Pagi-pagi sekali tepat pukul 06.10 seorang gadis berjalan di lorong sekolah yang sepi dengan langkah seribu. Pakaian yang dikenakan gadis itu bukan seragam sekolah, melainkan baju piayama dengan motif kelinci.
"Owi!"
Langkah gadis itu langsung berhenti ketika namanya di panggil. Yup, gadis itu adalah Zoe Clasissa.
"Lo Owi, kan?" lanjut orang itu berjalan menghampiri.
Zoe menatap sekilas orang itu lalu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti karena Saga. Ia harus cepat ke kelas dan mengambil barangnya yang tertinggal di sana sebelum semua murid berdatangan dan melihat dirinya seperti ini.
"Wi," Saga menahan pergelangan tangan Zoe, mau tidak mau gadis itu kembali berhenti. "Lo... lo baik-baik aja kan?" lanjut cowok itu menatap Zoe dengan lekat.
"Lepas, Ga! Saya gak banyak waktu untuk—"
"Ikut gue." Tanpa ingin mendengarkan ucapan Zoe yang belum selesai, Saga langsung menarik Zoe dan membawanya ke belakang sekolah. Tepatnya di gudang sekolah.
"Sa..saga, kamu mau ngapain?" Zoe mundur selangkah begitu Saga melepaskan cekalannya dan mengunci pintu tersebut.
Kejadian beberapa bulan yang lalu tiba-tiba kembali berputar di kepala Zoe bagaikan kaset. Tempat ini adalah tempat yang sama saat Saga dan teman-temannya merenggut kesuciannya.
Zoe kembali melangkah mundur dengan air mata yang jatuh di pipinya. Kepalanya mendadak pening saat mengingat kejadian itu.
"Wi, gue..." Saga masih membelakangi Zoe, cowok itu belum menyadari perubahan sikap Zoe.
".... gue akan usahain biar lo gak jadi di keluarin dari sekolah ini. Gue akan berusaha, untuk itu lo gak usah sedih dan takut lagi karena gue..." Saga melembarkan matanya tepat saat cowok itu berbalik badan.
"Gak! Jangan! Saya mohon," pinta Zoe dengan air mata.
"Wi, lo kenapa? ada apa?" ucap Saga berbondong. Cowok itu sangat bingung melihat Zoe yang tiba-tiba menangis dan sangat ketakutan seperti itu.
"Jangan mendekat!" teriak Zoe saat Saga ingin menghampiri. "Sa... Saga jangan sentuh saya, saya mohon." racau Zoe. "Saya gak mau. Saya... saya..."
Perlahan kesadaran gadis itu hilang. Zoe lagi-lagi pingsan.
***
"Dok, Zoe kenapa? Dia baik-baik aja, kan?" ucap Saga berbondong pada Dokter yang menangani Zoe tadi.
"Dia baik-baik saja, tapi..." ucapan Dokter itu mengantung membuat Saga di landa penasaran dan khawatir.
"Apa yang terjadi dengan dia sebelumnya?" tanya Dokter tersebut. "Saat saya sedang periksa dia, dia meracau, gadis itu menyebutkan 'tolong jangan sakiti saya', apa kamu tau apa yang terjadi dengannya?"
Saga menegang. Saga kembali teringat aksi bejatnya beberapa bulan terakhir kepada Zoe.
Andai.... andai saja waktu itu ia tidak termakan emosi dan nafsu, mungkin saat ini Zoe masih baik-baik saja.
"Tapi dia baik-baik aja, kan Dok?" ucap Saga tanpa ingin menjawab pertayaan yang Dokter itu tanyakan padanya.
"Untuk saat ini kondisi fisiknya baik tapi saya tidak tau dengan mentalnya." Dokter itu menghela napas, "sebelum terlambat segera periksa gadis itu ke psikiater."
"Maksud Dokter apa?!" ucap Saga yang tidak terima dengan ucapan Dokter Rio. Karena secara tidak langsung Dokter itu mengatakan kalau Zoe gila.
"Pergi psikiater bukan berarti gila," kata Dokter Rio seolah tau apa yang di pikirkan oleh Saga. "Luka fisik bisa di obati tapi luka batin apalagi mental itu sangat sulit," lagi, Dokter Rio menghela napas karena dia seolah merasakan apa yang Zoe alami.
"Saya memang tidak tau apa yang pernah dia alami," tunjuknya pada Zoe yang masih tertidur di atas brankar. "Tapi sebelum hal buruk terjadi pada dia kedepannya segera periksa dia.
▪︎▪︎▪︎
"Saga?"
Saga tersadar dari lamunannya. Cowok itu mendekat lalu berdiri dengan senyum lega.
"Lo gak apa-apa, kan, Wi?" tanya Saga.
"Kok bisa saya ada di sini?" Bukannya menjawab, Zoe malah balik bertanya pada Saga. "Kepala saya juga sakit," keluh Zoe saat gadis itu bergerak ingin duduk bersandar di brankar.
"Tadi lo pingsan."
"Makasih udah mau bantu dan bawa saya ke sini." Zoe mengukir senyum tulus. Lalu perhatiannya teralihkan saat melihat jam di atas nakas dan seragam sekolah yang di pakai Saga.
"Maaf gara-gara saya, kamu jadi bolos sekolah."
"Hah?" Saga mengernyit bingung. Ada apa dengan Zoe? Kenapa sikapnya menjadi aneh seperti ini? Saga membantin.
"Nama kamu Saga, kan? Saga Alexandre?"
▪︎▪︎▪︎
Haha... setelah hiatus satu bulan akhirnya saya kembali lagi dan cerita ini langsung saya up🔥
Saya mengucapkan terima kasih kepada pembaca setia HPD🙏, dan maaf karena saya lama up part 26 nya😁.
Ayokk lansung spam komen dan jangan lupa vote cerita ini biar saya makin semangat buat up nya..
Instagram (@) mikk7_dk
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Pak Dokter!
Teen FictionErvan Adimas hanyalah pemuda yang sedang menjalani koas di RS Pelita. Memasuki tahun pertama di RS ia di buat kelabakan oleh gadis bersurai coklat yang mengaku sebagai istrinya. "Saya kangen ..." Ervan terdiam membeku saat seorang gadis tanpa rasa m...