Setelah sekian lama akhirnya saya bisa publish part ini juga😂, wkwkwk
Bayar parkir nya jangan lupa ya!
▪︎▪︎▪︎
Semua di dalam ruangan itu bernapas lega. Operasi darurat tersebut berjalan dengan lancar tanpa kendala.
Kemudian Dokter Rio terlebih dahulu meninggalkan ruangan itu, lalu di susul oleh Eva, Lina dan Ardi yang mendorong brankar menuju IGD.
Tersisa hanya Ervan seorang diri di ruang Operasi tersebut. Pria itu hanya tertunduk lesu. Setelah berdiam beberapa lama, akhirnya Ervan keluar meninggalkan ruangan tersebut.
***
Sudah setengah jam berlalu, tapi orang yang di tunggu tak juga datang. Rindi menghela napas untuk kesekian kalinya. Wanita anggun dengan dress bunga itu mendengus kesal karena merasa bosan.
Saat ia hendak berdiri dari kursinya berniat untuk pergi dari cafe tersebut, seruan dari seseorang yang tak asing di indera pendengaran menghentikannyan.
Rindi menoleh, lebih tepatnya ia menatap Ervan yang berjalan menghampiri lalu pria itu duduk tepat di depannya.
"Sorry, tadi di jalan macet," ucap Ervan sedikit berbohong.
Rindi hanya mengangguk mengiyakan. Kemudian pelayan datang membawa secangkir Cafelatte dan menaruhnya di atas meja.
"Lo mau pesan apa?" tanyanya menatap Ervan.
"Ice Kopi Jadoel satu ya, mbak."
"Lo suka minum itu?" tanya Rindi pada Ervan tertarik.
"Gak sih, tapi, sejak Cla ngenalin minuman itu gue jadi suka."
Ekspresi Rindi berubah masam mendengar nama Zoe di sebut Ervan. Wanita itu hanya tersenyum tipis, lalu perbincangan itu tertunda karena kehadiran pria berjas hitam datang ke meja mereka.
"Tuan," sapanya menunduk hormat. Ervan gelagapan, sedangkan Rindi menatap pria berjas itu dengan bingung.
Ervan merutuki anak buah Ayah nya yang juga ada di sini dan bisa mengenalinya.
"Tuan X, saya–"
"Lo siapa ya?" Ervan langsung memotong ucapan pria itu. "Nama saya Ervan bukan X," kata Ervan menekannya namanya 'Ervan' sehingga pria itu tersadar dan langsung mengerti.
"Ma...maaf tuan saya salah orang."
Kemudian pria itu langsung pergi dari sana.
"Van," panggil Rindi yang masih sangat penasaran dengan pria tadi. "Lo kenal sama pria tadi?"
▪︎▪︎▪︎
Jalanan di sore ini begitu lenggang. Hanya ada beberapa kendaraan yang lewat dan pejalan kaki.
Setelah acara makannya dengan Rindi tadi selesai, Ervan bergegas pergi dari sana.
"Rin, sorry, tapi gue ada urusan. Lo gue tinggal di sini gak apa-apa, kan?"
Rindi menghentikan kunyahannya. Ia menatap Ervan tidak percaya. "Van, lo serius?"
Ervan menjadi tidak enak. "Sorry. Tapi gue bener-bener ada urusan penting."
"Emang urusan apa sih?!"
Ervan tidak langsung menjawab. Pria itu hanya diam dan berpikir sesaat lalu berkata, "Gue gak bisa kasih tau."
"Apa ini ada hubungannya sama cewek itu? Zoe?"
Tanpa pikir panjang Ervan langsung mengangguk.
"Gue pergi dulu." Setelah mengelus puncak kepala Rindi, Ervan langsung pergi dan hilang dari pandangan.
Rindi mengepalkan kedua tangannya marah. Kebenciannya kepada cewek itu semakin bertambah.
Zoe! Zoe! Zoe!
"Arrghhh..." teriak Rindi tanpa sadar.
Beberapa orang yang ada di cafe menatapnya penasaran dan terkejut. Kemudian seorang waiters tadi kembali datang dan menanyai kepads Rindi ada apa. Tapi Rindi hanya menggeleng lalu meninggalkan dua lembar uang seratus ribu di atas meja dan pergi.
***
Mobil sedan hitam itu tiba-tiba berhenti tepat di depan Ervan. Setelah pintu di buka oleh seorang pria, Ervan masuk dan duduk di kursi belakang.
"Tuan, ada masalah besar. Nona Arini menghilang dan kami tidak bisa menemukannya."
Ervan tidak terkejut kerena ia sudah menduganya lebih awal.
"Terus lakukan pencarian. Setelah ada hasil segera kabarin saya."
Sopir dan seorang bodyguard mengangguk patuh. Lalu mobil sedan hitam itu melaju dengan kecepatan sedang.
"Semoga kamu baik-baik aja, Arini."
▪︎▪︎▪︎
Huhuhu😭😭
Bukan maksud saya kalo saya updatenya lama tapi saya lagi ada masalah.
Sebenarnya part 19 ini udah saya bikin dari lama tapi karena ada suatu hal yang terjadi pada saya😭, makanya saya lama updatenya.
Btw, doain saya ya biar masalah saya cepat selesai.
Spam NEXT dong!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Pak Dokter!
Teen FictionErvan Adimas hanyalah pemuda yang sedang menjalani koas di RS Pelita. Memasuki tahun pertama di RS ia di buat kelabakan oleh gadis bersurai coklat yang mengaku sebagai istrinya. "Saya kangen ..." Ervan terdiam membeku saat seorang gadis tanpa rasa m...