❝Tidak ada yang namanya happy atau sad ending selama kita masih di dunia. Semua akan tetap berjalan layaknya roda berputar.❞
- R H E A -
Tidak ada air mata lagi yang tersisa di pelupuk mata gadis itu. Jika saja matanya diibaratkan dengan musim di Indonesia, maka beberapa jam yang lalu adalah musim hujan. Dan, dalam sekejab berubah menjadi musim kering. Takdir memang sudah ditentukan dan tidak dapat diubah.
Apalagi yang bisa ia lakukan. Pada kenyataannya, semesta tidak mengizinkan mereka berdua untuk bersama.
Jika saja waktu bisa diulang, Rhea berjanji akan menjadi gadis baik untuk Kenzo-nya. Takdir memang terkadang menyakitkan. Rhea sudah lama hidup dengan Kenzo, namun baru-baru ini memiliki Kenzo seutuhnya.
Harusnya, semesta bisa mempersatukan mereka lebih lama lagi. Banyak kisah yang diantara mereka yang belum terselesaikan. Banyak ukiran cerita indah yang harus mereka pahat. Namun pada kenyataannya, kisah mereka berakhir di sini.
Suara sirine ambulance menyelimuti suasana sore yang padat, menembus beberapa lampu lalu lintas, demi menyelamatkan seseorang yang sedang berjuang antara hidup dan mati.
"Aku tau, kamu pasti kuat. Kamu cuma bercanda aja, kan?" Gadis itu bergelinang air mata. Ia masih memakai seragam sekolah dengan sedikit percikan darah yang mengotorinya.
Pria di pangkuannya itu ingin sekali menutup matanya. Tidak kuat, namun ia berkeinginan untuk melihat Rhea yang memangkunya. "Emang, aku bercanda apa, Sayang?"
Suara serak Kenzo selalu membuat bibir Rhea bergemetar hebat. Ketakutan terus menjalar ke seluruh tubuh hingga pikirannya.
"Kamu capek karena habis pulang sekolah, ya? Kok napasnya cepet banget." Rhea mengelus pipi Kenzo.
"Iya, capek. Aku mau tidur,"
"Jangan tidur! Nanti aku bicara sama siapa?" Gadus itu menyeka air matanya yang tak kunjung berhenti. "Kalo kamu tidur, aku tinggal ke Jakarta lagi,"
"Kamu jangan pernah pergi dari rumahku. Jagain Bunda, sebagai penggantiku di sana," Tangan Kenzo yang sudah bergemetar menggenggam erat tangan Rhea---kekasihnya. "Bunda pasti sedih banget kalo kamu pergi dari rumah.
"Nggak ada aku aja sedih, apalagi kalo nggak ada kamu. Nanti Tante Lyra harus ngapain kalo gak ada kamu?"
"Bunda dan Ayahku kuat. Aku yakin kamu nggak akan ngecewain mereka. Iya, kan?"
Rhea masih memiliki harapan besar untuk tetap bersama Kenzo hingga mereka mempunyai selembar kertas yang bertuliskan nama mereka, yaitu Kartu Keluarga. Terdengar konyol memang. Namun, pasangan kekasih mana yang tidak mengharapkan hal yang sama seperti Rhea?
"K-kamu...ambil kotak di laci meja belajar aku, ya. Kamu mau, kan, ambil sendiri?" tanya Kenzo membuat Rhea mengangguk cepat. "Makasih, I love you, Rhea..."
Potongan-potongan kejadian saat di dalam ambulance tadi sore, membuat hati Rhea tersayat dengan hebat.
Tidak ada yang lebih kehilangan Kenzo daripada orang tuanya, Aldi dan Lyra.
Sementara Rhea, berusaha menguatkan sepasang suami istri itu, walaupun dirinya sendiri sedang rapuh.
"Tante, Om, Rhea janji akan tetep di sini sampai Rhea selesai kuliah nanti,"
"Masalah Papa, Rhea akan bicara sendiri. Papa pasti bakal ngertiin, kok," Rhea mengelus punggung Lyra dengan lembut.
Ia tidak tega melihat kedua orang tua Kenzo yang begitu terpuruk. Pasalnya, mereka hanya mempunyai Kenzo. Menurut cerita yang Rhea dengar, setelah melahirkan Kenzo, Lyra berkali-kali keguguran. Hingga akhirnya memutuskan untuk hanya fokus pada Kenzo.
Hal itu yang membuat Rhea semakin tidak tega dengan keduanya.
Rhea berjanji, tidak akan meninggalkan rumah ini sampai ia lulus, sesuai apa yang telah Kenzo katakan. Duduk di meja belajar milik kekasihnya, mungkin bisa mengobati rindunya.
"Makasih, Nak.." ujar Aldi lemah.
"Kalian boleh anggap Rhea sebagai anak sendiri. Katanya, kan, pengen punya anak cewek?" tanya Rhea dengan nada sedikit bercanda---berusaha mencairkan suasana.
"Om yakin, kamu bisa bikin rumah ini ceria kembali.." Aldi mengusap kepala Rhea penuh kasih sayang. Sementara Lyra, masih belum mampu untuk mengucapkan apapun.
Setelah itu, Rhea duduk di meja belajar yang setiap harinya digunakan oleh kekasihnya, Kenzo.
Kepalanya menunduk, menatap cincin emas muda yang melingkar cantik di jari manisnya, bersamaan dengan senyum manis yang terbit dari bibir mungilnya kala melihat pemberian terakhir Kenzo.
Yang paling membuatnya tidak dapat menahan air mata, di sana terdapat secarik kertas yang bertuliskan bahwa Kenzo melamarnya, dan berbagai hal yang ingin Kenzo lakukan bersama Rhea.
"Kita sudah berakhir, sebelum memulainya," lirih Rhea memeluk kertas kecil itu. "Kisahku masih panjang, tapi kamu akan selalu jadi cinta pertama dan kisah terindahku.."
***
BAGIAN TERAKHIR!
RHEA SUDAH SELESAI.
EITS, TAPI BOONG! MASIH ADA EXTRA CHAPTERNYA DONG🤧
MAU SPIN OFF NYA SIAPA? SI KEMBAR ARDAN DAN ZIDAN MAU GA?? HAHA
ATAU RHEA 2 AJA?NEXT EXTRA CHAPTER GA NIH??
KAMU SEDANG MEMBACA
RHEA [Completed]
Novela Juvenil[Belum direvisi] Rhea harus sabar menghadapi sikap Kenzo yang datar, dingin dan kaku. Sementara Kenzo dalam diamnya, ia merutuki tingkah gadis yang dipercayakan serta dititipkan di rumahnya itu. Gadis yang awalnya pemalas mendadak rajin karena harus...