HPD - D U A P U L U H

835 67 2
                                    

Haha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haha.. halo teman! HPD kembali nih, yaa walau pun hiatus beberapa minggu😂😂 wkwk

Sudah siap baca part ini??

Let's go!

▪︎▪︎▪︎

Di ambang pintu kamar rawat tersebut, Ervan membeku, lebih tepatnya dia menatap seorang gadis yang terbaring di atas ranjang dengan berbagai alat yang melekat di tubuhnya.

Ervan berjalan lebih masuk ke dalam kamar tempat Arini di rawat. Pria itu lalu duduk tepat di samping ranjang Arini dan menggengam tangan dingin gadis itu.

"Arini, maaf," ucap Ervan dengan lirih. "Gue gak tahu kalo lo bakal kayak gini setelah kejadian waktu itu."

"Van," panggil Rio lalu masuk dan kembali menutup pintu bercat putih tersebut. "Mr. Thomas ada disini, beliau sedang kemari."

Ervan langsung menoleh, menatap Rio dengan terkejut. "Kena–"

"Gue yang ngasih tahu Mr. Thomas," sela Rio langsung. "Lo gak boleh lari dari masalah lagi, Van. Gue yakin, bokap lo bakal ngertiin ini dan–"

"Diam lo!" bentaknya sambil menunjuk Rio. "Lo tuh gak tahu apa-apa dan jangan 'sok tahu', paham?"

Ervan mengusap lembut puncak kepala Arini lalu berbisik lirih. "Gue tahu lo orangnya kuat. Tetap bertahan ya, Rin. Gue, Saga dan Ayah sayang sama lo."

▪︎▪︎▪︎

Dengan setia Ervan masih duduk di taman RS. Pemuda itu masih menunggu Zoe yang katanya akan datang menemuinya serta membawakan makanan untuknya.

Meski siang ini matahari sangat terik, Ervan tetap dengan pendiriannya. Pemuda itu hanya menyeka peluh di pelis lalu kembali mencoba menghubungi Zoe.

Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat di hub...

Tut...

Ervan langsung memutuskan panggilan tersebut ketika hanya suara Operator yang terdengar. Dan entah kenapa firasatnya berkata kalau Zoe sedang tidak baik-baik saja.

▪︎▪︎▪︎

"Mit, Owi nya ada?" ucap Saga bertanya pada seorang siswi yang sekelas dengan Zoe.

Hampir 20 menit sudah cowok itu berdiri di depan kelas XI IPA3 untuk menunggu gadis itu. Dan sudah belasan bahkan, 'mungkin' puluhan kali Saga menanyakan keberadaan Zoe pada orang-orang yang keluar masuk di kelas itu.

Saga menghela napas jenuh. "Apa mungkin Zoe menghindarinya?" pikir Saga bertanya-tanya.

"Gak ada," jawab Mitha jujur.

"Kalo orangnya ada bilangin kalo gue nyariin dia, ya?"

"Dia gak bakal masuk, Ga." Mitha merotasikan matanya. "Mungkin cewek mur*han itu lagi bersenang-senang sama om-om."

"Maksud lo apa?!"

"Lo gak tahu ya kalo sekarang ini Owi sedang di perbincangkan oleh anak-anak. Dan mungkin satu sekolahan udah tahu skandal dia."

Saga mengernyitkan dahinya. Maksudnya apa coba?

"Ngomong yang jelas dong!"

"Owi, si cewek sampah itu simpanan om-om dan–"

"Jangan asal ngomong lo!" tunjuk Saga pada Mitha yang terkejut dengan reaksi yang di berikan cowok itu.

Bagaimana tidak terkejut, kalau seingat Mitha, Saga itu sangat membenci Zoe. Apalagi cowok itu sering membully Zoe dan mempermalukan Zoe di depan siswa siswi lainnya.

Tapi, kenapa Saga bereaksi seperti itu? Seakan-akan ia tidak terima dengan apa yang Mitha bicarakan.

"Gue gak asal ngomong ya!" ucap Mitha tanpa takut. "Lo liat aja di group sekolah ada foto b*gil Zoe di hotel sama cowok. Katanya sih, cowok itu om-om tua."

Saga mengepalkan kedua tangannya setelah melihat foto Zoe di group sekolah. Tanpa sepatah kata pun Saga beranjak pergi dari sana dengan emosi yang tertahan.

"Halo Om, tolong selidiki siapa yang bikin ini dan apa motifnya. Filenya sudah Saga kirim."

▪︎▪︎▪︎

"Haus," ucapnya dengan lirih.

Sudah dua hari ia di kurung di ruangan ini. Meski orang-orang itu memperlakukannya dengan baik dan tidak berbuat jahat, tetap saja Zoe merasa takut.

Ceklek...

"Makan!"

Cewek itu tersentak mendengar nada tinggi dari pria berotot itu. Lalu, dengan tangan gemetar Zoe mengambil piring berisikan nasi, lauk, dan sayuran serta sebotol air minum untuknya.

Dalam ruang yang temaram itu Zoe menangis dalam diam sambil mengunyah nasi. Sesekali tangan yang di penuhi luka tersebut menyeka air mata lalu kembali menyuap nasi ke mulutnya.

Huek... huekk..

Tiba-tiba Zoe muntah. Cewek itu memukul dadanya yang sakit karena ia sulit bernapas.

Zoe berjalan tertatih menuju pintu usang itu lalu tangannya mencoba mengendor untuk meminta pertolongan.

"To...tolong."

Zoe semakin kesakitan. Air matanya pun tidak mau berhenti. Dan gendoran pada pintu pun semakin melemah seiring kesadaran Zoe yang menipis. Lalu Zoe jatuh tak sadarkan diri.

▪︎▪︎▪︎▪︎

Segini dulu ya..

Maaf lama update.

Viewersnya di atas 100 dan Votenya di atas 20 auto langsung up part selanjutnya.
Wkwk...


Hello, Pak Dokter!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang