▪︎▪︎▪︎
Plak!Tamparan keras itu mendarat di pipi mulus Saga. Cowok itu hanya bisa diam sambil menyeka darah di sudut bibirnya.
"Mati aja sana!"
Lontaran makian itu hanya Saga anggap sebagai angin lalu. Cowok itu tidak mau ambil pusing mendengar makian dari Liam, orang kepercayaan Ayahnya.
"Kalau sampai Sir Thomas tahu hal ini, maka..."
"Untuk itu sebagai asisten Ayah, Om Liam harus tutup mulut dan bereskan ini semuanya," ucap Saga tenang tanpa menatap Liam yang mengepalkan tangannya.
"Anak kurang aja!" makinya. "Pantas saja sir Thomas lebih menyayangi X dari pada Anda."
Liam tersenyum sinis melihat Saga yang menatapnya tajam.
"Kalau Om Liam sudah selesai bicaranya, boleh gue pergi?" ucap Saga.
Liam meradang. Entah berapa kali nasihat serta makian yang ia lontarkan pada anak Atasannya, tetap saja Saga tidak peduli.
Sebelum Saga mencapai pintu bercat cokelat itu. Suara Liam yang memberitahunya tentang sang Kakak yang akan menemui Thomas besok membuatnya langsung berhenti tanpa berbalik.
"Besok X akan datang menemui Sir Thomas." Liam menjeda. "Semoga kalian bisa seperti dulu lagi."
▪︎▪︎▪︎
Sudah dua jam lebih Saga berdiri di balkon kamarnya tanpa melakukan apa pun. Cowok itu hanya melamun dan menatap lurus ke depan. Netranya yang hitam legam pun hanya memancarkan kesepian dan kesakitan.
"Kakak," lirihnya pada angin.
Drrttt... Drrttt...
Dering ponsel di dalam atas nakas membuat sang empu tersadar dari lamunannya. Saga berjalan memasuki kamarnya yang bernuansa abu-abu lalu mencari letak ponselnya yang masih berdering.
"Sa...Saga tolong saya."
Saga berdiri tegang. Mendengar napas Zoe yang tidak beraturan di sertai tangisan membuat Saga paranoid.
"Zo, ada apa? Kenapa lo-"
"Saga sa...saya keguguran."
Saga refleks melangkah mundur mendengarnya. "Zo..."
"Saga, saya mohon tolong... tolong anak saya..."
Sambungan terputus tanpa mendengar ucapan Zoe hingga selesai. Saga menjadi khawatir. Tanpa pikir panjang cowok itu meraih jaket dan juga kunci motornya, lalu bergegas pergi untuk menemui Zoe di RS.
"Saga! Mau kemana kamu!" teriak Thomas pada putra bungsunya.
"Saga! Ayah bilang berhenti di situ!"
Saga berhenti, lalu berbalik badan menghadap Ayahnya yang berjalan menghampiri.
"Mau kemana..."
"Ayah Saga mohon untuk kali ini aja biarin Saga keluar sebentar," ucap Saga memotong ucapan Thomas yang belum selesai.
Alis Thomas mengkerut. Tidak biasanya putra bungsunya itu memohon kepadanya seperti ini.
Di tempat berdirinya, Saga bertambah khawatir. Bukan, bukan khawatir kalau Thomas akan melarangnya. Tapi ia khawatir pada Zoe.
"Ayah, Saga pergi dulu."
Setelah berpamitan pada Thomas, Saga langsung berlari menuju pintu.
"Liam," panggil Thomas pada asistennya.
Liam langsung mendekat pada Thomas yang sudah duduk di single sofa. "Ya, Sir?"
"Ikuti Saga, cari tahu apa yang membuatnya begitu khawatir seperti tadi." perintahnya.
Liam mengangguk pertanda mengerti lalu undur diri. "Baik sir. Kalau begitu saya pergi dulu."
▪︎▪︎▪︎
"Cla..." panggilnya.
Zoe menoleh ke arah pintu. Di sana Ervan berdiri dengan pakaian dokternya lalu pria itu segera mendekat.
"Kamu baik-baik aja, kan?"
Zoe kembali menangis dan Ervan segera membawa Zoe kedalam pelukannya.
"Pak... pak dokter," panggil Zoe dengan suara terbata-bata. "Ba...bayi saya... saya keguguran."
Ervan terkejut mendengarnya. "Ba...bagaimana bisa?"
"Saya mengalami pendarahan dan ..."
"OWI!!" teriak Saga dengan nafas yang tidak beraturan. Saga langsung menghampiri Zoe yang tengah berpelukan dengan seorang dokter.
"Lo... lo gak apa-"
"Brengs*k!" Zoe melepaskan pelukan dari Ervan dan menunjuk Saga dengan mata memerah.
"Gara-gara kamu! saya kehilangan bayi saya."
"Owi, gue-"
"Jika saya kamu bisa menghentikan pak Liam mungkin saya tidak akan keguguran seperti ini."
Ervan mengernyit kala mendengar nama yang tidak asing baginya. Lalu pria berjas putih itu akhirnya menoleh saat suara yang juga tidak asing menyapa pendengarannya.
"Atau ini memang rencana kamu biar saya keguguran, begitu?"
Saga menggeleng. Ia ingin mendekat tapi di cegah oleh Zoe.
"Stop!" teriak Zoe.
"Saga?" Lirih Ervan menatap Saga dengan kerinduan.
Zoe mengalihkan atensinya pada Ervan. Cewek itu menatap Ervan dengan alis mengkerut.
"Pak dokter .... akh!"
Tiba-tiba perut Zoe kembali sakit. Ervan langsung berdiri dan memeriksa apa yang terjadi.
"Sakit... pak dokter sakit, perut saya sa..sakit."
Setelahnya Zoe hilang kesadaran.
▪︎▪︎▪︎
Sesuai janji saya update walau ngaret 2 hari😂 wkwk
Btw, maaf ya kalau feel di part ini kurang dapat. Yup! Bener banget, itu karena saya masih amatiran soal bikin cerita beginian😅😅
Jgn lupa tinggalin jejak❣
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Pak Dokter!
Teen FictionErvan Adimas hanyalah pemuda yang sedang menjalani koas di RS Pelita. Memasuki tahun pertama di RS ia di buat kelabakan oleh gadis bersurai coklat yang mengaku sebagai istrinya. "Saya kangen ..." Ervan terdiam membeku saat seorang gadis tanpa rasa m...