HPD - L I M A

1.2K 148 41
                                    

5. Tanda terima kasih.

 Tanda terima kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▪︎▪︎▪︎

"Martabak spesial untuk orang yang spesial." Ervan meletakkan dua box martabak rasa coklat di atas meja. Satu box martabak untuk Rindi dan satunya lagi Ervan bagi untuk yang lain. Secara gratis.

"Tapi boong," lanjut pria itu terkekeh di akhir ucapannya.

Rindi yang tadinya terlihat bahagia kini merubah ekspresinya seperti biasa. Wanita itu hanya tersenyum tipis lalu mengucapkan terima kasih pada Ervan dan kembali duduk di kursinya.

"Jangan di anggap serius Rin, gue cuma bercanda kok. Hahaha ..." ucap Ervan di sela-sela ia tertawa.

Rindi menatap Ervan lama, saat terpergok oleh sang empu wanita itu melengoskan wajahnya dan berpura-pura sibuk mengecek data pasien di buku kunjungan.

"Ngapain lo natap gue kayak gitu, hm? Naksir lo sama gue?" ujar Ervan.

"Jangan ke pedean deh! Siapa juga yang suka sama lo." Rindi menjawab cepat. Wanita itu bangkit dari kursinya dan berniat ingin pergi dari sana.

"Bagus deh kalo gitu."

Langkah Rindi terhenti saat Ervan berucap seperti itu. Wanita itu meremas tangan kirinya yang ia sembunyikan di dalam saku jas putih yang ia pakai. "Kenapa sesakit ini mencintai?" jerit Rindi dalam hati.

"Gue duluan ya, makasih martabak spesialnya. Dari orang yang spesial." Lanjut Rindi dalam hati.

Selepas kepergian Rindi, Ervan menghela napas kasar. Pria itu tahu pasti Rindi terluka karena ucapannya tadi. "Maaf Rin gue gak bisa balas perasaan lo," lirih Ervan dengan mata terpejam.

▪︎▪︎▪︎

Melihat keributan yang terjadi di lorong RS, Rindi bermaksud ingin menghampiri dan bertanya. Tapi mendengar suara bariton pria dengan nada dingin dan beberapa pria berjas hitam berbadan kekar yang sedang berbaris di sepanjang lorong membuat langkah Rindi memelan.

"CEPAT PANGGILKAN DOKTER DAN SEGERA TANGANI BOS SAYA!!" Pria berjas hitam itu mencengkram baju Ardi membuat pria berkulit sawo matang itu berjinjit ketakutan.

"KALAU BOS SAYA SAMPAI KENAPA-KENAPA KALIAN SEMUA SAYA BUNUH!"

Rindi merinding mendengar acaman dari pria tersebut. Wanita itu berbalik badan dan ingin pergi dari sana, tapi suara dari Ardi yang memanggilnya membuat Rindi mengurungkan niatnya untuk pergi.

Hello, Pak Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang