6. Ngidam.
︎▪︎▪︎▪︎
Setelah bel pulang berbunyi Zoe langsung keluar kelas lebih dulu. Gadis itu mengabaikan tatapan horor dari bu Baret padahal guru killer tersebut belum menutup mata pelajarannya.
"Sore pak satpam," sapa gadis itu ketika sudah sampai di gerbang sekolah seorang diri.
"Siang neng bukan sore," koreksi pak Udin, satpam di sekolahnya.
Zoe hanya terkekeh pelan lalu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
"Burung kakak tua, hinggap di dalam sanggar, burung pak Udin tua, dan juga pasti kecut." Lagi-lagi Zoe terkikik sendiri ketika menyanyikan lagu 'burung kakak tua' versi dirinya. Sembari menunggu angkot yang datang. Gadis itu akhirnya berseru senang ketika angkot yang sedari dia tunggu akhirnya datang juga.
"Bang ke Rumah Sakit Pelita ya," seru Zoe menepuk bahu si sopir angkot dan memberi tahu alamat yang dia tuju.
"Oke, siap neng."
▪︎▪︎▪︎
"Kenapa muka lo kusut gitu sih? Ada apa, hm?" tanya nya pada Rindi ketika Ervan datang ke pos jaga.
"Biasa ngantuk. Tadi baru selesai bantu dokter Rio Operasi," jawab Rindi melipatkan tangannya di atas meja dengan mata terpejam.
Tangan Ervan bergerak menyingkirkan beberapa helaian rambut Rindi yang menutup wajah cantik wanita itu. Lalu Ervan mengelus kepala Rindi dengan pelan dan berucap, "Istirahat gih, biar gue yang sementara jaga di sini."
"Gak usah, lagian gue masih bisa kok." Rindi menjawab masih dengan mata terpejam. Wanita itu menikmati usapan lembut di kepalanya. Ah, nyaman sekaleee...
"Gak, pokoknya lo harus istirahat Rin. Nanti lo gak fokus. Sana tidur gih di ruangan gue."
Rindi mengangkat kepalanya menatap Ervan yang juga menatapnya. "Yakin lo mau gantiin gue sementara jaga di sini?" tanya wanita itu pada Ervan.
"Iya. Sana ke kamar gue dan lo harus tidur yang nyenyak."
Rindi mengangguk dengan senyum tipis. "Makasih ya, Van." Lalu wanita itu mencium singkat pipi Ervan dan pergi dari sana dengan langkah seribu.
Ervan terdiam membeku saat Rindi meninggalkan kecupan di pipinya. Lalu pria itu meraba dadanya yang berdesir.
"Pak dokter," lirih Zoe saat melihat seorang wanita berjas putih yang di yakini gadis itu sebagai dokter sama seperti Ervan mencium pipi Ervan dengan cepat. Lalu dokter wanita itu pergi dari sana dengan senyum mengembang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Pak Dokter!
Teen FictionErvan Adimas hanyalah pemuda yang sedang menjalani koas di RS Pelita. Memasuki tahun pertama di RS ia di buat kelabakan oleh gadis bersurai coklat yang mengaku sebagai istrinya. "Saya kangen ..." Ervan terdiam membeku saat seorang gadis tanpa rasa m...