan kantin tanpa menghabiskan makanannya yang masih banyak, "Hilang nafsu makan gue anj!"
Rhea langsung menuju kelasnya dengan berjalan cepat, karena ia terlanjur muak melihat wajah Manda yang sok polos.
Ternyata, di depan kelas Rhea sudah ada Rehan yang menunggunya disana. Rhea segera menghampirinya, "Ngapain sih kesini?!" Ujarnya namun lirih dan hanya dia yang mendengarnya.
"Kenapa?" Tanya Rhea tanpa basa-basi dengan mukanya yang malas.
Rehan yang semula tersenyum lebar, langsung saja memudarkan senyumnya yang manis itu kala melihat wajah Rhea yang tampak tak suka melihatnya disana, "Lah kenapa si kok gitu? Ga suka aku disini?" Tanyanya yang bingung.
"Bukan gitu, ga mood aja nih gara-gara liat si Manda." Jelasnya dengan alasan yang tidak tepat dengan aslinya dan wajah yang masih malas.
Rehan mengangguk karena dugaannya salah dan tersenyum dengan manis seperti biasa, "Yauda, udah makan?"
Rhea hanya menjawab dengan anggukan.
Tettt...tettt...tett...
Bel tanda masuk pagi sudah berbunyi, tanda Kegiatan Belajar Mengajar akan dimulai. Rhea menghelas nafas dengan lega karena akan terbebas dari Rehan, "Udah bel tuh, masuk ke kelas sana, gue juga mau masuk." Ucapnya.
Kemudian Rehan mengangguk dan mengusap kepala Rhea dengan lembut, "Sampai jumpa," Kata Rehan lalu perlahan-lahan berjalan pergi dari kelas Rhea.
Rhea masuk kelas dan duduk dibangkunya dengan wajah yang masih asam.
Alya melirik teman sebangkunya yang belum lama ia kenal itu, "Kenapa lo?" Tanya Alya dengan heran.
Rhea melipat kedua tangannya diatas bangku lalu menaruh kepala diatasnya, "Masa tadi Manda sok asik banget sama gue, temen aja bukan. Terus ngapa coba tiba-tiba duduk didepan gue pake sok-sokan nanya kabar." Cercahnya dengan sangat sinis menyebut nama Manda.
Alya tampak memperhatikan kekesalan Rhea dan mencerna perkataannya dengan sangat baik, "Wah, keknya ada maunya tuh." Ucapnya setelah berpikir sejenak dengan mengenai sikap Manda.
"Apaan lagi dah maunya? Tapi bodoamat lah ga peduli!" Ketus Rhea dengan sangat kesal.
Tak lama setelah ucapan Rhea itu, seorang guru tiba-tiba masuk dan mengisi mata pelajaran hari ini.
"Selamat pagi," Kaya guru perempuan yang wajahnya tampak sabar itu.
"Pagi, bu." Jawab murid satu kelas dengan serentak.
"Ada tugaskah?" Tanya Bu Siti.
"ADA!" Seorang siswa berceloteh dengan sangat keras, sedangkan yang lain bingung karena merasa tidak ada tugas.
"NGACO LO!" Teriak Rhea yang mulai panas mengingat sejak tadi mood Rhea sedang tidak baik. Akan tetapi, murid yang lain mendukung perkataan Rhea karena memang benar.
"Dasar jamet!" Ejek Rhea kepada cowok yang hanya iseng-iseng teriak tadi.
*****
"Pulang sama siapa?" Alya bertanya kepada Rhea sembari menaruh tas ransel mini nya ke pundak.
"Sendiri." Jawabnya dengan singkat.
Alya menatap ke ambang pintu tampak seorang pria sedang menunggu seseorang, "Tapi dipintu itu," Ujar Alya sambil menunjuk kearah pria itu.
Rhea melirik kearah pintu, "Ngapain sih dia disini?" Rhea berbicara kepada Alya dengan sangat pelan agar tidak terdengar oleh pria itu.
Alya tersenyum kecil, "Bukannya itu cowo lo? Haha,"
"Iya ish tapi males banget kenapa coba nungguin gue?" Wajah Rhea menjadi sangat risih.
Bersambung...
Sekian lama ga up:v
Jejak dulu dong biar semangat up nya😎Follow ig sy @dwinastitii
KAMU SEDANG MEMBACA
RHEA [Completed]
Teen Fiction[Belum direvisi] Rhea harus sabar menghadapi sikap Kenzo yang datar, dingin dan kaku. Sementara Kenzo dalam diamnya, ia merutuki tingkah gadis yang dipercayakan serta dititipkan di rumahnya itu. Gadis yang awalnya pemalas mendadak rajin karena harus...